Nasab Habib Digugat, Bukankah Keturunan Nabi SAW Hanya dari Perempuan yaitu Fatimah?
Keberadaan nasab habib dari jalur Ba Alawi dipersoalkan
REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA — Polemik tentang nasab habib jalur Ba Alawi memunculkan beragam pertanyaan. Tidak hanya soal ketersambungan garis keturunan kepada Rasulullah SAW, tetapi juga bukankah semua keturunan Rasulullah SAW saat ini hanya dari jalur perempuan, Fatimah radhiyallahu anha?
Jawaban atas pertanyaan ini sudah pernah dikupas ulama terdahulu. Benar memang keseluruhan dzurriyah (keturunan) Nabi Muhammad SAW yang masih ada saat ini, berasal dari jalur Fatimah RA.
Ini merupakan keistimewaan dan kekhususan untuk Rasulullah SAW sebagai manusia paling mulia, maka nasabnya pun tidak mengikuti jalur bapak, melainkan ibu. Dalam hal ini, adalah Fatimah.
Para ulama mendasarkan pendapat ini merujuk beberapa dalil yaitu antara lain hadits yang berbunyi
فَاطِمَةُ بَضْعَةٌ مِنِّي “Fatimah adalah darah dagingku.” (HR Bukhari dan Muslim).
Imam al-Alusi dalam kitabnya Ruh al-Ma’ani mengutip perkataan as-Samhudi menyebut demikian:
معلوم أن أولادها بضعة منها ، فيكونون بواسطتها بضعة منه صلى الله عليه وسلم ، وهذا غاية الشرف لأولادها .انتهى .
“Sebagaimana diketahui, anak-anaknya adalah darah daging Fatimah, maka dengan perantaranya darah daging Nabi SAW berasal, ini adalah kemuliaan untuk anak-anaknya.”
Dalam riwayat lain, Rasullah SAW mengibaratkan cucunya Hasan bin Ali dengan kata ibn, yang berarti anak. Dalam sabdanya:
إِنَّ ابْنِي هَذَا سَيِّدٌ ، وَلَعَلَّ اللَّهَ أَنْ يُصْلِحَ بِهِ بَيْنَ فِئَتَيْنِ عَظِيمَتَيْنِ مِنْ الْمُسْلِمِين
“Sesungguhnya ini adalah putraku, dan semoga Allah mendamaikan dengannya dua kelompok besar umat Islam.” (HR Bukhari).
Dalam kitab Jala’ al-Afham, Ibnu al-Qayyim, mengatakan sebagai berikut:
المسلمون مجمعون على دخول أولاد فاطمة رضي الله عنها في ذرية النبي صلى الله عليه وسلم المطلوب لهم من الله الصلاة ؛ لأن أحدا من بناته لم يعقب غيرها ، فمن انتسب إليه صلى الله عليه وسلم من أولاد ابنته فإنما هو من جهة فاطمة رضي الله عنها خاصة ، ولهذا قال النبي صلى الله عليه وسلم في الحسن ابن ابنته : (إن ابني هذا سيد) فسماه ابنه ، ولما أنزل الله سبحانه آية المباهلة : (فَمَنْ حَاجَّكَ فِيهِ مِنْ بَعْدِ مَا جَاءَكَ مِنَ الْعِلْمِ فَقُلْ تَعَالَوْا نَدْعُ أَبْنَاءَنَا وَأَبْنَاءَكُمْ وَنِسَاءَنَا وَنِسَاءَكُمْ وَأَنْفُسَنَا وَأَنْفُسَكُمْ ثُمَّ نَبْتَهِلْ فَنَجْعَلْ لَعْنَتَ اللَّهِ عَلَى الْكَاذِبِينَ ) آل عمران/61، دعا النبي صلى الله عليه وسلم فاطمة وحسنا وحسينا وخرج للمباهلة ....
“Umat Islam sepakat, anak-anak Fatimah adalah keturunan Nabi SAW yang dituntut kita mendoakan mereka, karena tidak satupun putrinya yang seperti Fatimah, maka siapapun yang menakutkan nasabnya ke Rasulullah SAW, jalurnya adalah khusus Fatimah. Ini mengapa Rasulullah SAW menyebut Hasan sebagai kiasan, adalah putranya. Karena juga saat turun ayat mubahalah yaitu surat Ali Imran ayat 61, Nabi mendoakan Fathimah, Hasan, dan Husain....”
