Rawan Bencana, Masyarakat di Cibenda Ikuti Pelatihan Metoda Sederhana Monitoring Longsor
Kondisi Desa Cibenda didominasi oleh kemiringan lereng diatas 20 persen
REPUBLIKA.CO.ID, BANDUNG----Untuk meningkatkan pengetahuan, kewaspadaan dan pemahaman soal kebencanaan geologi khususnya Pergerakan Tanah (Longsor), Tim Pengabdian kepada Masyarakat (PKM) Program Studi Teknik Pertambangan, Fakultas Teknik Universitas Islam Bandung (Unisba) memberikan edukasi ke masyarakat. Yakni, perangkat desa, Karang Taruna, dan Ibu-ibu PKK serta warga lainnya.
Menurut Ketua Tim PKM Dr Ir Dudi Nasrudin Usman, ST MT IPM kegiatan PkM ini penting digelar agar masyarakat memahami kebencanaan secara komprehensif. Serta, menerapkan teknologi sederhana untuk monitoring pergerakan tanah di sekitar wilayah permukiman, ladang, dan perkebunan masyarakat. Yakni, dengan penerapan Metoda Sederhana untuk Monitoring Pergerakan Tanah (Longsoran) di Desa Cibenda, Kecamatan Cipongkor Kabupaten Bandung Barat.
"Kegiatan ini bentuk kepedulian kami dalam mensosialisasikan pentingnya Mitigasi Kebencanaan untuk Masyarakat," ujar Dudi, dalam keterangannya, Kamis (23/5/2024).
Selain Dosen, PKM ini dibantu oleh mahasiswa tingkat 7 Prodi Teknik Pertambangan Fakultas Teknik Unisba yang terlibat aktif dalam pelaksanaan kegiatan ini. Bahkan, kegiatan ini pun mendapatkan dukungan penuh dari berbagai pihak. Yaitu Pemerintaha Kecamatan Cipongkor, Pemerintahan Desa dan Seluruh Perangkat Desa Cibenda, Dekan Fakultas Teknik Unisba, Ketua Prodi Teknik Pertambangan, Fakultas Teknik Unisba, Ketua LPPM Unisba, dan tokoh masyarakat.
"Dukungan ini menunjukkan pentingnya peran kolaborasi antara akademisi, pemerintah, dan masyarakat dalam upaya peningkatan kewaspadaan dalam mitigasi kebencanaan di masyarakat," katanya.
Kegiatan PkM ini diawali pada 2021-2022 dengan melakukan penelitian tentang pemetaan wilayah rawan bencana di Desa Cibenda. Kemudian pada 2022-2023 dilanjutkan dengan penelitian tentang pemetaan jalur evakuasi kebencanaan.
Menurut Dudi, dirinya hadir sebagai narasumber menyampaikan materi tentang Edukasi dan Penerapan Teknologi Sederhana. Ia pun, sebagai peneliti bidang Geologi - Eksplorasi Mineral dan Batubara. Ia, memberikan penjelasan mengenai pemahaman mendasar tentang bencana alam, mengenali dan memahami kebencanaan geologi. Khususnya gempa, gerakan tanah dan banjir bandang.
Selain itu, kata dia, dijelaskan juga tentang bagaimana melakukan mitigasi terhadap daerah rawan bencana longsor khususnya untuk kondisi Desa Cibenda yang didominasi oleh kemiringan lereng diatas 20 persen dan kondisi morfologi perbukitan bergelombang sedang hingga perbukitan bergelombang terjal.
"Kami memberikan pemahaman kepada peserta agar memahami dan mulai melakukan serta membiasakan diri untuk mengenali daerah rawan bencana. Serta, mulai belajar dan membiasakan diri untuk mitigasi kebencanaan disekitar tempat tinggal atau di wilayah permukiman dan berladang," katanya.
Selain penyuluhan teoritis, kata dia, kegiatan ini juga melakukan pemasangan dan penanaman patok yang terbuat dari pipa diisi dengan material semen dan pasir sebagai alat sederhana dalam melakukan monitoring pergerakan tanah. Patok tersebut, digunakan sebagai media bagi masyarakat dalam memulai dan membiasakan diri untuk mengenali pergerakan tanah melalui perubahan kemiringan patok yang ditanamkan.
"Selain itu Tim PkM juga memberikan donasi untuk Desa Cibenda. Karena, ada salah satu wilayah yang mengalami bencana longsor sekitar 2 bulan ke belakang tepatnya di Maret 2024," katanya.
Menurutnya, acara ini berjalan dengan baik. Hal itu, terlihat dari antusias dan partisipasi aktif para peserta yang hadir. Mereka sangat senang dan merasa ingin lebih tahu tentang mitigasi kebencanaan yang harus dilakukan. Tim pengabdian dan mahasiswa yang terlibat dalam kegiatan ini juga membantu dan kerja sama dengan warga serta perangkat desa dalam menanam patok.
Penanam patok, dilaksanakan di beberapa lokasi rawan bencana. Kegiatan ini dihadiri peserta sekitar 40 orang mengingat terbatasnya lokasi untuk kegiatan karena para korban tanah longsor masih menempati gedung serba guna desa dan sekolahan. "Umumnya sekarang mereka dapat memperoleh pemahaman yang baik tentang bagaimana bencana alam, mengenali daerah rawan bencana dan melakukan mitigasi kebencanaan geologi," katanya.
Kegiatan ini, kata dia, merupakan contoh nyata kolaborasi antara institusi pendidikan, pemerintah, dan masyarakat dalam upaya meningkatkan kewaspadaan dan mitigasi kebencanaan geologi. Diharapkan, kegiatan seperti ini dapat terus dilakukan dan diperluas ke wilayah-wilayah lain. "Agar, dapat memberikan manfaat yang lebih luas bagi masyarakat dan turut berkontribusi dalam mencapai tujuan pembangunan berkelanjutan," katanya.