Saksi Kunci Penolong Vina dan Eky Resmi Dilindungi LPSK, Ini Alasannya

Kedatangan petugas LPSK itu setelah Suroto memberikan kesaksian di sejumlah media.

Dok Republika
Suroto, orang yang pertama menolong Eky dan Vina, saat menunjukkan lokasi ditemukannya Eky dan Vina di jembatan flyover Talun, Cirebon, Kamis (6/6/2024).
Rep: Lilis Sri Handayani Red: Mas Alamil Huda

REPUBLIKA.CO.ID, CIREBON – Suroto, orang yang pertama menolong Vina dan Muhammad Rizky atau Eky, saat keduanya tergeletak di jembatan fly over Talun, Cirebon pada 27 Agustus 2016, resmi mendapat perlindungan dari Lembaga Perlindungan Saksi dan Korban (LPSK).

Baca Juga


Suroto mengatakan, dua orang petugas dari LPSK mendatanginya pada Jumat (7/6/2024) sekitar pukul 14.00 WIB. Pihak LPSK menawarkan kepadanya untuk memberikan perlindungan sebagai saksi dalam kasus tersebut. Kedatangan petugas LPSK itu setelah Suroto memberikan kesaksian di sejumlah media, kemarin, mengenai kronologis saat dirinya menemukan dan menolong Vina dan Eky.

Menurut Suroto, kedua petugas LPSK itu intinya ingin membantu melindunginya dari kemungkinan adanya teror atau intimidasi. Pasalnya, kasus pembunuhan Vina dan Eky merupakan kasus yang cukup besar. ‘’(Petugas LPSK mengatakan) takutnya Bapak (Suroto) nanti diintimidasi atau diteror,’’ kata Suroto, menirukan ucapan petugas LPSK tersebut di Cirebon pada Jumat (7/6/2024).

Suroto mengungkapkan, setelah mendapat tawaran itu, dirinya menelepon keluarganya terlebih dulu untuk meminta pendapat mereka. Menurutnya, keluarganya mendukung agar dirinya mendapat perlindungan dari LPSK. ‘’Sebelum saya setujuin, saya nelepon dulu ke keluarga. Kata keluarga, ya wis gak papa, biar ada pendamping. Jadi saya menyetujui (tawaran LPSK),’’ ungkap Suroto.

Suroto mengungkapkan, keputusannya untuk menerima tawaran perlindungan dari LPSK itu karena kasus pembunuhan Vina dan Eky merupakan kasus yang besar. Dia pun belum mengetahui apakah kesaksiannya bisa diterima oleh kedua belah pihak atau tidak.

‘’Ini kasusnya kasus besar. Saya belum tahu mana yang benar. Apakah saya sebagai saksi Vina ini nantinya diterima oleh kedua belah pihak, yang tidak senang muapun yang senang. (Makanya) saya minta perlindungan ke LPSK,’’ ungkap Suroto.

Suroto menambahkan, setelah resmi menerima tawaran tersebut, petugas LPSK pun berpesan kepadanya untuk segera menghubungi mereka bilamana mendapat teror atau tekanan dari siapapun.

‘’(Petugas LPSK mengatakan) bilamana ada hal-hal yang tidak mengenakkan, ada orang yang meneror, mengancam, silakan langsung hubungi kami,’’ kata Suroto mengulang ucapan petugas LPSK.

Suroto mengungkapkan, sejauh ini tidak ada teror atau intimidasi yang diterimanya. Dia pun mengaku siap jika diminta kepolisian untuk memberikan kesaksian kembali seputar kasus tersebut. ‘’Oh siap,’’ kata Suroto.

Cerita Suroto menjadi penolong pertama. Baca berita di halaman selanjutnya.

Kejanggalan kasus Vina Cirebon. - (Republika)

Suroto adalah orang pertama yang menolong Vina dan Muhammad Rizky atau Eky, saat keduanya terkapar di fly over Talun, Cirebon, pada 27 Agustus 2016 malam. Sekitar dua hari setelah peristiwa terebut, dia dipanggil oleh polisi dan diajak ke lokasi di dekat SMPN 11 Kota Cirebon.

‘’Saya diajak ngikut untuk olah TKP (tempat kejadian perkara) di belakang showroom, di kebun,’’ ucap Suroto saat ditemui di Cirebon, Kamis (6/6/2024).

Suroto mengatakan, di lokasi tersebut sudah ada dua orang yang dibawa oleh petugas. Namun, Suroto mengaku tidak mengetahui identitas kedua orang tersebut. Dia juga tidak mengenali wajah keduanya karena kondisi malam hari yang gelap dengan penerangan yang minim. Dia mengatakan, penerangan saat itu hanya bersumber dari lampu senter handphone.

