Islam Ajarkan Sejak 14 Abad Silam Dahulukan Berbakti kepada Ibu, Mengapa?
Berbakti kepada ibu lebih didahulukan dibandingkan kepada ayah
REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA— Sejak 14 abad lalu, Islam telah memperkenalkan hak dan kewajiban keluarga bagi anak-anak. Nabi SAW mengajarkan, agar kita mendahulukan ibu ketimbang ayah dalam berbakti.
Mengapa Islam mengutamakan berbakti kepada ibu daripada ayah? Dr Abdullah Nashin Ulwan, dalam Pendidikan Sosial Anak, menyebut dua sebab.
Pertama, ibu lebih banyak memperhatikan anak, mulai hamil, melahirkan, menyusui, merawat, dan mendidik (QS Luqman:14).
وَوَصَّيْنَا الْإِنْسَانَ بِوَالِدَيْهِ حَمَلَتْهُ أُمُّهُ وَهْنًا عَلَىٰ وَهْنٍ وَفِصَالُهُ فِي عَامَيْنِ أَنِ اشْكُرْ لِي وَلِوَالِدَيْكَ إِلَيَّ الْمَصِيرُ
“Dan Kami perintahkan kepada manusia (berbuat baik) kepada dua orang ibu-bapaknya; ibunya telah mengandungnya dalam keadaan lemah yang bertambah-tambah, dan menyapihnya dalam dua tahun. Bersyukurlah kepada-Ku dan kepada dua orang ibu bapakmu, hanya kepada-Kulah kembalimu.”
Kedua, dalam diri ibu penuh dengan ikatan batin, cinta, lembut, sayang, dan selalu memperhatikan.
Dalam kehidupan sehari-hari, kita tak jarang mendengar banyak orang yang terjerumus pada perbuatan maksiat, karena meremehkan hak-hak ibu. Durhaka kepada ibu adalah awal runtuhnya tatanan sosial kita.
Nasihat ibu diacuhkan. Namun demikian, saking cinta dan kasih sayang ibu, meski kita menyakiti hati dan merusak nama baiknya, seorang ibu akan melupakan perasaannya ketika kita ditimpa musibah.
Diriwayatkan, pada masa Rasulullah SAW, seorang pemuda bernama Alqamah sakit keras dan sulit mengucapkan La ilaha illallah. Ia dibenci ibunya, karena terlalu mementingkan dan terlalu patuh kepada isterinya dalam segala sesuatu ketimbang kepada ibunya sendiri. Namun, setelah ibunya memaafkan kesalahannya, Alqamah pun wafat.
''Wahai, kaum Muhajirin dan Anshar, barangsiapa yang lebih mengutamakan istrinya daripada ibunya, maka ia akan dilaknat Allah. Tobat dan hari akhiratnya tidak diterima.'' kata Nabi SAW ketika hadir pada pemakaman Alqamah.
Dari Mu’awiyah bin Haidah Al Qusyairi radhiallahu’ahu, beliau bertanya kepada Nabi:
يا رسولَ اللهِ ! مَنْ أَبَرُّ ؟ قال : أُمَّكَ ، قُلْتُ : مَنْ أَبَرُّ ؟ قال : أُمَّكَ ، قُلْتُ : مَنْ أَبَرُّ : قال : أُمَّكَ ، قُلْتُ : مَنْ أَبَرُّ ؟ قال : أباك ، ثُمَّ الأَقْرَبَ فَالأَقْرَبَ
“Wahai Rasulullah, siapa yang paling berhak aku perlakukan dengan baik? Nabi menjawab: Ibumu. Lalu siapa lagi? Nabi menjawab: Ibumu. Lalu siapa lagi? Nabi menjawab: Ibumu. Lalu siapa lagi? Nabi menjawab: ayahmu, lalu yang lebih dekat setelahnya dan setelahnya” (HR Bukhari).
Sementara itu, ada beberapa ayat Alquran dan hadis Nabi Muhammad SAW yang mengingatkan kita agar memelihara keluarga dari api neraka.
يَا أَيُّهَا الَّذِينَ آمَنُوا قُوا أَنْفُسَكُمْ وَأَهْلِيكُمْ نَارًا وَقُودُهَا النَّاسُ وَالْحِجَارَةُ عَلَيْهَا مَلَائِكَةٌ غِلَاظٌ شِدَادٌ لَا يَعْصُونَ اللَّهَ مَا أَمَرَهُمْ وَيَفْعَلُونَ مَا يُؤْمَرُونَ
“Hai orang-orang yang beriman, peliharalah dirimu dan keluargamu dari api neraka yang bahan bakarnya adalah manusia dan batu; penjaganya malaikat-malaikat yang kasar, keras, dan tidak mendurhakai Allah terhadap apa yang diperintahkan-Nya kepada mereka dan selalu mengerjakan apa yang diperintahkan.” (QS at-Tahrim ayat 6)>
Ketika ayat itu turun kepada Rasulullah, Imam Ja'far As-Shadiq mengatakan, bahwa seorang sahabat menangis dan berkata, ''Aku tidak mampu menguasai diriku dan kini diberi beban dengan keluargaku.''
Mendengar keluhan itu, Nabi SAW menjawab, ''Perintahkan keluargamu sebagaimana engkau diperintahkan. Ikuti dan cegah keluargamu sebagaimana engkau dilarang mengerjakan.''
Imam Ali bin Abi Thalib menjelaskan makna ayat itu, ''Didiklah diri dan keluargamu dengan perbuatan baik dan saleh.''
Allah SWT secara tegas memerintahkan kita untuk mendidik diri sendiri dan keluarga dengan ajaran-ajaran agama, sehingga terbentuk keluarga yang bertakwa. Bila keluarga baik, maka negara pun baik. Keluarga merupakan negara kecil. Bila ingin membangun negara, kita harus mulai dari keluarga.