Sa'i Membangun Harapan dan Keyakinan
Ritual sa'i ini memperagakan dan memperingati pencarian air oleh Siti Hajar.
Oleh: Nasir Tajang (PHD-PIH Prov DKI Jakarta Tahun 2024)
Sa'i merupakan salah satu rukun Haji yang dilakukan dengan berjalan kaki (berlari-lari kecil bolak balik tujuh kali dari Bukit Shafa dan ke Bukit Marwah dan sebaliknya) . Bukit Shafa merupakan tempat dimulainya Sa'i berjarak kurang lebih 100 m dari Ka'bah. Jarak antara shofa dan Marwah sekitar 450 m, sehingga dengan 7 kali putaran, jarak yang ditempuh sekitar 3,15 kilometer.
Pelaksanaan ritual sa'i ini adalah memperagakan dan memperingati pencarian air oleh Siti Hajar. Setelah beberapa waktu Siti Hajar dan anaknya Ismail yang masih bayi ditinggal sebatang kara di gurun tandus, maka perbekalannya sudah habis, termasuk air yang merupakan fungsi utama agar bisa bertahan hidup.
Anaknya Ismail mulai menangis meronta-meronta kehausan. Ia pun segera bangkit berjuang mencari air. Batas bertahan hidup pun semakin pendek. Manusia bisa bertahan hidup berhari-hari tanpa makan, namun tidak dengan tanpa minum, apalagi bayi.
Untuk bisa optimal mencari air, ia meletakkan bayinya di bebatuan. Ia naik ke bukit Shafa dengan berlari sambil mencari air dan menghadap ke lembah dengan harapan ia melihat orang, setelah tidak menemukan air dan orang, lalu berlari pindah ke bukit Marwah melakukan hal yang sama.
Upaya ini dilakukan dengan mengerahkan segenap kemampuannya sehingga bolak-balik sebanyak tujuh kali, namun air yang dicari belumlah kunjung ditemukan. "Karena inilah manusia melakukan sa'i antara kedua bikit Shafa dan Marwah" . Demikian yang disampaikan Ibnu Abbas dari sabda Rasulullah SAW.
Dengan perasaan cemas, namun dalam diri Siti Hajar, tidak berkurang sedikitpun optimisme dan keyakinan akan pertolongan Allah.
Lalu ia kembali ke tempat ia meninggalkan anaknya. Betapa terkejutnya Siti Hajar, anak yang ditinggalkan dalam keadaan haus dan menangis ternyata dalam perlindungan dan kasih sayang Allah SWT, ia melihat air telah memancar dari tanah di dekat kaki Ismail.
Siti Hajar Hajar berusaha menampungnya sambil berucap terhadap air itu "zami, zami", berkumpullah, berkumpullah. Dari air itulah Siti Hajar dan anaknya minum.
Dari peristiwa ini tergambar jelas bahwa Allah SWT menuntut kita berjuang tidak hanya sekali, tetapi berkali-kali sampai batas maksimal kemampuan.
Hadirnya air zam-zam adalah anugerah dan pertolongan Allah SWT yang lahir dari keringat dan air mata yang bercucuran dari Siti Hajar. Semangat inilah yang harus kita jiwai di saat melaksanakan Sa'i.
Sa'i adalah mengerahkan segenap kekuatan, energi, potensi dalam mencari penghidupan yang lebih baik. Sa'i adalah perjuangan memenuhi kebutuhan agar bisa bertahan hidup dan terus berpengharapan penuh kepada Allah, sesulit apapun dan sekecil apapun peluangnya, sekalipun itu, mengharapkan mata air dari gunung batu yang tandus.
Teruslah berbuat baik dan bertangungjawab terhadap anak-anak yang dititipkan kepadamu, kelak merekalah yang akan memberikan manfaat yang lebih besar dari apa yang kita berikan. Begitu pula keberhasilan sungguh tidak terduga datangnya, terkadang dari anak, bahkan dari orang lain yang menjadi sarana keberhasilan yang kita raih.
Janganlah "mendikte" Allah dalam berharap dan berdo'a kepada-Nya. Bisa jadi yang kita minta lebih kecil dan jangka pendek dari apa yang akan berikan Allah SWT. Siti Hajar, hanya berharap mendapatkan air untuk bisa bertahan hidup, namun Allah memberikan zamzam yang menjadi sumber kehidupan sampai saat ini.
Pembelajaran yang tidak kalah pentingnya dari Siti Hajar kepada kita semua adalah ternyata totalitas kepasrahan kepada Allah atau tawakkal tidak membuatnya hanya pasrah dan berpangku tangan. Siti Hajar bangkit, terus bergerak dan berjuang tanpa putus asa dan mengenal lelah. Ia berlari-lari dari satu bukit tandus ke bukit tandus lainnya untuk mencari air. Tekadnya bulat dan kemauannya keras.
Untuk itu, di saat melaksanakan sa'i, jiwailah seperti yang dirasakan Siti Hajar ketika bejuang bolak-balik mencari air dari Shafa dan Marwah dan teruslah menggantungkan harapan kepada-Nya.
Sungguh, Allah SWT tidak pernah meninggalkan hamba-Nya. Allah hanya ingin melihat perjuanganmu dan sebesar apa harapanmu kepada-Nya.