‘’Cuma aku denger, (petugas tanya) kamu pukul pakai apa? Kamu bacok pakai apa?,’’ kata Suroto, menirukan ucapan petugas.

Suroto menduga dua orang tersebut merupakan pelaku pembunuhan Vina dan Eky. Pasalnya, mereka menjawab pertanyaan petugas soal pemukulan kepada korban.

‘’(Petugas tanya) kamu pukul pakai apa? (Dijawab) balok. (Petugas tanya) baloknya dibuang ke mana? Ya wis nyari-nyari di situ,’’ ungkap Suroto.

Suroto pun mengaku pernah dipanggil dua kali sebagai saksi dalam persidangan kasus tersebut. Dia pun memberikan kesaksian yang memang diketahuinya.

Awalnya, Suroto melihat kerumunan warga di jembatan fly over Talun dan disebutkan ada korban kecelakaan. Saat itu, dia melihat korban Eky dan Vina tergeletak di jalan, dengan posisi terpisah sekitar lima meter di antara keduanya.

Suroto memperkirakan saat itu Eky sudah meninggal dunia karena tidak memberikan respons. Sedangkan Vina, masih hidup dan meminta tolong kepadanya.

Menurut Suroto, kondisi kedua korban dipenuhi luka di sekujur tubuh mereka. Wajah mereka juga lebam-lebam. Namun, kondisi sepeda motor milik korban dalam keadaan utuh dan tidak rusak sedikitpun.

Sesampainya di rumah usai membawa Vina dan Eky ke rumah sakit, Suroto pun merasa heran dengan kondisi yang dialami kedua korban. Dia pun menyampaikan keheranannya itu kepada istrinya.

‘’Saya cerita ke istri, kenapa ya, itu cuma kecelakaan, motor gak papa, (korban) sampai separah itu. Muka hancur, dalam arti lebam semua, udah gak keliatan muka, udah penuh luka-luka semua,’’ kenang Suroto.

Pertanyaan Suroto pun terjawab karena polisi kemudian menyatakan Vina dan Eky sebagai korban pembunuhan.

Sutradara film Vina: Sebeleum 7 Hari angkat bicara. Baca di halaman selanjutnya.


Sutradara film 'Vina: Sebelum 7 Hari', Anggy Umbara mengungkapkan penyidik memberikan sejumlah pertanyaan kepada dirinya tentang proses pembuatan film tersebut saat menjalani pemeriksaan di Mapolda Jabar, Kamis (6/6/2024). Ia pun sempat diperlihatkan tangkapan layar rekaman CCTV diduga terkait kasus pembunuhan Vina dan ditanya apakah benar.

"Tadi dikasih lihat (tangkapan layar) CCTV ternyata bukan CCTV tapi orang kita lagi syuting direkam. Nah itu jadi CCTV jadi hoaks, saya konfirmasi kita lagi syuting," ucap dia seusai menjalani pemeriksaan, Kamis (6/6/2024).

Ia mengatakan, penyidik menanyakan tentang foto tangkapan layar rekaman CCTV yang viral di media sosial. Dengan tegas Anggy menyebut bahwa foto yang diperlihatkan kepadanya hoaks.

"Itu dari hasil syuting kita karena kelihatan jaketnya beda. Ada lampu pas syuting. Yang dikasih lihat ke saya gak ada (yang beda foto) itu hasil syuting semua. Jadi dari orang ngevideoin," kata dia.

Selama diperiksa, ia mengaku diberi banyak pertanyaan mulai dari proses pembuatan film dan lainnya saat menjalani pemeriksaan. Kurang lebih 20 pertanyaan diajukan penyidik kepada dirinya.

"Mereka ingin tahu dapat ceritanya dari mana, dari versi mana segala macam. Ya detail pembuatan film yaudah sih ditanya itu," kata dia.

Terkait produser, ia mengaku pemeriksaan dilakukan oleh penyidik yang berbeda. Namun, diperkirakan pertanyaan kepada produser berkaitan sisi formalitas dan administrasi sedangkan dirinya ke sisi kreatif.

Ia menambahkan, pihaknya melakukan dramatisasi dalam film untuk memberikan kekuatan emosional. "Kita bikin produk komersil yang menghibur dan menyampaikan pesan," kata dia.

BACA JUGA: Ikuti News Analysis News Analysis Isu-Isu Terkini Perspektif Republika.co.id, Klik di Sini
Berita Terpopuler