Sistem Pertahanan Ngadat: 11 Tentara Israel Kena Drone Hizbullah, Satu Kritis
Israel menyiagakan 50 ribu tentara
REPUBLIKA.CO.ID, TEL AVIV – Setidaknya 11 tentara Israel terluka, satu dalam kondisi kritis, dalam serangan yang diklaim Hizbullah dengan menggunakan drone bermuatan bahan peledak di Israel utara pada Rabu. Sistem sirine peringatan dini yang tiba-tiba tak berfungsi memungkinkan drone Hizbullah menembus kompleks militer Israel tersebut.
Pasukan penjajahan Israel (IDF) mengatakan pihaknya sedang menyelidiki mengapa sirene tidak berbunyi ketika setidaknya dua drone menghantam kota Hurfeish yang mayoritas penduduknya Druze, terletak beberapa kilometer dari perbatasan Lebanon. Kelompok Hizbullah Lebanon mengaku bertanggung jawab atas serangan itu, dengan mengatakan mereka meluncurkan beberapa drone peledak ke posisi militer di daerah tersebut.
Menurut penilaian awal militer, kedua drone tersebut mengenai sasaran dalam waktu beberapa menit, dan drone selanjutnya tampaknya menargetkan kru penyelamat yang datang untuk merawat mereka yang terluka akibat drone pertama. Hizbullah telah menggunakan taktik seperti itu beberapa kali di tengah perang. Kelompok tersebut mengatakan serangan itu merupakan respons terhadap serangan mematikan IDF baru-baru ini di Lebanon selatan, termasuk serangan pada Selasa di Naqoura yang menewaskan seorang anggota Hizbullah.
Direktur Jenderal Magen David Adom Eli Bin mengatakan kepada berita Channel 12 bahwa 11 orang terluka dalam serangan itu, termasuk satu orang dalam kondisi kritis. Tiga orang tercatat dalam kondisi sedang dan sisanya luka ringan, tambah Bin dilansir the Times of Israel. Galilee Medical Center di Nahariya mengatakan tujuh korban dibawa ke pusat kesehatan tersebut, tiga diantaranya mengalami luka sedang dan empat lainnya dalam kondisi baik. Dua warga Israel lainnya yang mengalami luka ringan dibawa ke Rumah Sakit Ziv di Safed, kata pusat medis tersebut.
Setelah serangan tersebut, militer mengumumkan bahwa mereka telah melakukan serangan terhadap serangkaian sasaran Hizbullah di Lebanon selatan sepanjang hari. IDF mengatakan sasarannya termasuk infrastruktur Hizbullah di Naqoura dan Matmoura, bangunan yang digunakan oleh kelompok teror di Ayta ash-Shab, dan pos pengamatan di Khiam. IDF juga menembaki sejumlah daerah di Lebanon selatan dengan artileri untuk “menghilangkan ancaman.”
Sejak tanggal 8 Oktober, pasukan pimpinan Hizbullah hampir setiap hari menyerang komunitas dan pos militer Israel di sepanjang perbatasan. Kelompok tersebut mengatakan bahwa mereka melakukan hal tersebut untuk mendukung Gaza di tengah serangan berutal Israel di sana. Kelompok tersebut dalam beberapa bulan terakhir semakin sering menggunakan drone bermuatan bahan peledak, rudal anti-tank, dan rentetan roket. Sejauh ini, bentrokan di perbatasan telah mengakibatkan 10 kematian warga sipil di pihak Israel, serta tewasnya 14 tentara dan cadangan IDF. Ada juga beberapa serangan dari Suriah, tanpa ada korban jiwa.
Pada awal pekan ini, serangan roket dan drone Hizbullah menyebabkan kebakaran hebat di wilayah utara Israel. Serangan itu memicu rencana serangan terbuka Israel ke Lebanon.
