4 Soal dan Jawabannya tentang Nabi Isa, Termasuk Apakah Beliau Masih Hidup?
Alquran menyebutkan kisah Nabi Isa dalam sejumlah ayat
REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA— Ada banyak pertanyaan menggelinding terkait dengan teologi seputar Nabi Isa, alaihisalam, yang oleh kaum Nasrani diangkat sebagai tuhan.
Pakar tafsir Alquran, pendiri Pusat Studi Alquran Prof M Quraish Shihab, menjabarkannya, sebagaimana dikutip dalam rubrik tanya jawab Harian Republika pada 1994 lalu yaitu sebagai berikut:
Pertama, Tuhan dalam ajaran Islam dinamai Allah. Kata ini diperselisihkan ulama maknanya. Ada yang berpendapat bahwa ia terambil dari akar kata aliha yang bermakna sembah, taat, sehingga Tuhan dinamai Allah karena Dia disembah dan ditaati.
Atau terambil dari akar kata walaha yang bermakna heran, bingung, dan menakjubkan, karena semua ciptaan-Nya menakjubkan, sedang yang ingin mengenal hakekat zat/substansi-Nya akan mengalami kebingungan karena akal manusia tidak mampu menjangkau-Nya.
Muhammad SAW terambil dari akar hamd yang secara harfiah berarti pujian. Ketika Abdul Muthalib, kakeknya, menamai sang cucu ''Muhammad'', nama yang amat tidak populer ketika itu, ada yang bertanya mengapa nama itu. Beliau menjawab, “”Aku mengharap kiranya cucuku kelak menjadi orang terpuji.”
Kedua, adapun nama Isa AS terambil dari bahasa Ibarani Yasu, dan diucapkan oleh lidah orang Arab Isa. Lidah orang Barat mengucapkannya Yesus. Nabi Isa AS juga dinamai Almasih. Kata ini boleh jadi terambil dari akar kata saaha yang berarti ''melakukan perjalanan'', dan Isa AS dinamai Almasih karena beliau senang melakukan perjalanan dalam rangka menyampaikan ajaran-ajarannya. Boleh jadi Almasih terambil dari akar kata masaha yang berarti usap, beliau diusap dan diberkati atau karena beliau mengusap dan memberkati.
Ketiga, Surat al-Mukminun 50 tidak berbicara tentang penamaan Isa dengan Almasih, tetapi tentang perlindungan Allah kepada Isa AS dan ibu beliau ke satu tempat, yakni tanah tinggi yang datar serta banyak padang rumputnya dan ada juga sumber airnya yang mengalir.
وَجَعَلْنَا ابْنَ مَرْيَمَ وَأُمَّهُ آيَةً وَآوَيْنَاهُمَا إِلَىٰ رَبْوَةٍ ذَاتِ قَرَارٍ وَمَعِينٍ
“Dan telah Kami jadikan (Isa) putera Maryam beserta ibunya suatu bukti yang nyata bagi (kekuasaan Kami), dan Kami melindungi mereka di suatu tanah tinggi yang datar yang banyak terdapat padang-padang rumput dan sumber-sumber air bersih yang mengalir.”
Banyak ulama berpendapat bahwa yang dimaksud adalah satu daerah di Palestina, karena di sanalah beliau dilahirkan, dibesarkan, dan menyampaikan ajarannya. Palestina (sebahagian besar Israel sekarang) bukan bertanah gersang. Palestina merupakan daerah subur yang memiliki dataran-dataran tinggi.
Ada juga yang berpendapat bahwa daerah itu di India. Alquran tidak menginformasikan di mana tempat itu. Seorang muslim, tidak diwajibkan mengetahui di mana tempat itu. Yang wajib diyakini hanya bahwa beliau adalah hamba Allah dan Pesuruh-Nya, yang lahir tanpa ayah dari seorang ibu yang suci, Maryam AS yang tidak pernah disentuh kehormatannya oleh seorang manusia pun, dan bahwa beliau telah diselamatkan Allah dari gangguan tangan-tangan jahil ke tempat yang berdataran tinggi lagi subur. Beliau tidak disalib, tidak dibunuh, yang dibunuh adalah seorang yang mirip beliau, sehingga diduga Isa, tetapi sebenarnya bukan beliau.
Ketiga, Isa..
Ketiga, Isa AS datang membawa ajaran antara lain kewajiban salat, zakat, dan berbakti kepada orang tua selama hidup, dalam arti selama masih hidup di permukaan bumi ini.
Memang dalam pandangan ajaran Islam, para nabi dan rasul membawa ajaran yang sama dalam prinsip-prinsip akidah (keesaan Allah, kenabiaan, dan kepasatian hari kemudian), prinsip-prinsip syariah (salat, zakat, puasa, dan Haji), serta prinsip-prinsip akhlak. Perbedaan hanya pada rincian dan cara.
Keempat, bahwa Isa AS kini masih hidup di langit, bukankah satu kewajiban untuk mempercayainya. Memang ada ulama yang berpendapat demikian berdasarkan pemahaman mereka tentang arti ayat Alquran
إِذْ قَالَ اللَّهُ يَا عِيسَىٰ إِنِّي مُتَوَفِّيكَ وَرَافِعُكَ إِلَيَّ وَمُطَهِّرُكَ مِنَ الَّذِينَ كَفَرُوا وَجَاعِلُ الَّذِينَ اتَّبَعُوكَ فَوْقَ الَّذِينَ كَفَرُوا إِلَىٰ يَوْمِ الْقِيَامَةِ ۖ ثُمَّ إِلَيَّ مَرْجِعُكُمْ فَأَحْكُمُ بَيْنَكُمْ فِيمَا كُنْتُمْ فِيهِ تَخْتَلِفُونَ
“(Ingatlah), ketika Allah berfirman: "Hai Isa, sesungguhnya Aku akan menyampaikan kamu kepada akhir ajalmu dan mengangkat kamu kepada-Ku serta membersihkan kamu dari orang-orang yang kafir, dan menjadikan orang-orang yang mengikuti kamu di atas orang-orang yang kafir hingga hari kiamat. Kemudian hanya kepada Akulah kembalimu, lalu Aku memutuskan diantaramu tentang hal-hal yang selalu kamu berselisih padanya". (QS Ali Imran ayat 55).
Serta beberapa hadits yang berkaitan dengan kenaikan Isa Almasih dan akan turunnya kelak menjelang kiamat. Tetapi hadits-hadits tersebut, walaupun banyak, kesemuanya bermuara pada dua orang saja yang keduanya bekas penganut agama Kristen, yaitu Ka'ab Al-Ahbar dan Wahab bin Munabbih.
Tidak sedikit ulama yang menilai bahwa informasi mereka tentang kehidupan Nabi Isa di langit dan bakal turunnya kelak, pada hakikatnya bersumber dari sisa kepercayaan kedua perawi hadis-hadis itu.
Dengan demikian pengertian ayat Alquran (Q.S. 3:55) di atas bukan dalam arti diangkat fisiknya, melainkan diangkat derajatnya ke sisi Allah SWT.