3 Nabi dan Rasul yang Diutus Allah SWT Berdakwah di Mesir dan Keahlian Mereka

Alquran abadikan dakwah para nabi dan rasul di Mesir

EPA-EFE/KHALED ELFIQI
Gunung Sinai, lokasi Nabi Musa menerima wahyu di Mesir.
Red: Nashih Nashrullah

REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA- Dalam Alquran, Allah SWT mengutus sebanyak 25 nabi dan rasul. Dari 25 itu, ada tiga orang nabi yang diutus ke wilayah Mesir ini. Ketiga nabi dan rasul tersebut adalah Yusuf, Musa, dan Harun AS.  

Baca Juga


Berikut ini, profil singkat para nabi dan rasul yang diutus Allah SWT berdakwah di Mesir dengan kelebihan yang mereka miliki: 

1. Nabi Yusuf, ekonom cerdas

Nabi Yusuf AS adalah putra Nabi Ya’kub bin Ishaq bin Ibrahim AS bin Azar bin Nahor bin Serug bin Rehu bin Peleg bin Eber bin Selah bin Arpakhsad bin Sam bin Nuh. Hal itu dijelaskan Al-Maghluts.

Nabi Yusuf AS adalah saudara kandung Bunyamin dari istri Ya’qub yang bernama Rahel. Sebagaimana diketahui, Ya’kub memiliki 11 orang saudara yang berlainan ibu. Menurut riwayat, Yusuf diutus sekitar 1550 SM.

Yusuf terkenal dengan sifat ‘iffah (menjaga kesucian), amanah, hilm (tidak emosional), sabar, dan lapang dada. Namun, saudara-saudara seayah suka memusuhinya. Hal ini disebabkan sang ayah, Ya’qub AS, sangat menyayanginya sehingga menimbulkan kecemburuan dari saudara-saudaranya.

Yusuf dikaruniai oleh Allah SWT dengan wajah yang sangat tampan. Bahkan disebut-sebut, tak ada orang yang setampan Yusuf. Rasul SAW pernah bersabda bahwa sesungguhnya ketampanan Yusuf sangat luar biasa. Ia tampan luar dalam, yakni fisiknya bagus dan hatinya juga baik. Akibatnya, istri amir Mesir yang bernama Zulaikha tergoda padanya. 

Allah SWT memberikan sejumlah keistimewaan kepada Yusuf AS. Di antaranya, mampu menafsirkan mimpi dan memiliki sifat pemaaf. Bahkan, ketika berkuasa pun, ia tidak semena-mena dengan bawahannya.

Karena kecerdasan dan kemampuannya dalam menafsirkan mimpi sang raja, Nabi Yusuf diangkat oleh menjadi ekonom kerajaan Mesir. Pada masa kepemimpinannya, ia mengendalikan kondisi ekonomi Mesir sehingga Mesir selamat dari masa paceklik yang terjadi di berbagai wilayah.

Saat masa paceklik itu, Nabi Yusuf memerintah masyarakat Mesir agar benih gandum yang telah dipetik tetap dipertahankan di tangkainya untuk disimpan. Hal ini kemudian diteliti oleh Prof Dr Abdul Majid Balabid dari Univesitas Wajdah, Maroko. 

Dalam penelitiannya, Prof Abdul Majid menyimpulkan bahwa biji gandum yang dipetik dan masih berada di tangkainya tidak mengalami perubahan apa pun, baik isi, unsur kandungan, maupun kemampuannya untuk tumbuh, kecuali hanya sedikit kehilangan kandungan unsur air.

Sebaliknya, biji gandum yang dipetik, tetapi dilepaskan dari tangkainya akan mengalami kehilangan kandungan air sebesar 20,3 persen dalam setahun, 32 persen dalam dua tahun, serta mengalami kehilangan kemampuan untuk tumbuh. Selain itu, pada masa Yusuf ini, sudah berlaku sistem jual beli dengan mata uang dirham.

وَشَرَوْهُ بِثَمَنٍ بَخْسٍ دَرَاهِمَ مَعْدُودَةٍ وَكَانُوا فِيهِ مِنَ الزَّاهِدِينَ

"Dan, mereka menjual Yusuf dengan harga, yaitu beberapa dirham saja, lalu mereka merasa tidak tertarik hatinya kepada Yusuf.” (QS Yusuf [10]: 20). 

2. Nabi Musa, Sang Al-Kalim

Nabi Musa AS dilahirkan di Kota Luxor, Mesir, sekitar 1527 SM. Beberapa saat setelah dilahirkan, Allah SWT mengilhamkan kepada ibunya yang bernama Yukabad untuk menghanyutkan anaknya ke Sungai Nil. Musa kemudian dipungut oleh dayang-dayang istana dan diserahkan kepada permaisuri Firaun. Atas pertolongan Allah SWT, Musa tinggal di istana dan terlepas dari rencana pembunuhan oleh Firaun.

Saat mulai tumbuh dewasa, Musa menyaksikan pertengkaran yang terjadi antara orang Mesir dan seorang pemuda dari Bani Israil. Maka, Musa membantu pemuda Bani Israil itu dan berhasil membunuh pemuda Mesir. Khawatir peristiwa itu diketahui, Musa kemudian pergi berhijrah ke daerah Madyan dan bertemu dengan Syuaib. 

