Mengungkap Kebenaran, Dampak Julian Assange Bagi Isu Palestina
Assange berjasa atas bocoran-bocorannya terkait konflik Palestina-Israel
REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA — Dibebaskannya pendiri Wikileaks, Julian Assange, pada 26 Juni lalu, setelah hampir hampir tujuh tahun terperangkap di kedutaan Ekuador di London dan 1.901 hari penahanan di penjara Belmarsh disambut positif publik internasional.
Jurnalis Australia tersebut akhirnya mengakhiri pertarungan hukum yang berlangsung selama 14 tahun dengan sebuah kesepakatan pembelaan diri dengan Departemen Kehakiman Amerika Serikat (AS).
Dikenal internasional sebagai pengungkap kebenaran yang tidak menyenangkan dan tahanan politik Barat, Assange memiliki dampak yang besar di hampir seluruh penjuru dunia, termasuk Dunia Arab. Kabel-kabel sensitif pemerintah yang dirilis oleh Wikileaks dikenal memiliki dampak besar terhadap Dunia Arab secara keseluruhan, sangat penting dalam mempengaruhi wacana Musim Semi Arab 2011 yang dimulai di Tunisia.
Seorang jurnalis pemerhati isu Palestina, Robert Inlakesh dalam artikelnya bertajuk 'Revealer of Inconvenient Truth' di Palestine Chronicle beberapa waktu lalu mengungkapkan jasa Assange atas bocoran-bocoran terkait dengan konflik Palestina-Israel yang memiliki nilai sangat besar.
Dia pun mengutip analis Palestina Ramzy Baroud bahwa kebebasan Assange merupakan momen penting dalam perjuangan melawan perang, korupsi pemerintah, keserakahan korporasi, dan masih banyak lagi.
"Pemenjaraan dan pengepungannya selama bertahun-tahun dimaksudkan untuk menjadi pelajaran bagi kita semua, bahwa ada kekuatan yang jauh lebih kuat daripada dorongan kolektif kita untuk keadilan global, kebebasan, dan transparansi. Namun upaya tersebut telah gagal total, dan kami, yang dipimpin oleh Assange, pasti akan muncul dengan tekad yang lebih kuat untuk melanjutkan perjuangan demi dunia yang setara dan lebih baik,"kata Baroud.
"Sebagai warga Palestina, yang terus-menerus dibungkam oleh pemerintah dan media Barat karena berani menuntut hak-hak kami, dan karena menyerukan pertanggungjawaban atas genosida yang dilakukan Israel di Gaza, perjuangan untuk mendapatkan kebenaran sangat penting bagi kelangsungan hidup kami. Ketika kita merayakan kebebasan Assange, kita harus ingat bahwa ribuan orang Palestina dan aktivis pencari kebenaran di seluruh dunia masih berada di penjara," lanjutnya.
Salah satu dari berbagai kontribusi Wikileaks kepada Palestina adalah kabel-kabel yang berfungsi untuk mengkonfirmasi elemen dari agenda Israel di Jalur Gaza. Kabel ini membantu dalam membentuk pemahaman kita secara keseluruhan mengenai realitas di lapangan saat ini selama serangan genosida yang dilancarkan pemerintah Israel.
Kabel rahasia, dari Maret 2008, mengungkapkan bahwa para diplomat AS telah mengetahui niat Tel Aviv dengan pengepungan komprehensif yang diberlakukan di Jalur Gaza, adalah untuk menjaga agar ekonomi Gaza berfungsi pada tingkat serendah mungkin yang konsisten dengan menghindari krisis kemanusiaan.
Menurut Inlakesh, Apa yang dipelajari dari dokumen-dokumen yang bocor itu adalah sebuah konfirmasi bahwa Israel mengejar strategi yang diuraikan pada tahun 2006 oleh Dov Weisglass, penasihat senior Perdana Menteri Israel pada saat itu, Ehud Olmert. Strategi tersebut berbicara tentang membuat "orang-orang Palestina melakukan diet, tetapi tidak membuat mereka mati kelaparan."
Pada tahun 2012, terungkap bahwa pada tahun 2008, sebuah bagan estimasi kalori dibuat untuk membuat warga Palestina di Gaza kekurangan makanan, namun tidak sampai membuat mereka kelaparan. Menurut kabel-kabel yang dirilis Wikileaks, hal ini merupakan bagian dari strategi untuk membuat hidup tak tertahankan dan secara perlahan menyebabkan penurunan ekonomi di Gaza, namun tetap mempertahankan situasi yang akan mengandung ledakan besar dalam situasi tersebut.
Pada tahun 2011, kabel-kabel Wikileaks juga menguatkan bocoran 'Dokumen Palestina' yang dibocorkan oleh Aljazirah yang mengekspos kedalaman kolusi antara para pejabat korup dari Otoritas Palestina dan rekan-rekan mereka di Israel.
Pengungkapan penting lainnya yang muncul dari dokumen-dokumen Wikileaks adalah hubungan dekat antara Israel dan pemerintah asing di Dunia Muslim, seperti rezim di Azerbaijan, yang membentuk bagaimana publik menafsirkan hubungan dekat ini.
Dalam kasus Suriah dan Mesir, Wikileaks juga mengungkapkan sifat kekhawatiran keamanan Israel selama kerusuhan yang terjadi selama Musim Semi Arab. Dokumen tersebut membantu masyarakat sipil mendapatkan gambaran yang lebih baik tentang agenda Tel Aviv di negara-negara Arab sekitarnya.
Selain itu, kabel-kabel Wikileaks mengungkapkan bahwa mantan Menteri Luar Negeri AS, Colin Powell, telah berbicara tentang pengetahuannya tentang senjata nuklir Israel. Kabel tersebut mengatakan bahwa Israel memiliki 200 senjata nuklir yang diarahkan ke Republik Islam Iran.
Ini merupakan pengungkapan besar karena menjadi pengakuan pertama dari seorang pejabat tinggi Amerika atas kemampuan senjata nuklir Israel, yang mana Washington dan Tel Aviv menolak untuk mengomentari hal ini di depan umum. Sebagian besar disebabkan oleh penolakan Israel untuk menandatangani perjanjian non-proliferasi nuklir.
Selain itu, Julian Assange sendiri tidak pernah menghindar untuk berbicara dengan semua orang dan mengekspos semua informasi yang relevan dengan banyak konflik. Terkait dengan konflik di Palestina, Assange secara terkenal melakukan wawancara dengan pemimpin Hizbullah Lebanon, Seyyed Hassan Nasrallah, yang ia tanyai tentang alasan di balik perlawanan kelompok tersebut terhadap Israel dan sikap kelompok tersebut dalam mendukung hak-hak Palestina.