Israel-Hizbullah di Ambang Perang Terbuka
Militer Israel mengatakan persiapan perang terbuka dengan Lebanon sampai tahap akhir.
REPUBLIKA.CO.ID, TEL AVIV – Militer Israel menyatakan pada Selasa (4/6/2024) malam bahwa keputusan melakukan perang terbuka dengan kelompok Hizbullah di Lebanon memasuki pembahasan tahap akhir. Sementara pihak Hizbullah menyatakan siap meladeni ancaman perang terbuka tersebut.
Ancaman perang ini terkait saling balas serangan antara kedua pihak yang kian intens di perbatasan Lebanon Israel. Sejak awal pekan ini, rudal-rudal Hizbullah telah menyebabkan kebakaran hebat di utara Israel. Hizbullah menyatakan serangan-serangan itu untuk menekan agar Israel mundur dari Gaza.
Kabinet perang Israel bertemu pada Selasa malam untuk membahas perkembangan terbaru di sepanjang perbatasan dengan Lebanon di tengah kritik terhadap pemerintah karena gagal membawa keamanan ke wilayah tersebut setelah konflik selama berbulan-bulan.
Kepala Staf IDF Letjen Herzi Halevi mengatakan pada Selasa bahwa Israel makin dekat dengan keputusan mengenai serangan harian Hizbullah di Israel utara. “Kami siap setelah proses pelatihan yang sangat baik hingga tingkat Staf Umum untuk melakukan serangan di utara,” katanya dalam rekaman pernyataan dilansir the Times of Israel.
“Kami mendekati titik di mana keputusan harus dibuat, dan IDF siap dan sangat siap untuk mengambil keputusan ini,” kata Halevi di pangkalan militer di Kiryat Shmona. Wilayah itu adalah salah satu yang ikut terbakar.
“Kami telah menyerang selama delapan bulan, dan Hizbullah harus membayar harga yang sangat, sangat tinggi. Kekuatannya telah meningkat dalam beberapa hari terakhir dan kami bersiap setelah melalui proses pelatihan yang sangat baik… untuk melakukan serangan di utara,” katanya.
Sebelumnya, menteri sayap kanan Israel Bezalel Smotrich dan Itamar Ben-Gvir juga mendesak tindakan militer yang lebih jauh ke Lebanon. “Tidak akan ada perdamaian di Lebanon jika tanah kami terkena dampaknya dan orang-orang di sini dievakuasi,” kata Ben-Gvir setelah tur di kota utara Kiryat Shmona dalam pernyataan video yang dibagikan di X. “Mereka membakar kita di sini, kita harus membakar seluruh benteng Hizbullah, menghancurkannya. Perang!" Ben-Gvir dan Smotrich adalah anggota kabinet keamanan Israel tetapi bukan anggota kabinet perang.
Sebaliknya Wakil Sekretaris Jenderal Hizbullah Naim Qassem menyatakan bahwa pihaknya siap melawan jika Israel menginginkan perang habis-habisan. “Keputusan kami bukan untuk memperluas perang, namun kami akan melawannya jika hal itu dipaksakan kepada kami,” kata Qassem.
“Setiap perluasan perang Israel di Lebanon akan mengakibatkan kehancuran, kehancuran, dan pengungsian di Israel,” pejabat tinggi Hizbullah itu bersumpah. Qassem membantah laporan mengenai penarikan pasukan elit 'Pasukan Radwan' dari perbatasan dengan Israel, dan menekankan bahwa Hizbullah baru menggunakan “sebagian kecil dari kemampuannya, sebanding dengan sifat pertempuran.”
Tim pemadam kebakaran Israel pada Selasa terus memadamkan api besar, yang dipicu oleh roket yang ditembakkan dari Lebanon selatan. Kebakaran melanda beberapa permukiman dan lokasi militer di Galilea Atas dan Dataran Tinggi Golan, sehingga memaksa evakuasi.
Kebakaran besar... baca halaman selanjutnya
Tentara Israel melaporkan bahwa pasukannya mampu mengendalikan titik api, namun situasinya tetap berbahaya, dengan api masih berkobar di sekitar beberapa pemukiman, termasuk Kiryat Shmona, di mana api telah mencapai beberapa perumahan.
Penyebaran api memerlukan diterjunkannya sejumlah besar pemadam kebakaran serta pasukan tentara dan polisi. Banyak warga yang dievakuasi dari Kiryat Shmona dan permukiman lainnya. Tentara Israel membenarkan bahwa enam tentara cadangan terluka karena menghirup asap.
Namun menurut Aljazirah, Rumah Sakit Sefad mengonfirmasi bahwa mereka menerima sedikitnya 16 orang yang terluka dalam kebakaran Kiryat Shmona, termasuk tujuh tentara.
Sejak tanggal 8 Oktober, pasukan pimpinan Hizbullah hampir setiap hari menyerang komunitas dan pos militer Israel di sepanjang perbatasan, dan kelompok tersebut mengatakan bahwa mereka melakukan hal tersebut untuk menekan Israel agar menghentikan serangan ke Gaza.
Sejauh ini, bentrokan di perbatasan telah mengakibatkan 10 kematian warga sipil di pihak Israel, serta tewasnya 14 tentara dan cadangan IDF. Ada juga beberapa serangan dari Suriah, tanpa ada korban jiwa. Hizbullah telah menyebutkan 328 anggotanya yang dibunuh oleh Israel selama pertempuran yang sedang berlangsung, sebagian besar di Lebanon tetapi beberapa juga di Suriah. Di Lebanon, 62 anggota kelompok Hizbullah lainnya, seorang tentara Lebanon, dan puluhan warga sipil telah terbunuh.
Israel telah menduduki sebagian wilayah Lebanon selama beberapa dekade dan baru meninggalkan negara itu pada tahun 2000, menyusul perlawanan keras Lebanon di bawah kepemimpinan Hizbullah. Mereka berusaha untuk menduduki kembali Lebanon pada tahun 2006 namun gagal dalam apa yang dianggap Lebanon sebagai kemenangan besar melawan Israel.
Namun Israel tetap menduduki sebagian wilayah Lebanon, yakni wilayah Peternakan Sheeba. Hizbullah telah berjanji untuk memulihkan setiap inci wilayah Lebanon yang telah diduduki Israel bertentangan dengan hukum internasional.