Sayap Kiri Prancis Menang Pemilu dan Berjanji Akui Palestina, Zionis Panik

Koalisi sayap kiri-tengah berhasil menggagalkan kemenangan sayap kanan Prancis.

AP Photo/Louise Delmotte
Bendera Palestina dan Afrika Selatan dikibarkan dalam protes terhadap sayap kanan, di alun-alun Republique, Paris, Rabu, 3 Juli 2024.
Red: Fitriyan Zamzami

REPUBLIKA.CO.ID, PARIS – Kemenangan partai politik sayap kanan pada putaran pertama pemilu Prancis berhasil diadang oleh koalisi sayap kiri dalam pemilihan tahap dua pada Ahad. Pengakuan atas kedaulatan Palestina jadi salah satu janji pertama yang diucapkan politikus sayap kiri.

Tidak ada partai yang memenangkan mayoritas dalam putaran kedua pemilihan parlemen Prancis pada Ahad, di mana seluruh 577 kursi Majelis Nasional diperebutkan. Menurut media Paancis Le Monde, aliansi sayap kiri Front Populer Baru memenangkan 182 kursi sementara Ensemble yang berhaluan tengah, yang didukung oleh Presiden Emmanuel Macron, memenangkan 168 kursi.

“Kami akan memiliki perdana menteri dari Front Populer Baru,” Jean-Luc Mélenchon, pemimpin sayap kiri Prancis, memposting di X pada Ahad malam. “Kami akan dapat memutuskan banyak hal melalui keputusan. Di tingkat internasional, kita harus setuju untuk mengakui Negara Palestina.”

Partai sayap kanan National Rally, yang dipimpin oleh Marine Le Pen, memenangkan 143 kursi. Ini sebuah hasil yang mengecewakan bagi partai tersebut setelah memimpin putaran pertama pemungutan suara seminggu yang lalu dan tampaknya berada dalam jarak yang sangat dekat untuk mendapatkan mayoritas. 

Sebaliknya, kandidat pertengahan dan sayap kiri bekerja sama untuk mengalahkan koalisi sayap kanan, National Rally, dengan mengeluarkan kandidat mereka dari pencalonan di mana partai lain memiliki peluang lebih besar untuk menang.

Media Yahudi Forward melansir, kelompok sayap kanan sedianya musuh lama Yahudi Prancis. Pendiri National Rally, termasuk ayah Le Pen, Jean-Marie Le Pen, telah berulang kali dihukum karena ujaran kebencian dan penyangkalan Holocaust. Sedangkan Pierre Bousequet, yang bertugas di Waffen-SS Partai Nazi serta kandidat dalam pemilu ini juga dituduh antisemitisme.

Pemimpin sayap kiri Jean-Luc Melenchon menyampaikan pidatonya di markas malam pemilihannya, Ahad, 19 Juni 2022 di Paris. - (AP/Michel Euler)

Namun, di tengah sorotan terhadap genosida Israel di Jalur Gaza, Yahudi Prancis justru mendukung sayap kanan karena kelompok kiri di negara itu saat ini yang paling kritis terhadap negara Israel. 

Patut dicatat bahwa tudingan antisemitisme di Eropa tak hanya soal rasisme terhadap etnis Yahudi. Kerap kali, kritik terhadap negara Israel juga dimasukkan dalam antisemitisme.

Ilmuwan politik Jean-Yves Camus mengatakan sebelum pemungutan suara bahwa ia merasa “terjebak” oleh kelompok sayap kiri, terutama ketika kaum Sosialis yang lebih moderat berkoalisi dengan partai Mélenchon. 

“Kami cukup marah dan kecewa,” kata Camus. “Sebagai orang Yahudi, kami merasa dikhianati dan kami pikir akan lebih baik jika Partai Sosialis tidak menjalin aliansi dengan kelompok sayap kiri seperti ini.”

Masyarakat berkumpul di patung di alun-alun Republique usai pemilu legislatif putaran kedua, Ahad, 7 Juli 2024 di Paris. - (AP Photo/Aurelien Morissard)

Banyak orang Yahudi Perancis mengatakan bahwa retorika pro-Palestina dari sayap kiri telah membuka pintu bagi antisemitisme. Menurut jajak pendapat yang dilakukan oleh Komite Yahudi Amerika (AJC) di Eropa, 92 persen orang Yahudi Prancis percaya bahwa kelompok kiri France Unbowed telah “berkontribusi” terhadap meningkatnya antisemitisme.

Kini, kebuntuan tampaknya terjadi di masa depan Prancis. Setelah pencalonan, Perdana Menteri Gabriel Attal yang berhaluan tengah dan memiliki akar Yahudi, mengatakan dia berencana untuk mundur.

