Ekonomi Syariah Indonesia Masih Nomor 3 Dunia, Airlangga: Tidak Masuk Akal

Ekonomi syariah Indonesia berada di peringkat tiga, setelah Malaysia dan Arab Saudi.

Republika/Prayogi
Pengunjung mengamati produk-produk dalam Indonesia Sharia Economic Festival (ISEF) ke-10 tahun 2023, di Jakarta Convention Center, Jakarta, Kamis (26/10/2023). Pelaksanaan ISEF ke-10 tahun 2023 tersebut mengangkat tema Accelerating Sharia Economy and Finance through Digitalization for Inclusive and Sustainable Growth. ISEF ke-10 ini diselenggarakan mulai 25 hingga 29 Oktober 2023 dengan rangkaian kegiatan terdiri dari seminar bertaraf nasional dan internasional, business matching, showcase internasional, dan eksibisi serta bebagai kompetisi. Melalui penyelenggaran ISEF ke-10 ini diharapkan menjadi momentum untuk semakin memperkuat upaya mengintegrasikan pemikiran dan inisiatif seluruh penggiat ekonomi syariah dalam pengembangan ekonomi keuangan syariah Indonesia.
Red: Lida Puspaningtyas

REPUBLIKA.CO.ID, BOGOR -- Menteri Koordinator Bidang Perekonomian Airlangga Hartarto mengatakan bahwa Indonesia harus meningkatkan ekonomi syariah agar menjadi nomor satu di dunia.

Baca Juga


Berdasarkan laporan State of The Global Islamic Economy (SGIE) 2023, ekonomi syariah tanah air berada di peringkat tiga, di bawah Arab Saudi yang menempati posisi kedua dan Malaysia urutan pertama.

“Ini sebetulnya tidak masuk akal karena jumlah penduduk kita 280 juta. Bandingkan dengan Malaysia yang mungkin setara bahkan sedikit lebih kurang dari Jawa Barat, demikian juga dengan Saudi. Oleh karena itu, kita harus meningkatkan agar ekonomi syariah kita bisa nomor satu di dunia,” kata Airlangga dalam agenda Milad Majelis Dakwah Islamiyah (MDI) Ke-46 di Pondok Pesantren Mama Bakry, Leuwisadeng, Kabupaten Bogor, Jawa Barat, Sabtu (1/6/2024).

Hingga saat ini, ekosistem ekonomi dan keuangan syariah Indonesia telah berkembang, terutama dalam bidang investasi keuangan syariah, makanan dan minuman halal, modest fashion, farmasi, kosmetik dan wisata ramah Muslim.

Sebagai salah satu negara dengan penduduk Muslim terbanyak di dunia, Indonesia disebut masih memiliki potensi besar dalam pengembangan ekonomi dan keuangan syariah. Hal ini tergambar dari adanya sekitar 4,8 juta santri dan 39,6 ribu pondok pesantren (ponpes) di Indonesia.

Secara lebih spesifik, sebanyak 12.469 pesantren atau hampir 40 persen dari total pesantren memiliki potensi secara ekonomi di bidang pertanian, peternakan, perikanan serta usaha mikro kecil.

“Pesantren sebagai lembaga pendidikan dan pembelajaran keagamaan, juga memiliki tanggung jawab besar untuk pemberdayaan sosial ekonomi masyarakat,” ungkap Airlangga.

Dalam kesempatan tersebut, dia juga mendorong keuangan inklusif yang merupakan komponen penting dalam proses inklusi sosial dan ekonomi.

Pemerintah sendiri dinyatakan telah menerbitkan Peraturan Presiden Nomor 114 Tahun 2020, sehingga dapat dilakukan akselerasi perluasan akses keuangan kepada masyarakat dengan memperkuat koordinasi antara pemerintah pusat, pemerintah daerah, industri jasa keuangan, organisasi masyarakat, serta lembaga pendidikan seperti ponpes.

“Saya berharap target inklusi keuangan 90 persen bisa dicapai apalagi dengan kerja sama pesantren-pesantren,” ucap dia.

sumber : ANTARA
BACA JUGA: Ikuti Serial Sejarah dan Peradaban Islam di Islam Digest , Klik di Sini
Berita Terpopuler