Teori Konspirasi, CIA Terlibat Kudeta di Bolivia

Belum ada bukti yang menunjukkan keterlibatan CIA dalam kudeta.

EPA-EFE/Luis Gandarillas
Personil militer dan kendaraan lapis baja berada markas besar pemerintah di La Paz, Bolivia, Rabu (26/6/2024). Sekelompok tentara yang dipimpin oleh Panglima Angkatan Darat Bolivia Juan Jose Zuniga berusaha memasuki Plaza Murillo dan gedung - gedung pemerintahan dengan menggunakan tank guna melancarkan kudeta terhadap Presiden Bolivia Luis Arce.
Red: Teguh Firmansyah

REPUBLIKA.CO.ID, LA PAZ -- Kegagalan kudeta di Bolivia telah memicu beragam spekulasi. Salah satu spekulasi yang beredar di media sosial yakni keterlibatan Badan Intelijen AS (CIA) dalam operasi kudeta tersebut.

Baca Juga


Seperti dilansir Newsweeek, pengguna di X berspekulasi bahwa upaya kudeta tersebut diam-diam didukung oleh CIA. Apakah itu terkait pasokan lithium yang sangat besar di Bolivia atau sebagai pembalasan atas kedekatannya dengan Rusia. Selain itu muncul spekulasi permusuhan Bolovi terhadap Israel.

"Ini adalah rencana kudeta kedua yang didukung CIA terhadap negara Bolivia dalam waktu kurang dari 5 tahun. Bolivia memiliki 21 juta ton cadangan litium—yang terbesar di planet ini. Bolivia juga memutuskan semua hubungan dengan Israel sebagai bentuk kecaman atas tindakan tersebut." genosida di Gaza. Saya rasa tidak," demikian salah satu penggung di X.

Baca, https://www.newsweek.com/bolivia-coup-twitter-cia-conspiracies-1918100

Postingan lain menyoroti perjalanan Arce baru-baru ini ke St Petersburg Rusia. Presiden Bolivia Arce pembicaraan antara Bolivia dan Rusia mengenai penelitian nuklir

“Jangan berpura-pura kita tidak tahu siapa yang bertanggung jawab atas kudeta hari ini, ini adalah pekerjaan CIA AS,” tulis postingan tersebut.

Meskipun tidak ada bukti keterlibatan CIA dalam kudeta yang gagal, tapi kecurigaan terhadap AS di Bolivia—yang berasal dari dukungan historis CIA terhadap rezim militer Amerika Latin dan keterlibatan Departemen Luar Negeri dalam beberapa kudeta di bawah pemerintahan Henry Kissinger—telah meninggalkan ingatan abadi dalam sejarah. Apalagi kehidupan politik negara Amerika Selatan, yang telah mengalami lebih dari 190 upaya kudeta dalam sejarahnya.

Pada 2008, presiden sayap kiri Evo Morales mengusir duta besar AS karena diduga "berkonspirasi melawan demokrasi." Klaim yang menurut Departemen Luar Negeri tidak berdasar. Pada tahun 2017, Morales menuduh AS sebagai "ancaman nyata terhadap keamanan dan perdamaian dunia."

Pada tahun 2019 Morales digulingkan dan digantikan oleh politisi sayap kanan Jeanine Áñez yang sekarang dipenjara.

Arce, seorang sosialis, menggantikan Áñez pada tahun 2020, berkampanye tentang platform demokrasi dan transfer kekuasaan secara damai. Masa jabatannya ditandai dengan krisis ekonomi yang parah.

Dana Moneter Internasional (IMF) memperkirakan perekonomian Bolivia hanya akan tumbuh sebesar 2,3 persen pada tahun 2025, pertumbuhan terendah dalam 25 tahun, tidak termasuk selama pandemi COVID-19.

Aktor kudeta ditangkap

Otoritas Bolivia menangkap mantan panglima angkatan darat Bolivia, Juan Jose Zuniga, menyusul upaya kudeta yang dilakukannya terhadap Presiden Bolivia Luis Arce yang gagal pada Rabu (26/6).

 

Menteri Dalam Negeri Bolivia Eduardo del Castillo menghadirkan Zuniga pada sebuah konferensi pers dalam keadaan terborgol dan mengenakan rompi antipeluru dengan tulisan "tahanan".

Mantan petinggi militer tersebut dituduh membahayakan nyawa Presiden Arce dan Wakil Presiden David Choquehuanca, serta berupaya melakukan pemberontakan melawan rakyat Bolivia. "Prosesnya tidak akan mudah," ucap del Castillo.

Ia juga menyebut setidaknya 9 orang dilaporkan mengalami luka tembak dalam upaya kudeta. Sementara itu, kejaksaan agung Bolivia langsung memulai penyelidikan kriminal terhadap Zuniga dan orang-orang lain yang terlibat dalam upaya kudeta.

Jaksa agung negara Amerika Selatan itu juga menuntut Zuniga atas kejahatan terorisme dan pemberontakan bersenjata.

Sebelumnya, media setempat melaporkan kehadiran sejumlah personel dan kendaraan militer di Plaza Murillo, alun-alun di ibu kota Bolivia La Paz yang berada dekat dengan kantor-kantor pemerintah, termasuk kantor presiden.

Keberadaan personel militer tersebut dikecam oleh Arce, yang menyebutnya sebagai upaya kudeta oleh Zuniga. Ia lantas menyerukan semua pihak mempertahankan demokrasi.

Arce merespons cepat usaha kudeta tersebut dengan menunjuk serta melantik pimpinan angkatan darat, angkatan udara, dan angkatan laut baru. Pimpinan militer baru tersebut langsung memerintahkan personel militer di Plaza Murillo kembali ke barak.

Zúñiga menyatakan bahwa niatnya adalah untuk "merestrukturisasi demokrasi", dan dalam sebuah wawancara setelah penangkapannya, dia menuduh Acre sendiri yang memerintahkan upaya kudeta sehingga dia dapat mengalahkan militer dan meningkatkan popularitasnya sendiri.

BACA JUGA: Ikuti Serial Sejarah dan Peradaban Islam di Islam Digest , Klik di Sini
Berita Terpopuler