Boikot Pukul Produk Terafiliasi Israel, Brand Nasional Terangkat

Gerakan boikot menggerus penjualan produk perusahaan multinasional terafiliasi Israel

Republika/Prayogi
Sejumlah orang mengikuti aksi damai bermiliar dukungan untuk Gaza dan Palestina dan mengecam Israel di kawasan Patung Kuda, Monas, Jakarta Pusat, Ahad (9/6/2024) .
Red: Erik Purnama Putra

REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA -- Gerakan boikot konsumen Indonesia terhadap produk terafiliasi Israel memiliki daya gedor dahsyat. Buktinya, gerakan tersebut mampu menggerus penjualan produk-produk perusahaan multinasional terafiliasi Israel.


Kampanye global 'Eyes on Rafah' di Palestina yang viral pada akhir Mei 2024, juga diikuti menguatnya gerakan boikot. Sehingga, hal itu berdampak pada jebloknya produk terafiliasi Israel dan berimbas pada kenaikan penjualan produk-produk dalam negeri di Indonesia.

"Penurunan jumlah produk terjual dikarenakan brand-brand yang terdampak dari aksi boikot pascaviralnya kampanye 'Eyes on Rafah' di media sosial," kata Co-founder & CEO Compas.co.id, Hanindia Narendrata dalam siaran pers di Jakarta, Selasa (26/6/2024).

Compas sebagai perusahaan riset pemasaran menggelar survei periode 19 Mei-15 Juni 2024. Survei boikot produk-produk yang terafiliasi Israel ini memonitor fast moving consumer goods (FMCG) di dua platform terkemuka e-commerce.

Berdasarkan data perusahaan, sales value 156 dari 206 brand yang diyakini terafiliasi Israel menurun, sebaliknya manufaktur dalam negeri justru meningkat. Total jumlah produk terjual (sales quantity) dari 206 merek terafiliasi Israel di Indonesia merosot tiga persen dibanding dua pekan sebelumnya, dari 6.884.802 jumlah produk terjual, turun ke angka 6.673.745 produk.

Pada periode survei, sebanyak 37 kategori produk ibu dan bayi masuk dalam list boikot, dan 92 persen di antaranya mengalami penurunan jumlah produk terjual. Sementara pada brand kesehatan, sebanyak 29 brand yang masuk ke daftar boikot, 74 persendi antaranya mengalami penurunan jumlah produk terjual dibandingkan dengan dua pekan sebelumnya.

Selanjutnya, pada kategori makanan dan minuman, sebesar 74 persen dari 75 brand yang terboikot juga mengalami penurunan jumlah produk terjual. Lalu pada 85 brand di kategori perawatan dan kecantikan, sebesar 62 persen di antaranya juga mengalami penurunan penjualan.

Penurunan makin tajam terjadi pada periode 1-7 Juni 2024, di mana sektor FMCG di E-commerce anjlok sebesar tujuh persen dari 2.407.460 ke 2.223.273 produk. Narendrata menjelaskan, dari hasil riset perusahaannya, konsumen yang melakukan aksi boikot beralih ke brand produksi dalam negeri yang diyakini tidak terafiliasi Israel.

"Konsumen yang mengikuti aksi boikot cenderung mengganti produk dengan brand lain yang tidak terafiliasi Israel, dan lebih memilih brand lokal sebagai substitusi produk," kata Narendrata.

BACA JUGA: Ikuti News Analysis News Analysis Isu-Isu Terkini Perspektif Republika.co.id, Klik di Sini
Berita Terpopuler