Petaka Judi Online: Ketika Nyawa Suami Melayang di Tangan Istri Tercinta

Briptu FN membakar Briptu RDW karena kesal uang keluarga dipakai untuk judi online.

Dok. Freepik
Seseorang memegang korek api (ilustrasi). Seorang polwan di Mojokerto, Jatim, Briptu FN membakar sang suami Briptu RDW karena menggunakan uang keluarga untuk bermain judi online.
Rep: Gumanti Awaliyah Red: Qommarria Rostanti

REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA -- Judi online, dengan tawaran keuntungan instan dan sensasi menegangkan, bagai candu yang dapat menjerat siapa saja. Di balik kesenangan sesaat, judi online menyimpan bahaya besar yang dapat “menghancurkan” rumah tangga, seperti yang terjadi pada pasangan polisi Briptu FN (istri) dan Briptu RDW (suami) di Mojokerto, Jawa Timur. 

Baca Juga


Status sebagai suami dan ayah dengan tiga batita tak menghentikan Briptu RDW dari judi online. Briptu FN kesal dengan kebiasaan sang suami yang menghabiskan uang rumah tangganya untuk main judi padahal kebutuhan rumah tangga belum tercukupi. Briptu FN akhirnya membakar Briptu RDW pada Sabtu (8/6/2024). 

"Motifnya adalah sering menghabiskan uang belanja yang harusnya dipakai untuk membiayai hidup ketiga anaknya, mohon maaf, ini dipakai untuk main judi online," ujar Kabid Humas Polda Jatim Kombes Dirmanto di Surabaya, Jawa Timur, Ahad (9/6/2024).

Briptu RDW sempat menjalani perawatan medis di ruangan ICU RSUD Wahidin Sudiro Husodo Kota Mojokerto karena menderita luka bakar 96 persen. Namun, nyawanya tak tertolong. Dia dinyatakan meninggal dunia pada Ahad (9/6/2024) pukul 12.55 WIB.

Briptu FN telah ditetapkan sebagai tersangka oleh Penyidik Reknata Ditreskrimum Polda Jatim. Briptu FN dijerat dengan pasal tentang Kekerasan Dalam Rumah Tangga.

Kasus Briptu FN dan Brigadir RDW dinilai menjadi tamparan keras bagi masyarakat tentang bahaya judi online. Judi online tak hanya merugikan secara finansial, tetapi juga dapat membawa dampak destruktif bagi kehidupan rumah tangga, bahkan berujung pada tragedi seperti Briptu FN dan RDW.

Menurut pakar psikologi forensik, Reza Indragiri Amriel, kasus tersebut sangat memprihatinkan. Bukan hanya karena masalah kekerasan dalam rumah tangga yang menyebabkan sang suami meninggal, namun juga perihal kecanduan judi online yang menjerat aparat kepolisian.

“KDRT, apalagi pembunuhan, memang serius. Yang menurut saya semakin memprihatinkan adalah candu judi online di kalangan personel polisi,” kata Reza Indragiri saat dihubungi Republika.co.id, Senin (10/6/2024).

Reza mengatakan kasus ini harus menjadi perhatian serius institusi Polri. Terlebih selama ini, institusi Polri konon getol melakukan penindakan terhadap judi online. Sementara di sisi lain, anggotanya sendiri justru kecanduan judi online.

“Semakin banyak personel yang mengalami kecanduan judi online, maka semakin besar pula penurunan kualitas layanan polisi bagi masyarakat,” kata Reza.

Kemungkinan baby blues? Lanjutkan membaca>>

 

Psikolog dari Universitas Indonesia, Rose Mini Agoes Salim, mengatakan Briptu FN yang baru melahirkan anak kembar empat bulan lalu, ada kemungkinan mengalami baby blues.

Baby blues merupakan nuansa emosi yang berubah secara drastis, seperti dari senang ke sedih, yang biasanya terjadi karena penyesuain diri menjadi seorang ibu. Selain itu, kata Rose, ibu yang baru melahirkan juga cenderung memiliki emosi yang labil karena mengalami perubahan hormon dan kurang istirahat.

Dia menyebut, dalam kondisi baby blues, seorang ibu sangat memerlukan bantuan dari lingkungan terdekat terutama sang suami. Jika suami malah berulah, apalagi mengulangi kebiasaan buruk berjudi online, maka itu bisa mendorong sang ibu untuk melakukan hal-hal di luar nalar.

“Seharusnya ibu yang baru melahirkan itu kan didukung, dibantu, terutama dalam tugas bergantian menjaga anak. Apalagi kalau anaknya kembar, pasti ibu akan merasa sangat lelah. Ditambah suami mungkin ada masalah judi online dan selalu berbohong, maka bisa menjadi pemicu ibu tidak bisa berpikir jernih dan melakukan tindakan di luar nalar,” kata Rose Mini.

Rose menjelaskan, ibu yang baru melahirkan sangat rentan mengalami stres, jika tidak mendapat dukungan dari suami. Biasanya, ibu akan memerlukan dukungan dari suami untuk beradaptasi dengan situasi pasca-melahirkan.

Guru Besar tetap Ilmu Psikologi Fakultas Psikologi UI tersebut mengatakan adaptasi menjadi seorang ibu tidaklah mudah. Ibu muda terutama akan mudah dihantui rasa cemas dan takut, yang bisa berujung stress bahkan depresi.

“Adaptasi menjadi seorang ibu juga itu tidak mudah, dia enggak tahu bayi itu nangis karena apa, laparkah? Sakitkah? atau apa?. Jadi ibu akan mudah cemas, merasa takut salah dan lainnya, yang bisa mencetuskan stress, dan stress yang berkepanjangan itu bisa jadi depresi. Dan pada saat orang itu sedang stres, dia juga kadang tidak bisa berpikir jernih,” kata Rose Mini.

Karena itulah, Rose menegaskan pentingnya pendampingan dan dukungan dari suami dan keluarga terdekat bagi ibu yang baru melahirkan. Karena pendampingan dalam melewati situasi yang sulit ini akan membantu si ibu menjadi lebih nyaman dan menjadi lebih mudah beradaptasi untuk menjadi ibu bagi bayi-bayinya.

sumber : Antara
BACA JUGA: Update Berita-Berita Politik Perspektif Republika.co.id, Klik di Sini
Berita Terpopuler