Setelah sekitar 10 tahun, Musa mengajak istrinya untuk kembali ke Mesir. Sesampainya di Lembah Thuwa, yaitu suatu tempat yang suci (Wadi Thuwa), Musa melihat sebuah cahaya. Ia mengira hal itu api. Ia meminta istrinya untuk menunggu di tempat tersebut dan Musa mencoba melihat lebih dekat cahaya itu. Ternyata, di tempat itulah Allah mendeklarasikan kenabian dan kerasulan Musa sebagai utusan Allah SWT. 

Pengangkatan Musa sebagai nabi ini juga diiringi dengan permintaannya kepada Allah agar menjadikan saudaranya (Harun) untuk dijadikan nabi yang membantu Musa menghadapi Firaun. Hal ini dilakukan karena Harun memiliki kemampuan bahasa yang baik.

Ia juga menerima sembilan mukjizat. Di antaranya, tongkat yang bisa berubah menjadi ular, tangannya mengeluarkan cahaya, dan lainnya.

Kemukjizatan Musa lainnya adalah bisa berbicara secara langsung dengan Allah. Kemampuan berbicara dengan Allah inilah yang membuat ia dijuluki dengan Musa Al-Kalim. Peristiwa itu, menurut sebagian pendapat ulama, terjadi di Bukit Thursina. Namun, terdapat sejumlah perbedaan letak Thursina. Apakah di Mesir atau di Palestina.

Allah SWT memerintahkan Musa agar semua mukjizat yang diberikan itu dapat ditunjukkan kepada Firaun yang mengaku sebagai Tuhan. Tongkat Musa yang berubah menjadi ular bisa dijadikan media untuk menghadapi tukang sihir Firaun.

Pada masa Nabi Yusuf AS, Bani Israil menetap di Mesir setelah bermigrasi dari tanah Kan’an (Palestina). Mereka dahulunya adalah orang-orang yang bertauhid dan lurus di atas agama Ibrahim AS.

Saat banyak Bani Israil menyakini Musa sebagai utusan Allah SWT, kemurkaan Firaun semakin memuncak. Dia pun memerintahkan pasukannya untuk menghukum Musa dan Bani Israil. Namun, sebelum peristiwa itu terjadi, Musa dan kaumnya telah pergi meninggalkan Firaun dan keluar dari Mesir menuju negeri yang diberkahi (Palestina).

Menurut beberapa sumber, Nabi Musa wafat di Lembah Tih dan dimakamkan di Gunung Nebo, Yordania. Di Lembah Tih inilah, Nabi Musa menerima 10 perintah Allah (ten commandments) atau Taurat untuk keselamatan Bani Israil.

Di Lembah Tih ini, Bani Israil disesatkan Allah SWT karena mereka membangkang atas perintah nabi-Nya. Allah SWT menghukum mereka di lembah ini selama 40 tahun. Selama itu pula, mereka tidak bisa memasuki Palestina karena kemunafikannya untuk berperang.

Setelah kembali kepada kaumnya, Nabi Musa kaget karena kaumnya makin tersesat jauh. Mereka membuat patung anak lembu untuk disembah. Hal ini terjadi karena ajakan Samiri yang melakukan tipu daya. Maka, Musa pun kemudian mengusir Samiri dan menghancurkan patung anak lembu tersebut. 

3. Nabi Harun AS, Nabi Harun AS adalah saudara kandung Nabi Musa AS. Harun adalah putra dari Imran bin Qashisy bin Azir bin Lewi bin Ya’kub bin Ishak bin Ibrahim al-Khalil. Menurut Sami bin Abdullah Al-Maghluts, Nabi Harun diutus sekitar 1450 SM. 

Usianya lima tahun lebih muda dibandingkan Nabi Musa, yakni 1531 SM, sedangkan Nabi Musa dilahirkan 1527 SM.

Nabi Harun adalah orang kepercayaan dan menjadi tangan kanan Nabi Musa AS dalam menghadapi Firaun. Sebab, ia terkenal dengan gaya bahasa dan tutur katanya yang fasih dan teratur.

وَأَخِي هَارُونُ هُوَ أَفْصَحُ مِنِّي لِسَانًا فَأَرْسِلْهُ مَعِيَ رِدْءًا يُصَدِّقُنِي ۖ إِنِّي أَخَافُ أَنْ يُككَذِّبُونِ

“Dan saudaraku, Harun, lebih fasih lidahnya daripadaku, maka utuslah dia bersamaku sebagai pembantuku untuk membenarkan (perkataan)-ku. Sesungguhnya, aku khawatir mereka akan mendustakanku.” (QS Alqashash [28]: 34).

Saat Musa naik ke Lembah Tih untuk menerima 10 perintah Tuhan, Harun diberikan amanah oleh Nabi Musa untuk menggantikan kedudukannya menjaga kaum Bani Israil. Namun, karena desakan dan bujukan Samiri, Bani Israil justru menuruti perintah Samiri ketimbang ajakan Nabi Harun.

 

Dalam Alquran, nama Nabi Harun disebutkan sebanyak 19 kali, baik yang secara tersirat maupun tersurat. Sementara itu, Nabi Musa disebut dalam Alquran sebanyak 136 kali.  

Infografis 5 Kitab Suci yang Diturunkan pada Nabi - (Republika.co.id)

sumber : Harian Republika
BACA JUGA: Update Berita-Berita Politik Perspektif Republika.co.id, Klik di Sini
Berita Terpopuler