Keberkatan Nama dari Rasulullah

Rasulullah SAW menunjukkan contoh agar kita memberikan nama yang baik.

republika
Rasulullah (ilustrasi)
Red: Hasanul Rizqa

REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA -- Tokoh Juliet dalam lakon gubahan dramawan Inggris, William Shakespeare (1564-1616) berkata, "What's in a name?" 'Apalah arti sebuah nama?' Ungkapan itu mengkritik adanya "beban makna" di balik nama yang dimiliki seseorang.

Baca Juga


Namun, bobot nama sesungguhnya tak enteng. Bahkan, Nabi Muhammad SAW menganggap perkara memberikan nama bukanlah sesuatu yang main-main.

Beberapa orang Arab pada zaman beliau masih saja mewariskan tradisi Jahiliyah, yakni pemberian nama secara "asal." Hal itu dapat memberikan kesan yang tidak elok pada pihak yang memiliki nama tersebut.

Pernah pada suatu ketika, Rasulullah SAW menjumpai seorang laki-laki. Beliau bertanya, "Siapakah namamu?"

"Namaku Ashram (tanah tandus)," jawabnya.

Nabi SAW kurang menyukai arti nama itu sehingga beliau berkata, "Namamu adalah Zur'ah (tanah subur)."

Kepada yang lain, beliau mengajukan pertanyaan yang sama. Orang itu menjawab, "Namaku Hazan (tanah keras berbatu)."

Nabi kemudian menggantinya dengan Sahlun (tanah lembut).

Ada pula seorang lelaki yang dahulu bernama Ghawi bin Zhalim (sesat dan zalim). Rasul SAW mengubah namanya menjadi Rasyid bin Abdir Rabbih (yang mendapatkan petunjuk dari hamba Tuhan).

Timbulkan berkah

Tak sekadar mengubah nama. Tindakan Nabi Muhammad SAW juga memunculkan keberkahan. Simaklah kisah berikut.

Waktu itu, pasukan Muslimin sedang berjihad dalam Perang Dzi Qarad. Nabi SAW melewati suatu sumur. Beliau lantas bertanya apa nama sumur itu.

Salah seorang sahabat yang mengetahuinya menjawab, "Itu adalah Sumur Bi'san (malang). Dinamakan begitu karena airnya asin."

Rasul berkata, "Tidak. Namanya kini Nu'man (bahagia) dan airnya tawar."

Para sahabat kemudian menciduk air dari sumur tersebut. Ternyata, kini airnya benar-benar tawar, seperti sabda Nabi SAW baru saja.

Lantas, sumur itu dibeli oleh Thalhah bin Ubaidilah, untuk kemudian disedekahkannya. Tak lama berselang, Thalhah menemui Rasulullah untuk mengabarkan hal itu.

"Wahai Thalhah," ujar Nabi, "engkau kini adalah Fayyadh (air yang berlimpah)." Sejak saat itu, sahabat tersebut juga kerap dipanggil Fayyadh.

BACA JUGA: Ikuti Serial Sejarah dan Peradaban Islam di Islam Digest , Klik di Sini
Berita Terpopuler