Israel dan Hamas Kembali Rundingkan Gencatan Senjata, Perang Selesai?
Israel agaknya menunjukkan keinginan segera mengakhiri perang.
REPUBLIKA.CO.ID, GAZA – Kelompok Hamas dan Israel menyatakan sedang terlibat dalam negosiasi gencatan senjata yang dapat menyudahi hampir sembilan bulan serangan brutal ke Gaza. Israel dan Hamas pada Rabu malam mengakui bahwa mereka terlibat dengan mediator di Qatar dan Mesir.
Hal ini bisa menjadi pertanda bahwa perundingan akan dimulai untuk pertama kalinya sejak Israel menginvasi kota Rafah pada 6 Mei, beberapa jam setelah Hamas mengatakan pihaknya menerima proposal gencatan senjata.
Aljazirah melaporkan, Perkembangan terakhir terjadi setelah laporan media menyatakan bahwa para jenderal militer Israel tidak senang dengan keengganan Perdana Menteri Israel Benjamin Netanyahu dalam mengakhiri perang di Gaza.
Netanyahu menanggapi laporan tersebut dengan mengatakan, “Saya tidak tahu siapa pihak-pihak yang tidak disebutkan namanya itu, tapi saya di sini untuk memperjelas: Ini tidak akan terjadi.” “Kami akan mengakhiri perang hanya setelah kami mencapai semua tujuan kami, termasuk pemusnahan Hamas dan pembebasan semua sandera kami,” katanya.
Namun, lebih dari 24 jam kemudian, akun resmi perdana menteri Netanyahu di media sosial mengeluarkan pernyataan singkat yang mengakui bahwa Israel sedang mengevaluasi proposal dari Hamas yang dikomunikasikan melalui mediator gencatan senjata.
Jika kesepakatan tercapai, ini akan menjadi kesepakatan pertama antara Israel dan Hamas sejak jeda enam hari dalam pertempuran pada bulan November yang menyebabkan 105 tawanan Israel dan 240 tahanan Palestina dibebaskan.
Hamas mengatakan pemimpinnya Ismail Haniyeh telah berhubungan dengan mediator Qatar dan Mesir untuk membahas gagasan kesepakatan gencatan senjata guna mengakhiri perang di Gaza. “Gerakan ini dilakukan dengan semangat positif sesuai dengan isi musyawarah yang sedang berlangsung,” kata pernyataan itu.
Kelompok tersebut menambahkan bahwa dalam beberapa jam terakhir, para anggotanya juga mendiskusikan perkembangan terkini dengan para pejabat di Turki. Para pejabat Israel mengatakan mereka menyambut berita bahwa Mossad sedang mengevaluasi tanggapan Hamas terhadap perjanjian gencatan senjata dengan optimisme yang hati-hati.
Pada akhir Mei, para pejabat Israel telah menyampaikan kepada para mediator apa yang mereka kehendaki dalam kesepakatan gencatan senjata. Pada 31 Mei, Presiden AS Joe Biden menyampaikan pidato yang menguraikan rencana tiga fase untuk mengakhiri perang.
Pada minggu-minggu berikutnya, tepatnya pada 11 Juni, Hamas memberikan tanggapannya sendiri terhadap kesepakatan tersebut. Pernyataan tersebut disangkal Israel dan Amerika Serikat yang mengatakan bahwa Hamas telah menghilangkan elemen-elemen kuncinya.
Pada 24 Juni, Netanyahu mengatakan kepada media Israel bahwa dia bersedia membuat kesepakatan parsial yang hanya akan membebaskan sebagian tawanan. Namun kemudian, dia mengatakan kepada parlemen Israel bahwa dia berkomitmen terhadap rencana yang digariskan oleh pemerintahan Biden.
Kini kedua belah pihak mengatakan ada kesediaan untuk mencapai kesepakatan, namun beberapa sumber mengatakan masih akan ada hambatan besar. Yang berubah adalah mungkin pihak Israel sendiri yang ingin berunding karena masyarakat Israel semakin frustasi dengan pemerintahan Netanyahu.
Rincian proposal gencatan senjata... baca halaman selanjutnya
Israel, Hamas dan mediator belum merilis rincian spesifik dari proposal yang sedang dibahas, namun gambaran terbaru dari rencana gencatan senjata semuanya mengacu pada proses tiga tahap.
Salah satu penjelasan paling rinci tentang apa yang mungkin termasuk dalam rencana tersebut dikeluarkan oleh Dewan Keamanan PBB ketika Dewan Keamanan PBB mengadopsi resolusi menyambut proposal gencatan senjata yang digariskan oleh Presiden AS Joe Biden pada 31 Mei.
Resolusi Dewan Keamanan PBB mengacu pada tiga fase yang meliputi gencatan senjata selama enam minggu di mana Hamas akan membebaskan perempuan, orang tua, dan tawanan yang terluka sebagai imbalan atas tahanan Palestina yang ditahan di penjara-penjara Israel. Kemudian, berakhirnya pertempuran secara permanen dan pembebasan semua tawanan Israel yang tersisa.
Fase tiga meliputi ekonstruksi Gaza dan sisa-sisa tawanan yang meninggal untuk dikembalikan ke Israel. Proposal tiga tahap sebelumnya yang disetujui oleh Hamas pada tanggal 6 Mei memiliki beberapa kesamaan dengan proposal yang dijelaskan oleh Dewan Keamanan PBB.
Kendala utama dalam proposal gencatan senjata sebelumnya adalah kegagalan Israel berkomitmen terhadap penghentian perang secara permanen dan penarikan militer penuh dari Gaza, yang merupakan tuntutan utama Hamas.
Pada November tahun lalu, tahanan Palestina dibebaskan dengan perbandingan 33 tahanan Palestina berbanding satu tawanan Israel. Sebuah proposal yang diajukan oleh Hamas pada bulan Mei menyebutkan rasio 50 tahanan Palestina berbanding satu tawanan Israel.
Sebaliknya, resolusi Dewan Keamanan PBB yang diadopsi pada Juni hanya menyebutkan satu kali tahanan Palestina dan tidak merinci berapa banyak tahanan yang berpotensi dibebaskan. Resolusi PBB menetapkan bahwa semua tawanan Israel yang ditahan oleh Hamas akan dibebaskan.
Jadi berapa banyak tawanan dan tahanan yang ditahan oleh Israel dan Hamas? Menurut tentara Israel, masih ada 116 tawanan Israel di Gaza, termasuk 42 orang yang menurut tentara Israel tewas.
Jumlah warga Palestina yang ditahan di penjara dan pusat penahanan Israel telah meningkat secara signifikan sejak bulan Oktober. Israel saat ini menahan setidaknya 9.300 warga Palestina, termasuk 3.450 orang yang ditahan tanpa tuduhan. Namun, jumlah warga Palestina dari Gaza yang ditahan oleh militer Israel sejak dimulainya perang masih belum diketahui, kata badan kemanusiaan PBB OCHA pekan lalu.