Di Tengah Upaya Gencatan Senjata, Israel Terus Lakukan Pembantaian

Amerika dituding bias ke Israel soal gencatan senjata.

AP Photo/Saher Alghorra
Anak-anak Palestina yang terluka akibat bombardir Israel di Jalur Gaza dirawat di Rumah Sakit al-Aqsa di Deir al Balah, Ahad, 9 Juni 2024.
Red: Fitriyan Zamzami

REPUBLIKA.CO.ID, GAZA – Rezim Perdana Menteri Benjamin Netanyahu disebut kembali mencoba menggagalkan kesepakatan gencatan senjata yang akan mengakhiri serangan brutal ke Jalur Gaza. Saat Hamas disebut belum menerima kesepakatan gencatan senjata, kenyataan di lapangan justru Israel yang terus melakukan pembantaian. 


Kantor berita WAFA melansir, lima warga sipil syahid  dan lainnya terluka dalam serangan udara Israel yang menargetkan kota Rafah dan Khan Younis, di selatan Jalur Gaza pada Senin (10/6/2024). Sumber-sumber medis mengatakan bahwa lima warga sipil tewas dan 30 lainnya terluka akibat pemboman pendudukan di kota Rafah, dan mencatat bahwa kota tersebut telah menyaksikan penembakan artileri yang sedang berlangsung di sekitar Bundaran Al-Alam di sebelah barat kota.

Sementara itu, pesawat-pesawat tempur pendudukan juga menargetkan tenda-tenda pengungsi di Mawashi Khan Yunis, yang mengakibatkan beberapa warga sipil terluka. Jumlah syuhada akibat agresi mematikan Israel terhadap Jalur Gaza sejak 7 Oktober 2023 kini telah melonjak menjadi 37.124 orang pada Senin. WAFA menambahkan bahwa setidaknya 84.712 orang lainnya juga terluka dalam serangan gencar tersebut.

Setidaknya 40 orang syahid dan 218 lainnya terluka dalam serangan Israel yang terjadi dalam 24 jam terakhir, tambah mereka. Banyak korban masih terjebak di bawah reruntuhan dan di jalan karena tim penyelamat masih belum dapat menjangkau mereka.

Ismail Haniyeh, kepala biro politik Hamas, berbicara kepada Aljazirah Arabia tentang kesepakatan gencatan senjata yang diusulkan AS dan prospek untuk mengakhiri perang. Dia mengatakan Israel menyerang kamp Nuseirat dan membebaskan empat tawanan Israel sambil membunuh sedikitnya 274 warga Palestina pada Sabtu lalu untuk menghalangi perjanjian apapun yang akan mengakhiri perang.

Haniyeh menuduh Amerika Serikat (AS) menjadi bagian dari serangan tersebut, dan mengatakan bahwa pemerintahan Biden “tidak kalah jahatnya” dibandingkan kepemimpinan Israel.

Pejabat senior Hamas Sami Abu Zuhri mengatakan kelompoknya akan terlibat secara positif dengan setiap proposal yang mengakhiri perang, sambil menyerukan Amerika Serikat untuk mendorong Israel menuju gencatan senjata permanen.

“Kami menyerukan kepada pemerintah AS untuk memberikan tekanan pada pendudukan untuk menghentikan perang di Gaza dan gerakan Hamas siap untuk menangani secara positif setiap inisiatif yang dapat mengakhiri perang”, kata Abu Zuhri dalam komentar yang dimuat oleh Reuters.

Pernyataan itu muncul ketika Menteri Luar Negeri AS Antony Blinken memulai perjalanan ke Timur Tengah sebagai bagian dari upaya gencatan senjata yang diperbarui. Blinken diperkirakan pertama kali tiba di Kairo hari ini, setelah itu ia akan melakukan perjalanan ke Yerusalem untuk berdiskusi dengan Perdana Menteri Israel Netanyahu.

Abu Zuhri mengatakan komentar Blinken dalam kunjungan itu mengenai proposal gencatan senjata di Gaza menunjukkan “bias terhadap Israel”. “Pidato Blinken selama kunjungannya ke Mesir… memberikan kedok Amerika atas bencana yang dilakukan oleh pendudukan di Gaza,” katanya kepada Reuters.

 

 

Desakan Blinken... baca halaman selanjutnya

Blinken saat berkunjung ke Kairo mendesak negara-negara Arab untuk mendorong Hamas menyetujui gencatan senjata. “Pesan saya kepada pemerintah di seluruh kawasan, kepada masyarakat di seluruh kawasan, adalah jika Anda menginginkan gencatan senjata, tekan Hamas untuk mengatakan ‘ya’. Jika Anda ingin meringankan penderitaan rakyat Palestina di Gaza, tekan Hamas untuk mengatakan ‘ya’. Jika Anda ingin semua sandera pulang, tekan Hamas untuk mengatakan ‘ya’. Jika Anda ingin menempatkan Israel dan Palestina pada jalan menuju perdamaian dan keamanan yang lebih tahan lama, tekan Hamas untuk mengatakan ‘ya’.”

Sementara di Israel, gencatan senjata mendapat tentangan. Bezalel Smotrich, menteri keuangan sayap kanan Israel, menegaskan dia tidak akan mendukung proposal gencatan senjata yang didukung AS karena hal itu tidak menjamin kehancuran Hamas.

“Tanggung jawab kami sebagai seorang pemimpin adalah memikirkan hal-hal yang tidak hanya terjadi di sini dan saat ini, namun juga apa implikasi jangka panjang dari setiap keputusan yang kami ambil terhadap keamanan rakyat Israel, dengan masa depan rakyat Yahudi, kata Smotrich pada pertemuan komite keuangan, menurut situs berita Israel 0404. “Kami akan membalik semua batu untuk membawa kembali semua korban penculikan, tapi kami tidak akan melakukan bunuh diri secara kolektif.”

Warga Palestina berduka atas jenazah kerabatnya yang tewas dalam serangan udara Israel, di luar kamar mayat Rumah Sakit Martir Al-Aqsa di Deir al Balah, Jalur Gaza, Senin, 10 Juni 2024. - (AP Photo/Jehad Alshrafi)

Wakil Duta Besar AS untuk PBB Robert Wood mengatakan bahwa Israel menerima proposal AS untuk perjanjian tiga fase antara Hamas dan Israel. Hal ini terjadi beberapa jam sebelum Dewan Keamanan PBB akan melakukan pemungutan suara terhadap rancangan resolusi yang diajukan oleh Amerika Serikat yang meminta Hamas untuk menerima kesepakatan tersebut.

“Usulan ini adalah kesempatan terbaik yang kita miliki saat ini, untuk menghentikan setidaknya sementara pertempuran ini agar bisa mendapatkan lebih banyak bantuan, membebaskan sandera, dan semua hal lainnya termasuk dalam proposal. Jadi kami ingin bekerja keras untuk mewujudkannya,” kata Wood, berbicara di markas besar PBB di New York City.

 

“Kami ingin memberikan tekanan pada Hamas untuk menerima kesepakatan ini. Sejauh ini, pihaknya belum menerima kesepakatan ini,” klaimnya. Ketika ditanya oleh seorang jurnalis yang mengatakan bahwa Israel juga belum secara resmi menerima proposal tersebut, Wood menjawab: “Israel telah menerima kesepakatan tersebut. Sekarang saatnya Hamas. Hamas harus menerima kesepakatan ini.”

Yuk koleksi buku bacaan berkualitas dari buku Republika ...
Berita Terpopuler