Tren Rupiah Melemah, Akankah BI Naikkan Suku Bunga Bulan Ini? Begini Analisis Pengamat
Rupiah diketahui melemah 142 poin atau 0,87 persen menjadi Rp 16.412 per dolar AS.
REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA – Mata uang rupiah mengalami pelemahan yang cukup signifikan hingga akhir perdagangan Jumat (14/6/2024). Pengamat memprediksi Bank Indonesia (BI) akan menaikkan suku bunga acuan atau BI rate pada bulan ini.
Rupiah diketahui melemah 142 poin atau 0,87 persen menjadi Rp 16.412 per dolar AS pada penutupan perdagangan Jumat (14/6/2024), mengutip data Bloomberg. Pada perdagangan Kamis (13/6/2024), rupiah berada di level Rp 16.270 per dolar AS.
Adapun berdasarkan data Jakarta Interbank Spot Dollar Rate (Jisdor) Bank Indonesia, nilai tukar rupiah terhadap dolar AS mengalami tren pelemahan. Tercatat kurs rupiah mencapai Rp 16.374 per dolar AS pada perdagangan Jumat (14/6/2024), melemah dari posisi sebelumnya Rp 16.286 per dolar AS pada Kamis (13/6/2024).
Direktur Laba Forexindo Berjangka Ibrahim Assuaibi menganalisis, dengan terjadinya tren pelemahan mata uang Garuda tersebut, BI bisa jadi akan menaikkan suku bunga.
“BI dalam pertemuan di bulan Juni kemungkinan besar akan menaikkan suku bunga 25 basis poin, karena masih ada jeda 50 basis poin, batas atas untuk menaikkan suku bunga. Apabila kondisi tidak memungkinkan, BI akan menaikkan suku bunga di 6,75 persen,” kata Ibrahim kepada wartawan, dikutip Ahad (16/6/2024).
Sebelumnya diketahui, BI mengumumkan hasil rapat dewan gubernur (RDG) bahwa BI menahan suku bunga pada level 6,25 persen. Hal itu diumumkan pada Rabu (22/5/2024).
“Berdasarkan prospek penakaran risiko ke depan, RDG pada 21 dan 22 Mei 2024 memutuskan untuk mempertahankan BI-rate sebesar 6,25 persen, suku bunga deposit facility sebesar 5,50 persen, dan suku bunga lending facility sebesar 7,00 persen,” kata Gubernur BI Perry Warjiyo.
Keputusan tersebut konsisten dengan kebijakan moneter pro-stability. Perry menegaskan langkah tersebbut sebagai pre-emptive dan forward looking untuk memastikan inflasi tetap terkendali dalam sasaran 2,5 plus minus satu persen pada 2024 dan 2025.
“Ini termasuk efektivitas dalam menjaga aliran masuk modal asing dan stabilitas nilai tukar rupiah,” ujar Perry.