Warga Rafah tak Lagi Punya Tempat Aman
Rumah sakit di Rafah kesulitan merawat korban luka.
REPUBLIKA.CO.ID, GAZA -- Serangan udara Israel yang mengakibatkan kebakaran di Kota Rafah menewaskan 45 orang. Serangan itu menyisakan asap, besi-besi bengkok dan barang-barang pengungsi yang habis terlalap api. Pengungsi Rafah mengatakan mereka tidak memiliki tempat untuk aman untuk berlindung.
Duduk disamping jenazah kerabatnya, Abed Mohammed Al-Attar mengatakan Israel berbohong ketika mereka memberitahu warga daerah barat Rafah aman. Saudara laki-lakinya, ipar perempuannya dan beberapa kerabatnya tewas dalam kebakaran yang disebabkan serangan udara Israel itu.
"Tentara adalah pembohong. Tidak ada keamanan di Gaza, tidak ada keamanan, tidak bagi anak-anak, bagi orang lanjut usia, atau perempuan, di sini ia (saudara saya) bersama istrinya, mereka syahid," kata Al-Attar, Senin (27/5/2024).
"Apa yang mereka lakukan hingga pantas menerima ini? Anak-anak mereka menjadi yatim-piatu," tambahnya.
Rumah sakit-rumah sakit di Rafah termasuk rumah sakit lapangan Komite Palang Merah Internasional tidak dapat merawat korban luka. Petugas medis mengatakan beberapa dipindahkan ke rumah sakit di Khan Younis di Gaza utara.
Badan bantuan pengungsi PBB untuk Palestina (UNRWA) mengatakan situasi di Rafah mengerikan. "Gaza merupakan neraka di bumi, gambar-gambar semalam merupakan bukti lain dari itu," kata UNRWA di media sosial X.
Kementerian Kesehatan Gaza mengatakan sudah lebih dari 36 ribu rakyat Palestina tewas dalam serangan Israel ke Gaza sejak bulan Oktober lalu. Israel mengatakan mereka ingin menumpas Hamas yang bersembunyi di Rafah dan menyelamatkan sandera yang ditawan dalam serangan mendadak 7 Oktober lalu yang ditahan di sana.
Namun masyarakat internasional mengecam Israel atas kegagalannya mengampuni nyawa warga sipil. “Selain kelaparan, penolakan untuk memberikan bantuan dalam jumlah yang cukup, apa yang kita saksikan tadi malam adalah hal yang biadab,” kata Menteri Luar Negeri Irlandia Micheal Maartin.
Media pemerintah Mesir mengatakan Kairo mengutuk “pengeboman yang disengaja oleh militer Israel terhadap tenda-tenda para pengungsi.” Mesir mengatakan serangan tersebut merupakan pelanggaran terang-terangan terhadap hukum internasional.
Arab Saudi juga mengutuk serangan Israel dan Qatar mengatakan serangan ke Rafah dapat menghalangi upaya memediasi gencatan senjata dan pertukaran sandera.
Sejak 6 Mei lalu tank-tank Israel menyisir di sekitar Rafah, dekat titik penyeberangan dari Gaza ke Mesir, dan telah memasuki beberapa distrik di bagian timur.