Kemenkes Duga Ini Penyebab Protes Atas Kehadiran Dokter Arab Saudi di RS Adam Malik Medan

Sebanyak 27 tenaga medis asal Saudi dihadirkan Kemenkes di RS Adam Malik Medan.

Tangkapan Layar Youtube Kemenkes
Juru Bicara Kemenkes Mohammad Syahril.
Red: Andri Saubani

REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA -- Juru Bicara Kementerian Kesehatan (Kemenkes), Mohammad Syahril menyebut gelombang protes yang disuarakan kalangan dokter lokal atas kehadiran tim medis Arab Saudi di RS Adam Malik, Medan, Sumatera Utara, dilatarbelakangi kecemburuan profesi. Sebanyak 27 tenaga medis dari Arab Saudi yang dihadirkan oleh Kemenkes di RS Adam Malik mengemban misi untuk melakukan operasi jantung kompleks terhadap 30 anak warga Sumatera Utara secara gratis. 

Baca Juga


"Mereka hadir untuk menyelamatkan nyawa manusia, nyawa anak-anak kita. Bukan untuk mengambil lahan para dokter tersebut ke depannya," kata Mohammad Syahril di Jakarta, Kamis (4/7/2024).

Kehadiran dokter asing asal Saudi di rumah sakit tersebut dalam rangka melakukan tindakan operasi jantung untuk anak, yang kali pertama dilakukan di Pulau Sumatera pada 25 Juni sampai 30 Juni 2024, kata Syahril menambahkan. Syahril yang juga menjabat sebagai Direktur Utama RS Fatmawati Jakarta mengatakan selama ini anak yang mengalami gangguan jantung kompleks dari berbagai daerah selalu dirujuk ke Jakarta, sehingga memberatkan keluarga secara finansial.

"Ini dikarenakan memang dokter spesialisnya tidak tersedia di sana," katanya.

Kemenkes menyesalkan terjadinya gelombang penolakan dokter terhadap program dokter asing di Indonesia yang sebelumnya telah mendapatkan publikasi luas, salah satunya di Arab Saudi.

"Kami menyesalkan beberapa rekan sejawat, terutama di kota besar di Jawa, yang memprotes kehadiran tim dokter dari Arab Saudi tersebut," katanya.

Seperti diketahui, Undang-Undang Nomor 17 Tahun 2023 tentang Kesehatan mengatur persyaratan dan batasan bagi tenaga medis dan tenaga kesehatan warga negara asing (WNA) yang ingin berpraktik di Indonesia. Aksi protes tersebut mencuat beberapa saat usai peristiwa pemecatan seorang Dekan Fakultas Kedokteran Universitas Airlangga, Surabaya, Prof Budi Santoso, pada Rabu (3/7/2024).

Prof Budi dalam pernyataannya mengaitkan pemecatan yang dia alami dengan sikap pribadinya menolak program pemerintah mendatangkan dokter asing di Indonesia.

Indonesia kekurangan dokter - (ali imron)

Menteri Kesehatan Budi Gunadi Sadikin mengatakan tujuan dokter-dokter asing didatangkan ke Indonesia bukan untuk menyaingi dokter lokal. "Bukan masalah saing-saingan, ini masalah menyelamatkan nyawa 300 ribu orang Indonesia yang kena stroke, 250 ribu yang kena serangan jantung, 6.000 bayi yang kemungkinan besar meninggal tiap tahun," kata Budi ketika ditemui usai rapat bersama Komisi IX DPR di Jakarta, Rabu (4/7/2024).

Dia menjelaskan bahwa hampir 80 tahun merdeka, Indonesia masih kekurangan tenaga spesialis, dan yang paling banyak kosong adalah dokter gigi. Selain itu, ujarnya, distribusi juga kurang, seperti 65 persen puskesmas di Daerah Terpencil Perbatasan Kepulauan (DTPK) yang mengalami kekosongan sembilan jenis tenaga kesehatan.

Oleh karena itu, dia mengatakan, bahwa pihaknya mendatangkan dokter dari luar negeri, seperti yang dilakukan dalam kerja sama RSUP Adam Malik dan Arab Saudi, untuk memberikan operasi bagi anak-anak Medan yang mempunyai penyakit jantung bawaan.

Budi menilai upaya itu juga dapat mengakselerasi transfer ilmu bedah toraks kardiovaskular bagi dokter lokal. Sebelumnya, Budi mengatakan bahwa misi utama pemerintah mendatangkan dokter asing adalah untuk menyelamatkan sekitar 12 ribu nyawa bayi per tahun yang berisiko meninggal akibat kelainan jantung bawaan.

Ia mengatakan, kemampuan dokter di Indonesia untuk melakukan operasi jantung baru berkisar 6 ribu pasien per tahun, sementara penanganan kelainan jantung bawaan memerlukan tindakan operasi yang cepat.

Budi yakin dokter Indonesia mampu mengatasi operasi jantung, namun dengan laju kasus mencapai 6 ribu pasien per tahun, kuota dokter yang dimiliki Indonesia belumlah cukup. Menkes mengakui bahwa kebijakan itu, meskipun bertujuan untuk menyelamatkan lebih banyak nyawa bayi-bayi tersebut, belum sepenuhnya diterima oleh sejumlah pihak yang mengaitkan hal itu dengan kualitas layanan dokter asing dan domestik.

sumber : Antara
Yuk koleksi buku bacaan berkualitas dari buku Republika ...
Berita Terpopuler