Amalan yang Paling Dicintai Allah
Inilah amalan yang paling dicintai Allah.
REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA -- Nabi Muhammad SAW telah berpesan tentang pentingnya rasa persaudaraan (ukhuwah). Beliau menerapkan pesan itu dengan mempersaudarakan kaum Muhajirin dengan Anshar.
Sekalipun belum kenal satu sama lain, bahkan tempat asalnya pun berbeda, mereka seluruhnya gembira lantaran telah dipersaudarakan atas dasar keimanan. Seruan persaudaraan seperti itu berlaku pula bagi setiap kaum Muslimin pada zaman sekarang.
Dalam sebuah hadis sahih disebutkan, Rasulullah SAW bersabda, "Janganlah kamu sekalian saling mendengki, saling menipu, saling memarahi, dan saling membenci. Muslim yang satu bersaudara dengan Muslim yang lain. Oleh karena itu, ia tidak boleh menganiaya, membiarkan, dan menghinanya."
"Takwa itu ada di sini (Nabi SAW menunjuk pada dadanya tiga kali). Seseorang itu cukup dianggap jahat bila ia menghina saudaranya sesama Muslim. Setiap Muslim yang satu terhadap Muslim yang lain itu haram mengganggu darahnya, hartanya, dan kehormatannya" (HR Muslim).
Beliau lantas mengibaratkan umat ini sebagai satu tubuh. Bila ada satu saja bagian yang sakit, maka seluruh tubuh akan merasakan kesakitan.
Ketika melihat saudara seiman sedang kesusahan, seorang Muslim hendaknya berupaya untuk menolong. Bahkan, inilah amalan yang sangat dicintai Allah SWT.
Nabi Muhammad SAW bersabda, "Amalan yang paling dicintai Allah Taala adalah engkau menyenangkan seorang Muslim, atau engkau mengatasi kesulitannya, atau engkau menghilangkan laparnya, atau engkau membayarkan utangnya" (HR. Thabrani).
Karena menganggapnya sebagai saudara, seorang Muslim tidak akan rela membiarkannya nestapa. Ia tidak akan rela saudaranya mengalami kekurangan pangan, sandang, papan, dan obat-obatan. Rasa ukhuwah Islamiyah-nya berlaku baik di dalam maupun luar negeri tempatnya berada.
Dalam musim haji, kita menyaksikan jutaan orang Islam berkumpul di Baitullah. Mereka berasal dari pelbagai negeri, bangsa, dan kelompok etnis. Perbedaan itu bukanlah halangan untuk bersatu dalam identitas iman dan Islam.
Kembali ke Tanah Air, jamaah haji membawa semangat ukhuwah Islamiyah yang begitu kuat selama di Tanah Suci. Dengan harapan menjadi haji yang mabrur, mereka pun meningkatkan amal-amal kebajikan, terutama dalam mengatasi kesulitan sesama Muslimin, minimal di daerah tempatnya tinggal.
Ia pun tak akan tinggal diam menyaksikan saudara-saudara seimannya dalam kondisi nestapa. Sebagaimana yang terjadi di Palestina. Kepeduliannya pada rakyat di Bumi al-Quds akan bertambah. Hal itu diwujudkan dalam doa maupun perbuatan, seperti bersedekah.