Menelusuri Tan'im, Tempat Miqat Arteria Dahlan Saat Ditangkap Polisi Saudi

Setelah proses komunikasi, akhirnya Arteria Dahlan bersama Ashabul Kahfi dibebaskan.

Republika/Muhyiddin
Masjid Aisyah Tanim, salah satu titik miqat bagi jamaah yang akan melaksanakan ibadah umroh sunnah, Makkah, Arab Saudi, Ahad (2/6/2024).
Rep: MUHYIDDIN Red: A.Syalaby Ichsan

REPUBLIKA.CO.ID, MAKKAH — Politisi Partai Demokrasi Indonesia Perjuangan (PDIP) menceritakan pengalamannya saat ditangkap polisi Arab Saudi saat mengambil miqat di Tan'im atau yang dikenal sebagai Masjid Aisyah. 

Baca Juga


Setelah selesai sholat di Masjid Aisyah, Arteria bersama Ketua Komisi VIII DPR RI Ashabul Kahfi pun ditangkap. Bahkan, menurut dia, muthawifnya saat ini masih ditahan oleh polisi Arab Saudi. Arteria bercerita kalau dia sempat dimasukkan ke dalam ruangan kurang lebih sekitar 10 menit. Setelah dilakukan proses komunikasi dan koordinasi, akhirnya Arteria bersama Ashabul Kahfi dibebaskan.

Masjid Aisyah Tanim, salah satu titik miqat bagi jamaah yang akan melaksanakan ibadah umroh sunnah, Makkah, Arab Saudi, Ahad (2/6/2024). - (Republika/Muhyiddin)

Bagaimana sebenarnya kondisi Tan'im, tempat dimana Arteria Dahlan ditangkap polisi Arab Saudi? Tim Media Center Haji (MCH) berkesempatan berkunjung ke beberapa titik miqat, termasuk Tan'im, bersama para kiai yang tergabung dalam Bimbingan Ibdah (Bimbad) Daker Makkah, diantaranya KH Miftah Faqih, KH Moqsith Ghazali, dan KH Ahmad Shidiq. Saat masuk ke Tan'in, tim MCH bersama rombongan diperiksa oleh beberapa petugas kepolisian Arab Saudi. Para petugas meminta rombongan untuk memperlihatkan kartu Nusuk agar bisa masuk ke dalam lokasi miqat.

Lokasi miqat pertama yang dikunjungi adalah Masjid Aisyah yang berada di daerah Tan'im. Jarak antara masjid ini dengan Masjidil Haram hanya sekitar tujuh kilometer. Jika berangkat dari wilayah Syisyah, hanya butuh waktu sekitar 10 menit untuk sampai ke masjid ini.

Kami tiba di titik miqat pertama ini pada pukul 08.11 Waktu Arab Saudi (WAS). Suasana masjid ini tampak ramai dipenuhi dengan jamaah calon haji (Calhaj) yang akan melaksanakan ibadah umrah sunnah, termasuk jamaah asal Indonesia.

Masjid Tan'im mempunyai dua menara setinggi 50 meter. Masjid Tan'im memiliki area yang ditumbuhi rerumputan dan taman. Di sekitar taman, tampak bangunan setinggi tiga meter lebih yang menjadi pembatas antara tanah Haram dan tempat miqat Tan'im. Di bagian atasnya terdapat tulisan "Haram Ends Here".

Jamaah laki-laki yang berada di Masjid Aisyah ini rata-rata sudah memakai pakaian ihram. Di dalam masjid, sebagian jamaah juga tengah khusyu' melaksanakan sholat sunah dua rakaat. Setelah sholat dan niat ihram, barulah mereka menuju Masjidil Haram untuk melaksanakan umrah.

Bagaimana Tan'im menjadi tempat miqat?

 

Lalu bagaimana sejarah Masjid Aisyah Tan'im ini hingga menjadi titik miqat?

Kiai Miftah Faqih menjelaskan, masjid ini menjadi tempat istri Nabi, Sayyidah Aisyah melakukan miqat pada tahun 632 Masehi. Karena itu, masjid ini dinamakan Masjid Aisyah Ummul Mukminin.