Ibnu al-Qayyim menambahkan:
وأما دخول أولاد فاطمة رضي الله عنها في ذرية النبي صلى الله عليه وسلم فلشرف هذا الأصل العظيم والوالد الكريم ، الذي لا يدانيه أحد من العالمين ، سرى ونفذ إلى أولاد البنات لقوته وجلالته وعظيم قدره
“Dianggapnya anak-anak Fatimah dalam jalur keturunan Nabi SAW adalah kemuliaan akar yang agung dan orang tua (Nabi SAW) terhormat, yang tidak direndahkan satupun orang di alam semesta alam, Jalur keturunannya melalui anak perempuan menunjukkan kemuliaan dan keistimewaannya,
Dalam kitab Mughni al-Muhtaj, Syamsuddin Muhammad bin Ahmad Asy-Syirbini menulis demikian:
فَائِدَةٌ : مِنْ خَصَائِصِهِ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ أَنَّ أَوْلَادَ بَنَاتِهِ يُنْسَبُونَ إلَيْهِ ، وَهُمْ الْأَشْرَافُ الْمَوْجُودُونَ ، وَمِنْهُمْ الْهَاشِمِيُّونَ
“Catatan: di antara keistimewaan Nabi SAW adalah anak-anak dari putrinya mengikuti Nabi SAW, mereka adalah para syarif yang ada sekarang, di antaranya adalah iklan Hasyim.”
Dalam al-Mausu’ah al-Fiqhiyyah disebutkan sebagai berikut:
ممّا اختصّ به رسول اللّه صلى الله عليه وسلم دون النّاس جميعاً أنّ أولاد بناته ينتسبون إليه في الكفاءة وغيرها ، لقوله صلى الله عليه وسلم : (إنّ ابني هذا سيّد)" انتهى .
“Di antara yang khusus buat Nabi SAW bukan untuk manusia semuanya adalah semua anak dari putrinya dalam hal kufu dan lainnya. Ini merujuk pada pada hadits: “Sesungguhnya anakku ini adalah tuan.”
Pro kontra nasab Ba Alawi...
Pro kontra nasab Ba Alawi yang menjadi muara nasab para Habaib di Indonesia kembali menjadi perbincangan di jagad maya.
Teranyar, perseteruan menguat antara legenda dangdut Indonesia, H Rhoma Irama, dengan Habib Bahar bin Smith.
Sang Raja Dangdut itu, Rhoma akhirnya bersuara dengan meragukan garis keturunan itu. Dia juga tidak sependapat jika Wali Songo yang menyebarkan Islam di Indonesia adalah dari kelompok habaib yang asalnya dari Yaman.
"Saya harus mengatakan ini, yang direkomendasikan mayoritas bangsa-bangsa di dunia seperti itu kan. Kemudian saya katakan tadi dalam konteks nasionalisme ini pun ada satu kekhawatiran khususnya yang muncul dari kelompok zuriah Wali Songo," kata Rhoma dalam siniar dengan KH Anas Kurdi dikutip Republika.co.id di Jakarta, Kamis (20/6/2024).
"Mereka mengeklaim bahwa Wali Songo itu adalah Ba'alawi, semua habib. Kkonon mereka dibikin kuburan-kuburan palsu yang telah diketahui dan dibongkar. Informasi yang telah kita lihat di media-media sosial. Klaim-klaim ini dibantah keras oleh kelompok Wali Songo bahwa mereka bukan keturunan dari Yaman, bukan dari Arab Yaman," ucap Rhoma menegaskan.
Rhoma menyampaikan, keluarga Wali Songo pun sudah membantah jika mereka bagian dari kelompok Ba'alawi. Mantan ketua umum DPP Partai Idaman tersebut juga menyentil sosialisasi secara masif yang dilakukan habaib juga keliru.
Dia menggugat anggapan jika tanpa ada habiab, Indonesia tidak merdeka pada 1945. Pun dia tidak percaya, Pangeran Diponegoro merupakan kalangan habaib.
"Wali Songo habaib dan bendera merah putih itu dari habaib, kemudian Garuda dari habaib. Ini artinya ada satu klaim yang jelas mereka mengkooptasi ini. Kalau itu sejarah adalah benar seperti itu, why not? Kalau memang sejarah benar seperti itu adanya kenapa tidak? Kita harus mengakui fakta, tapi ketika itu hanya klaim-klaim yang tidak berdasar, ini astaghfirullahaadzim," ujar Rhoma tidak percaya sumbangsih habaib itu.
Menurut Rhoma, berbagai klaim yang dilakukan kelompok habaib itu akhirnya menimbulkan keresahan di kalangan umat Islam. Dia pun curiga, keturunan Ba'alawi di Indonesia tidak sekadar ingin mengklaim sebagai keturunan Nabi Muhammad, tapi juga mau mengkooptasi bangsa Indonesia.
Hal itu karena ia mendapatkan informasi, ada habib yang mengeklai, kemerdekaan Indonesia berasal dari kaumnya.
"Seolah manafikan pejuang sesungguhnya, manafikan para wali Allah yang Wali Songo mengislamkan Indonesia jauh sebelum mereka datang ke Indonesia. Ini yang sebenarnya perlu diluruskan sehingga tidak ada lagi keresahan di kalangan umat dan bangsa. Sekali lagi saya berbicara dengan hati yang bersih tanpa kebencian," ucap Rhoma.
Karena itu, Rhoma setuju perlu diadakan tes DNA kepada kelompok Ba'awali untuk membuktikan mereka benar-benar keturunan Nabi Muhammad. Sayangnya, sekelompok habaib menolak ide tes itu sehingga ia malah curiga dengan mereka.
