Wukuf di Jabal Cinta Arafah, Puncak Abadi Para Tamu Ilahi

Menyandang kain ihram, terlentang saya dalam pelukan bukit-bukit batu Jabal Rahmah.

AP Photo/Rafiq Maqbool
Umat Muslim berdoa di bukit berbatu yang dikenal Jabal Rahmah, Arafah, Mekah, Arab Saudi, Sabtu, 15 Juni 2024.
Red: Muhammad Hafil

REPUBLIKA.CO.ID,Laporan Karta Raharja Ucu, Jurnalis Republika dari Mekkah

Baca Juga


Abu Bakr menjadi satu-satunya umat Islam yang menangis di Padang Arafah saat Rasulullah mengabarkan berita gembira tentang sudah sempurnanya agama Islam. Para Sahabat sumringah mendengar potongan ayat terakhir Alquran yang diturunkan Allah kepada Rasulullah, tetapi tidak dengan ayahanda ummul mukminin Aisyah tersebut. 


Pada hari ini telah Ku-sempurnakan untuk kamu agamamu, dan telah Ku-cukupkan kepadamu nikmat-Ku, dan telah Ku-ridhai Islam itu jadi agama bagimu." (QS. Al-Maidah: 3)

Diriwayatkan Surah Al-Maidah Ayat 3 itu diturunkan sesudah Ashar pada hari Jumat di Padang Arafah pada Haji Akbar. Ini adalah haji terakhir atau perpisahan (Wada) dan haji pertama serta satu-satunya Rasulullah.

Saat wahyu turun, Rasulullah sedang berada di atas untanya bernama Qashwa.  Rasulullah yang saat itu tidak begitu menangkap isi dan mana dari ayat tersebut bersandar pada untanya. Unta Rasulullah pun duduk perlahan-lahan.

Lalu Malaikat Jibril turun berkata: "Wahai Muhammad, sesungguhnya pada hari ini telah disempurnakan urusan agamamu, maka terputuslah apa yang diperintahkan oleh Allah 'Azza wa Jalla. Dan demikian juga apa yang terlarang olehnya. Karena itu kamu kumpulkan para sahabatmu dan beritahu kepada mereka bahwa hari ini adalah hari terakhir aku bertemu denganmu."

Setelah Malaikat Jibril pergi, Rasulullah mengumpulkan para sahabatnya. Beliau menceritakan apa yang disampaikan Malaikat Jibril. 

Para sahabat pun bergembira. "Agama kita telah sempurna. Agama kila telah sempurna."

Namun di tengah lautan kegembiraan para sahabat, Abu Bakr justru dirundung lara. Sahabat sekaligus mertua Rasulullah itu tak kuasa menahan kenelangsaannya hingga kembali ke rumah dan mengunci pintu. Beliau menangis dari pagi hingga malam hari.

Abu Bakr menangkap pesan Rasulullah dengan cara berbeda. Ashiddiq paham, dengan sempurnanya agama Islam berarti sudah hampir habis masa hidup Rasulullah sebagai penyampai risalah Allah di dunia. Tiga bulan setelahnya, Rasulullah pun meninggal dunia. 

Padang Arafah, setelah 1.400 tahun Rasulullah wafat, tetap menjadi saksi kehadiran jamaah haji. Jabal Rahmah yang menjadi simbol Padang Arafah, tetap menjadi puncak abadi para tamu-tamu ilahi. 

Saya bersama nyaris 2,5 juta jamaah haji dari seluruh dunia, berada di tanah mulia Arafah saat puncak pelaksanaan rukun Islam kelima. Kami wukuf di Arafah mengikuti perintah Allah yang sesuai yang dicontohkan Sang Nabi. 

Datang sejak Kamis, 13 Juni 2024 di Arafah, saya bersama ribuan Petugas Penyelenggara Ibadah Haji (PPIH) Arab Saudi tiba lebih dulu untuk memastikan fasilitas yang didapatkan jamaah haji Indonesia sudah tersedia. Kami berharap, para tamu Allah mendapatkan kenyamanan ketika "berjumpa" dengan Allah di Padang Arafah. 

Labbaik laa syarika laka labbaik. Innal hamda wan-ni'mata laka wal mulk, laa syarika lak. 

Aku penuhi panggilan-Mu Ya Allah, aku penuhi panggilan-Mu.

Lantunan talbiyah tak henti-hentinya membasahi bibir para jamaah haji sejak tiba di Arafah. Pria, perempuan, tua, muda, lansia, disabilitas, hingga yang sedang sakit dan dirawat di Klinik Kesehatan Haji Indonesia (KKHI), menunjukkan wajah-wajah penuh keikhlasan. 

"Kita datang ke Arafah hanya menggunakan dua lembar kain. Tak ada yang lebih baik satu sama lain. Tak ada yang patut disombongkan sebagai manusia. Kita manusia berasal dari air mani, dipegang menjijikkan, disimpan tak berguna, dijual tak laku. Apa yang bisa kita sombongkan."

Khutbah ba'da Sholat Maghrib di mushola maktab 94 Padang Arafah itu membuat saya takjub. Selama ini, tidak sedikit umat Islam yang sombongnya bukan main hanya karena merasa lebih baik dari orang lain. Punya jabatan, kekayaan, ketampanan, dan kedudukan sosial yang tinggi. Semua itu di Arafah tak berguna. Semua itu saat wukuf tak laku dijual.

Jamaah haji setara. Bos, karyawan, anak buah, kaya, miskin, ustadz, santri, semua saat itu setara. Kami tamu Allah, kami hamba pemilik semesta raya. Kami pendosa yang berharap ampunan dan ridho  agar dibebaskan dari api neraka dan masuk surga tanpa hisab. 

Menyandang kain ihram tanpa warna, terlentang saya dalam pelukan bukit-bukit batu Jabal Rahmah. Di bawah lindungan tenda beratap langit biru, ucapan doa, permohonan ampun, dan harapan dilantunkan. 

Gunung-gunung batu, menirukan tasbih kami. Pasir-pasir menghitung wirid kami. 

Di Jabal Rahmah kami bersimpuh. Di Jabal Rahmah, kami meminta ampun.

BACA JUGA: Ikuti Serial Sejarah dan Peradaban Islam di Islam Digest , Klik di Sini
Berita Terpopuler