Nasib Nahas Tokoh Yahudi yang Hina Alquran

Huyay bin Akhthab adalah seorang tokoh Yahudi pada masa Nabi Muhammad SAW.

EPA-EFE/Filip Singer
Orang Yahudi (ilustrasi)
Red: Hasanul Rizqa

REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA -- Huyay bin Akhthab merupakan seorang tokoh kabilah Yahudi yang hidup pada masa Rasulullah SAW. Seperti kebanyakan rabi yang menelaah Taurat, ia pun mengetahui bahwa akan datang utusan Allah yang merupakan penutup para nabi (khatam al-anbiya) pada akhir zaman. Disaksikannya pula bahwa tanda-tanda kenabian muncul pada diri Muhammad SAW.

Baca Juga


Namun, sebagaimana sikap para rabi yang sarat iri dan dengki, Huyay bin Akhtab enggan mengakui bahwa Nabi Muhammad SAW adalah utusan Allah. Sebabnya "hanya" lantaran Rasulullah SAW tidak berasal dari Bani Israil (Yaqub bin Ishaq AS), melainkan keturunan Ismail AS.

Dengan sungguh-sungguh, Huyay bin Akhtab menunjukkan kebencian pada Rasulullah SAW. Buku-buku sejarah Islam menggelari tokoh ini sebagai "setan Yahudi" lantaran kedengkiannya yang mendalam pada Nabi SAW.

Huyay pernah mendeklarasikan bahwa dirinya akan membenci sang pembawa risalah Islam itu di sepanjang usianya. "Aku akan memusuhinya selama aku masih hidup," ujar Huyay kepada saudaranya, Abu Yasir, tatkala menerima kabar hijrahnya Nabi SAW ke Madinah (dahulu bernama Yastrib).

Bahkan, Huyay dengan sombongnya mencela Allah SWT dan melecehkan Alquran. Sebagai contoh, suatu ketika ia mendengar kaum Muslimin membacakan surah al-Baqarah ayat 245.

مَنْ ذَا الَّذِيْ يُقْرِضُ اللّٰهَ قَرْضًا حَسَنًا فَيُضٰعِفَهٗ لَهٗٓ اَضْعَافًا كَثِيْرَةً ۗوَاللّٰهُ يَقْبِضُ وَيَبْصُۣطُۖ وَاِلَيْهِ تُرْجَعُوْنَ - ٢٤٥

(Artinya: "Barangsiapa meminjami Allah dengan pinjaman yang baik, maka Allah melipatgandakan ganti kepadanya dengan banyak. Allah menahan dan melapangkan (rezeki) dan kepada-Nyalah kamu dikembalikan.")

Seketika, Huyay mengolok-olok ayat suci itu. Ia lantas berkata, "Bagaimana mungkin Tuhan kita berutang kepada manusia!? Pastilah yang berutang itu miskin, toh biasanya yang miskin berutang kepada si kaya."

Menurut penuturan Qatadah, momen ini menjadi sebab turunnya (asbabun nuzul) Alquran surah Ali Imran ayat ke-181.

لَقَدْ سَمِعَ اللّٰهُ قَوْلَ الَّذِيْنَ قَالُوْٓا اِنَّ اللّٰهَ فَقِيْرٌ وَّنَحْنُ اَغْنِيَاۤءُ ۘ سَنَكْتُبُ مَا قَالُوْا وَقَتْلَهُمُ الْاَنْۢبِيَاۤءَ بِغَيْرِ حَقٍّۙ وَّنَقُوْلُ ذُوْقُوْا عَذَابَ الْحَرِيْقِ - ١٨١

(Artinya: "Sungguh, Allah telah mendengar perkataan orang-orang (Yahudi) yang mengatakan, 'Sesungguhnya Allah itu miskin dan kami kaya.' Kami akan mencatat perkataan mereka dan perbuatan mereka membunuh nabi-nabi tanpa hak (alasan yang benar), dan Kami akan mengatakan (kepada mereka), 'Rasakanlah olehmu azab yang membakar!'")

Sungguh tercela tuduhan Huyay yang menyebut Allah miskin, sedangkan makhluk-Nya lebih kaya. Padahal, konteks ayat pada surah al-Baqarah itu ialah pujian Allah terhadap orang-orang beriman yang menginfakkan diri dan hartanya di jihad fii sabilillah.

Ungkapan "meminjami Allah dengan pinjaman yang baik" berarti menginfakkan harta di jalan Allah.

Sayyid Qutb dalam Fii Zhilal al-Qur'an menjelaskan terkait al-Baqarah ayat 245, "Infak adalah pinjaman yang baik kepada Allah." Dalam arti, harta yang telah diinfakkan seorang hamba di jalan Allah akan tersimpan di sisi-Nya. Allah melipatgandakannya dengan lipat ganda yang banyak. Di dunia, ganjaran itu bisa berupa keberkahan, kebahagiaan, kekayaan, dan kegembiraan. Di akhirat kelak, insya Allah balasannya berupa surga-Nya.

Ayat itu juga menjadi kabar baik bagi Muslimin yang memiliki semangat tinggi dalam membela agama Allah, tetapi karena suatu hal berhalangan hadir di medan jihad. Firman-Nya itu menegaskan, jihad pun dapat dilakukan melalui harta-benda. Infak dianjurkan untuk meretas jalan bagi para mujahid fii sabilillah.

Sejarah mencatat, riwayat Huyay bin Akhthab berakhir dengan nahas. Sebelum Perang Khandaq, tokoh Bani Quraizhah ini memprovokasi orang-orang Arab agar bersekutu memusuhi Nabi Muhammad SAW dan Muslimin.

Setelah dikepung pasukan Islam selama 25 hari, benteng Bani Quraizhah akhirnya tak dapat bertahan. Di dalamnya, termasuk Huyay. Ia menjadi salah satu tawanan yang dihukum mati lantaran propaganda dan aksi kejahatannya selama ini dalam memusuhi Islam.

Sebelum dieksekusi, Huyay masih sempat berkata kepada Rasulullah SAW, "Demi Allah! Aku tidak menyesal telah memusuhimu. Semua telah ditakdirkan. Siapapun yang dihinakan Allah, maka akhirnya akan terhina juga!"

BACA JUGA: Ikuti Serial Sejarah dan Peradaban Islam di Islam Digest , Klik di Sini
Berita Terpopuler