"Ketika tes DNA mereka menolak, bahkan mengumumkan tes DNA ini haram. Ini kan lebih nambah lagi kecurigaan umat nih bahwa dia tidak mau tes DNA karena takut ketahuan aslinya. Sementara secara internasional telah terdeteksi bahwa Ba'alawi ini dari beberapa pemeriksaan di kalangan mereka yang dari Yaman dan dari sini telah terkonfirmasi kalau grupnya adalah G. Sementara keturunan nabi adalah haplu grupnya adalah J1," kata Rhoma menjelaskan hasil tes DNA.
Polemik ini menguat berawal dari tesis KH Imaduddin Utsman al-Bantani. Tokoh asal Banten itumenggugat nasab tersebut dalam riset nya yang berjudul “Menakar Kesahihan Nasab Habib di Indonesia; Sebuah Penelitian Ilmiah.” Dalam penelitiannya tersebut, dia menyanggah Kesahihan nasab habaib di Indonesia sebagai keturunan Nabi Muhammad SAW.
Dia menulis dalam risetnya tersebut: “Berdasarkan data-data ilmiah yang penulis sebutkan di atas, penulis menyimpulkan bahwa sangat sukar sekali menurut takaran ilmiah untuk menyebut bahwa Ba Alawi adalah keturunan Ahmad bin Isa bin Muhammad bin Ali al-Uraidi bin Ja’far as-Shadiq bin Muhammad al-Baqir bin Ali Zainal Abidin bin Husain bin Fatimah bin Nabi Besar Muhammad SAW.”
Riset ini pun menuai pro kontra...
Riset ini pun menuai pro kontra di media sosial bahkan sampai di akar rumput, hingga jajaran elite Pengurus Besar Nahdlatul harus angkat bicara.
Rais Aam Pengurus Besar Nahdlatul Ulama (PBNU) KH Miftachul Akhyar turut angkat bicara menyoal polemik nasab habib di Indonesia. Menurut Kiai Miftakhul, isu yang gaduh ini cuma diembuskan segelintir orang. Masalah ini sudah bukan soal dzurriyah Ba'alawi melawan dzurriyah Wali Songo, melainkan arahnya sudah ke jamaah NU.
"Gangguan sudah sudah nyata, bukan dzon lagi, tapi jelas dialamatkan kepada NU dan bertubi-tubi. Hati-hati, itu pola Wahabi," ujar Kiai Miftachul.
Kiai Miftakhul mengingatkan bahwa NU memuliakan orang bukan karena nasab atau garis keturunan, suku dan etnis, tetapi keilmuan, kebaikan dan ketakwaan seseorang.
Ketua Umum PBNU, KH Yahya Cholil Staquf yang akrab disapa Gus Yahya dalam channel Youtube TVNU Televisi Nahdlatul Ulama pada Juli 2023, mengatakan bahwa yang namanya catatan kalau dicari tidak mungkin lengkap.
Dalam diskusi dan bantah-bantahan yang terjadi, ada yang berpendapat tidak ada catatan 700 tahun. Ternyata setelah diteliti tidak ada catatan hanya 100 tahun dan seterusnya.
"Tapi yang namanya catatan tidak mungkin lengkap, tidak mungkin bisa betul-betul lengkap dan berurutan, pencatatan itu membutuhkan tradisi tersendiri dan tradisi mencatat di lingkungan Islam itu baru, apalagi di lingkungan Arab," kata Gus Yahya.
Maksud Gus Yahya menjawab penjelasan Kiai Imaduddin bahwa tidak ada catatan yang menjelaskan habib atau Ba’alawi nasabnya sampai ke Nabi Muhammad SAW.
Gus Yahya menjelaskan, meski catatannya tidak ada, tapi riwayat secara lisan atau oral dari mulut ke mulut itu ada. Kalau merujuknya hanya ke catatan, nanti nasabnya Nabi Muhammad SAW sampai ke Nabi Ibrahim, sumbernya dari mana, nanti repot.
Kalau nutfah nubuwwah, dijelaskan Gus Yahya, dari laki-laki maupun perempuan martabatnya sama saja. Kalau yang pegang nasab dari laki-laki halus dimuliakan, maka nasab yang turun dari perempuan juga harus dimuliakan.
Gus Yahya mengatakan, sebaiknya husnuzan (berprasangka baik) saja. "Jadi soal nasab, menurut saya yang ribut-ribut itu kurang kerjaan," ujar Gus Yahya.
Ketua Pengurus Besar Nahdlatul Ulama (PBNU), KH Ahmad Fahrur Rozi yang akrab disapa Gus Fahrur menyampaikan bahwa meyakini habib nasabnya tersambung kepada Nabi Muhammad SAW. Jadi percaya terhadap habib keturunan Nabi Muhammad SAW tentu tidak masalah.
Gus Fahrur mengatakan, kalau Kiai Imaduddin tidak percaya bahwa habib keturunan Nabi Muhammad SAW maka silahkan, tapi jangan mengatasnamakan NU.