Sejarah mencatat, saat itu Rasulullah SAW bersama Aisyah dan sahabatnya akan melaksanakan Haji Wada' dari Madinah. Rombongan haji yang dipimpin Rasulullah itu pun mengambil Miqat di daerah Bir Ali, kecuali Aisyah. Karena, Aisyah pada waktu itu masih dalam kondisi haid.

"Namun Sayyidah Aisyah tidak ikut (Miqat), langsung ikut saja ke Makkah menjalani semua prosesi-prosesi kecuali tawaf," ujar Kiai Miftah.

Begitu sampai di Makkah, Sayyidah Aisyah kemudian melapor kepada Rasulullah bahwa dirinya telah suci. Lalu, Rasulullah menyuruh Aisyah untuk mengambil Miqat yang terdekat dari pintu masuk Ka'bah.

Dengan ditemani saudaranya yang bernama Abdurrahman bin Abu Bakar, Aisyah pun pergi ke daerah Tan'im untuk niat ihram. "Maka Tan'im di sini akhirnya menjadi miqat yang diambil oleh Aisyah pada tahun 9 Hijriah," ucap Kiai Miftah.

Lalu, yang menjadi pertanyaan, apakah Rasulullah pernah miqat di Tan'im?

"Rasulullah tidak pernah miqat di Tan'im, yang miqat di sini adalah Aisyah," kata Kiai Miftah.

Maka, lanjut dia, dalam sejarahnya daerah Tan'im ini dulunya sering disebut sebagai miqat umrah perempuan. Sementara, Masjid Ji'ronah yang berada di sebelah timur lautnya kota Makkah, disebut sebagai miqat laki-laki.

"Jadi umroh sughro itu miqatnya di Tan'im, ada mikot qubro itu adanya di Ji'ronah," jelas Ketua PBNU asal Gresik ini.

Dengan padatnya jamaah di musim haji ini dan ketatnya peraturan pemerintah Arab Saudi untuk masuk Makkah, Kiai Miftah mengimbau kepada jamaah Indonesia untuk mengambil miqat di Masjid Aisyah saja.

"Kenapa? Karema aksesnya lebjuh gampang dan tentunya lebih murah. Dan jarak dari Masjidil Haram itu hanya 7,5 kilometer," ujar Kiai Miftah.

Meskipun Rasulullah tidak pernah mengambil miqat di Tan'im, tambah dia, tapi beliau lah yang mengintruksikan kepada Aisyah untuk mengambil miqat di daerah ini. "Dan ini sudah bisa menjadi landasan hukum sah dan tidaknya. Jadi ambil miqat di sini untuk umrah itu sah, tidak usah diragukan lagi," kata dia.

Di tempat yang sama, Kiai Moqsith Ghozali menambahkan, Tan'im merupakan sebuah kawasan yang terletak di barat laut Masjidik Haram, antara Makkah dan Sarif. Daerah ini terletak di antara dua gunung Naim dan Naiim.

"Tan'im disebut sebagai Tan'im karena lokasi ini diapit oleh dua gunung yang disebut dengan Jabal Naim dan Jabal Naiim," kata Kiai Moqsith.

Masjidi Aisyah ini pertama kali dibangun pada 240 Hijriyah oleh Gubernur Makkah yang bernama Abdullah bin Muhammad bin Daud. Saat ini, menurut dia, masjid ini menjadi tempat miqat paling favorit bagi jamaah untuk mulai melaksanakan ibadah umrah.

Selain Tan'im, titik miqat yang kerap dijadikan jamaah Indonesia untuk melakukan niat ihram adalah adalah Masjid Ji'ronah dan Masjid Hudaibiyah. Namun, kedua titik miqat tersebut cukup jauh jaraknya dari Masjidil Haram.

"Makanya Tan'im menjadi miqat paling favorit untuk jamaah haji yang mau melaksanakan umrah kedua, ketiga dan seterusnya," kata dia.

BACA JUGA: Ikuti Serial Sejarah dan Peradaban Islam di Islam Digest , Klik di Sini
Berita Terpopuler