Persiapan serangan... baca halaman selanjutnya
Puluhan ribu pasukan cadangan Israel telah dipanggil untuk bersiap melancarkan serangan melawan kelompok Hizbullah ke Lebanon. Pengiriman tentara untuk perang terbuka dengan Lebanon itu tinggal menunggu keputusan Pemerintah Israel.
Israel Broadcasting Corporation melaporkan pada Rabu bahwa tentara sedang menunggu keputusan dari pemerintah untuk menjadikan konfrontasi dengan Hizbullah di Lebanon sebagai “medan perang besar” yang mencakup operasi darat. Hal itu akan mengubah perang di Jalur Gaza menjadi “medan perang sekunder.”
Radio Tentara Israel mengatakan bahwa pemerintah mengizinkan pemanggilan 50 ribu tentara cadangan tambahan sebagai persiapan untuk eskalasi di front Lebanon. Channel 14 Israel mengatakan, perkiraan di Israel adalah bahwa perang dengan Hizbullah mungkin akan pecah dalam beberapa pekan mendatang.
Hal itu terjadi pada saat Israel utara telah menyaksikan kebakaran hutan sejak Ahad yang disebabkan oleh serangan rudal dan drone yang diluncurkan oleh Hizbullah. Serangan itu sebagai bagian dari serangan bom harian yang menyasar tentara pendudukan sejak 8 Oktober lalu.
Pihak keamanan dan pimpinan senior militer percaya bahwa tingkat politik (pemerintah) sekarang harus mengambil keputusan untuk mengubah kenyataan yang tidak tertahankan di wilayah perbatasan Israel utara.” "Ini berarti mengubah front utara menjadi arena konfrontasi utama, sementara Jalur Gaza menjadi medan perang sekunder, pada saat 124 sandera (Israel) masih ditahan oleh Hamas antara yang hidup dan yang mati."
Pada Juli 2006, Hizbullah menangkap dua tentara Israel di perbatasannya yang memicu respons militer besar-besaran dari Israel. Perang tersebut berlangsung selama 34 hari dan mengakibatkan kematian lebih dari 1.100 warga Lebanon dan 165 warga Israel.
Aljazirah melaporkan, tak ada yang secara meyakinkan memenangkan perang, tapi warga sipil Lebanon jelas-jelas jadi korbannya. Israel menghancurkan atau merusak sekitar 30 ribu rumah, 109 jembatan, dan 78 fasilitas medis, menurut Komite Palang Merah Internasional.
Sejak 8 Oktober 2023, Hizbullah kembali melakukan serangan sporadis ke wilayah utara Israel untuk menekan Israel agar mundur dari Jalur Gaza. Sejak serangan Israel ke Rafah yang ditentang banyak negara, Hizbullah menggencarkan serangannya. Pada Mei terjadi jumlah serangan Hizbullah tertinggi, yaitu 325 serangan, menurut Pusat Penelitian dan Pendidikan Alma. Setiap hari rata-rata terjadi 10 serangan. Angka itu melonjak dibandingkan 238 serangan pada April dengan rata-rata harian 7,8 serangan.
Hizbullah memiliki setidaknya 60 ribu pejuang, termasuk pejuang penuh waktu dan cadangan. Kelompok ini juga meningkatkan persediaan rudalnya dari 14 ribu pada tahun 2006 menjadi sekitar 150 ribu sekarang. Sebagian besar merupakan rudal jarak pendek, Hizbullah juga memiliki rudal berpemandu presisi buatan Iran yang memiliki jangkauan 300 km.
Perdana Menteri Israel Benjamin Netanyahu menegaskan siap melancarkan serangan ekstrem terhadap Hizbullah di Lebanon. Hal ini seiring saling serang antara kedua negara yang makin gencar belakangan.
“Kami siap menjalankan aksi yang sangat kuat di utara,” kata Netanyahu selama kunjungannya ke Kiryat Shmona di perbatasan dengan Lebanon kemarin. Pertempuran antara IDF dan Hizbullah telah meningkat secara signifikan di lokasi dalam beberapa hari terakhir.