Tidak Rela Rasulullah Dihina

Hamzah bin Abdul Muthalib, walau belum Muslim, tak rela Rasulullah dihina.

republika
Rasulullah SAW.
Red: Hasanul Rizqa

REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA --

Baca Juga


Sebelum menerima cahaya iman, Hamzah bin Abdul Muthalib larut dalam kehidupan duniawi. Ia gemar mabuk-mabukan dan berfoya-foya. Tokoh Makkah ini juga begitu fanatik terhadap sukunya, Bani Hasyim.

Bila merujuk pada nasab, Hamzah merupakan salah seorang paman Nabi Muhammad SAW. Namun, saat itu putra Abdul Muthalib tersebut masih tidak peduli pada ajaran yang disebarkan keponakannya ini.

Sekalipun membela Muhammad, hal itu dilakukannya cenderung lantaran fanatisme kesukuan. Siapa pun yang menyakiti Muhammad, Hamzah tidak akan tinggal diam.

Pada suatu malam, Hamzah berjalan pulang ke rumahnya. Baru saja ia selesai berburu singa di padang pasir.

Di tengah perjalanan pulang, seorang budak milik Abdullah bin Jud'an mencegatnya. Bukan main kagetnya Hamzah mendengar perempuan itu berkata setengah berteriak, "Wahai Tuan, alangkah hinanya keturunan Abdul Muthalib!"

"Ada apa? Mengapa kau berkata begitu," tanya Hamzah yang mencoba mengendalikan dirinya.

"Kalau Tuan melihat apa yang dilakukan Hakam bin Hisyam pada keponakan Tuan (Muhammad), tentu Tuan akan marah besar. Kondisinya sangat menyedihkan! Keponakan Tuan itu dicaci-makinya dengan kata-kata yang amat buruk," kata budak perempuan ini.

Hakam bin Hisyam adalah nama lain Abu Jahal.

Amarah Hamzah tidak bisa dikendalikan lagi. "Benarkah kata-katamu ini, wahai budak!?" tanya Hamzah.

"Sungguh, saya tidak berdusta," jawab perempuan yang masih menyembunyikan keislamannya itu.

Hamzah pun bergegas pergi ke kediaman Nabi Muhammad. Ia ingin mendengarkan kabar ini langsung dari keponakannya itu. Walau belum menjadi Muslim, ia sangat benci bila keponakannya itu dihina di depan umum.

Kebetulan, Hamzah berpapasan dengan beberapa orang yang sedang berkumpul di tepi jalan. Salah satunya adalah Abu Jahal. Bahkan, saat itu jua sosok bernama Hakam bin Hisyam ini sedang mengejek sosok Rasulullah SAW dengan kata-kata yang sangat menghina.

Begitu mendengar celotehan Abu Jahal, Hamzah segera mengambil busur panahnya dan memukul kepala lelaki tua itu dengan amat keras. Sampai-sampai, dari kepala Ibnu Hisyam bercucuran darah.

"Hai Hakam! Sekali lagi kamu menghina keponakanku, berikutnya kamu akan saya lawan lebih keras lagi!" bentak Hamzah.

"Apa kamu sekarang sudah melindungi Muhammad? Apa kamu telah keluar dari ajaran nenek moyang kita?" tanya Abu Jahal sambil menahan kesakitan kepada Hamzah.

"Saya tidak peduli dengan kata- katamu. Buat saya, apa yang diucapkan Muhammad itu benar," tegas Hamzah.

Setelah melampiaskan kekesalan, ia pun meneruskan perjalanannya ke rumah Nabi Muhammad SAW.

Sesampainya di sana, Hamzah menemui Rasulullah dan menanyakan keadaannya. Kemudian, ia bertanya ke pada keponakannya itu, "Wahai keponakanku, aku telah melakukan perbuatan yang kusendiri tidak tahu apakah benar atau salah. Karena itu, kabarkanlah kepadaku kebenaran yang engkau bawa. Aku sangat menantikan nasihat-nasihatmu."

Setelah mendengarkan ayat-ayat Alquran yang dibacakan Rasulullah SAW, Hamzah pun mengucapkan dua kalimat syahadat.

Yuk koleksi buku bacaan berkualitas dari buku Republika ...
Berita Terpopuler