Kepala HAM PBB Desak Pembunuhan di Tepi Barat oleh Israel Segera Diakhiri
Israel masih lancarkan serangan di Tepi Barat.
REPUBLIKA.CO.ID, JENEWA— Kepala Hak Asasi Manusia Perserikatan Bangsa-Bangsa (PBB), Volker Turk, mendesak diakhirinya pembunuhan di Tepi Barat oleh pasukan Israel dengan total korban mencapai 505 orang sejak 7 Oktober 2023.
“Seolah-olah peristiwa tragis di Israel dan kemudian Gaza selama delapan bulan terakhir belum cukup, masyarakat Tepi Barat yang diduduki juga menjadi sasaran pertumpahan darah yang belum pernah terjadi sebelumnya. dilakukan dengan cara yang tidak senonoh,” kata Volker Turk dalam sebuah pernyataan, Selasa (4/6/2024)
Kantor HAM PBB menuturkan bahwa pada Sabtu (1/6/2024) pasukan Israel menembak mati Ahmed Ashraf Hamidat yang berusia 16 tahun dan melukai parah Mohammed Musa Al Bitar yang berusia 17 tahun di dekat kamp pengungsi Aqabat Jaber, Jericho. Al Bitar meninggal keesokan harinya.
Kematian Al Bitar bersama dengan pembunuhan empat warga Palestina lainnya oleh tentara Israel pada Senin, menjadikan jumlah warga Palestina yang terbunuh di Tepi Barat menjadi 505 orang.
“Pembunuhan, perusakan dan pelanggaran hak asasi manusia yang meluas tidak dapat diterima dan harus segera dihentikan,” ucapnya.
Israel, sebutnya, tidak hanya harus mengadopsi tapi juga menegakkan aturan keterlibatan yang sepenuhnya sejalan dengan norma dan standar hak asasi manusia yang berlaku.
Dia menekankan bahwa setiap tuduhan pembunuhan di luar hukum harus diselidiki secara menyeluruh dan independen dan mereka yang bertanggung jawab harus dimintai pertanggungjawaban.
“Impunitas yang meluas atas kejahatan semacam ini sudah menjadi hal yang lumrah sejak lama di Tepi Barat yang diduduki. Impunitas seperti itu telah menciptakan lingkungan yang memungkinkan terjadinya lebih banyak pembunuhan di luar hukum yang dilakukan oleh ISF,” tuturnya mengacu pada inisial Pasukan Keamanan Israel (ISF)
PBB mencatat bahwa ISF sering menggunakan kekuatan mematikan sebagai upaya pertama terhadap pengunjuk rasa Palestina yang melemparkan batu, botol pembakar, dan petasan ke kendaraan lapis baja ISF.
“Prevalensi warga Palestina yang meninggal setelah ditembak di bagian atas tubuh, serta pola penolakan bantuan medis bagi mereka yang terluka, menunjukkan adanya niat membunuh yang merupakan pelanggaran terhadap hak untuk hidup,” tegas dia.
Sementara itu, Israel melanjutkan serangan brutalnya di Jalur Gaza, menyusul serangan lintas batas yang dilakukan Hamas pada 7 Oktober tahun lalu, meski resolusi Dewan Keamanan PBB menuntut gencatan senjata segera.
Kementerian Kesehatan Palestina mencatat jumlah warga Palestina yang menjadi korban tewas akibat serangan Israel yang tiada henti di Gaza sejak 7 Oktober lalu telah mencapai 36.550 orang.
“Pasukan Israel membunuh 71 orang, dan melukai 182 lainnya dalam tujuh ‘pembantaian’ terhadap keluarga dalam 24 jam terakhir,” kata Kementerian Kesehatan Palestina, Selasa
Kementerian juga mendata bahwa setidaknya 82.959 orang terluka dalam serangan gencar tersebut.
“Banyak orang masih terjebak di bawah reruntuhan dan di jalan karena tim penyelamat tidak dapat menjangkau mereka,” tambahnya.
Israel melanjutkan serangan brutal di daerah kantong Palestina sejak 7 Oktober 2023 menyusul serangan Hamas meskipun ada resolusi Dewan Keamanan PBB yang menuntut gencatan senjata segera di daerah kantong tersebut.
Hampir delapan bulan setelah perang Israel, sebagian besar wilayah Gaza hancur akibat blokade makanan, air bersih, dan obat-obatan yang melumpuhkan.
Israel dituding melakukan genosida di Mahkamah Internasional, yang dalam putusan terbarunya memerintahkan Tel Aviv untuk segera menghentikan operasinya di kota selatan, Rafah, di mana lebih dari satu juta warga Palestina mencari perlindungan dari perang, sebelum mereka akhirnya diserang pada 6 Mei lalu.