Yahudi prancis membelot... baca halaman selanjutnya

Komunitas Yahudi yang berjumlah 500.000 jiwa di negara tersebut telah terguncang sejak serangan Hamas terhadap Israel pada 7 Oktober dan kampanye militer Israel berikutnya di Gaza, yang telah menghancurkan sebagian besar wilayah kantong tersebut. Prancis juga mengalami lonjakan antisemitisme sejak 7 Oktober. 

Kejutan bagi sebagian orang Yahudi Perancis terjadi segera setelah kejadian 7 Oktober, ketika beberapa politisi sayap kiri menolak untuk secara eksplisit mengutuk serangan Hamas terhadap Israel. Le Pen, sementara itu, berupaya mengubah citra partainya, meninggalkan antisemitisme, mengecam serangan Hamas, dan mendorong posisi pro-Israel. Partai tersebut sekarang menekankan sikap anti-imigrasi dan Eurosceptic.

CRIF, sebuah organisasi payung Yahudi Perancis, telah mendesak komunitas tersebut untuk menolak kelompok sayap kanan dan sayap kiri. Namun menjelang pemungutan suara hari Minggu, ketika dihadapkan dengan kebangkitan France Unbowed, beberapa suara terkemuka Yahudi menyerukan masyarakat untuk memilih partai Le Pen. Salah satu ekspresi dukungan yang mencolok terhadap National Rally datang dari Serge Klarsfeld, seorang penyintas Holocaust Perancis yang terkenal karena memburu penjahat Nazi dan mendesak agar mereka diadili.

“Nasional Rally mendukung orang Yahudi, mendukung negara Israel,” kata Klarsfeld, 88 tahun, dalam wawancara yang disiarkan televisi secara nasional bulan lalu. “Ketika ada partai anti-Yahudi dan partai pro-Yahudi, saya akan memilih partai pro-Yahudi.”

Alain Finkielkraut, seorang filsuf terkemuka Perancis, juga mengatakan di majalah Le Point bahwa dia akan “mempertimbangkan mimpi buruk karena harus memilih National Rally untuk memblokir antisemitisme.” Sementara itu, sekelompok pemimpin komunitas Yahudi Prancis bertemu dengan Le Pen pada Senin.

Mengapa Zonis takut sayap kiri Prancis?... baca halaman selanjutnya

Keberhasilan koalisi sayap kiri yang dipimpin Insoumise La France mengejutkan komunitas Yahudi dan pihak-pihak di Israel. Harapan mereka bahwa kelompok sayap kanan akan memenangkan pemilu dan membela Israel dikandaskan dalam pemilihan tahap kedua pada Ahad (7/7/2024). 

Namun, kondisi belakangan juga menguak tindakan para Zionis merangkul kelompok yang terang-terangan benci dengan bangsa Yahudi ketimbang harus berkubu dengan mereka yang pro-Palestina.

Media Yahudi Forward melansir, kelompok sayap kanan sedianya musuh lama Yahudi Prancis. Pendiri gerakan itu, Jean-Marie Le Pen, telah berulang kali dihukum karena ujaran kebencian dan penyangkalan Holocaust. Sedangkan pendiri lainnya, Pierre Bousequet sempat bertugas di Waffen-SS Partai Nazi saat Jerman menguasai Prancis.

Kandidat National Rally dalam pemilu ini juga kedapatan melakukan tindakan yang jelas-jelas antisemit seperti mengenakan yarmulk bergambar swastika. 

Namun, di tengah sorotan terhadap genosida Israel di Jalur Gaza, Yahudi Prancis justru berbalik mendukung sayap kanan karena kelompok kiri di negara itu saat ini yang paling kritis terhadap negara Israel. 

Kelompok kiri yang dipimpin partai Insoumise La France berulang kali menegaskan dukungannya terhadap Palestina. Bahkan sejak awal 2010, Jean-Luc Mélenchon, pemimpin Insoumise La France telah membela Palestina melawan Israel dan mengkritik CRIF (Dewan Perwakilan Lembaga Yahudi Perancis) dengan menuduhnya komunitarianisme. Perlu diingat bahwa CRIF di Perancis, seperti AIPAC di Amerika Serikat, melakukan lobi dengan penuh semangat untuk mendukung Israel, khususnya di kalangan politikus. 

Pada 2014, Mélenchon dikritik karena mendukung demonstrasi anti-Israel dan gerakan BDS (Boikot, Divestasi, dan Sanksi). Namun sejak tanggal 7 Oktober, kritik Yahudi Prancis  terhadap Mélenchon menjadi semakin ganas. Tujuannya untuk mengalihkan perhatian dari serangan genosida yang dilancarkan terhadap Gaza dan melarang diskusi mengenai hal tersebut. 

Kantor media Pressenza melansir bahwa tuduhan antisemitisme lebih langsung dan kini menyasar Insoumise La France secara keseluruhan. Mélenchon menolak untuk mematuhi pemerintah Prancis yang menggambarkan Hamas sebagai organisasi teroris. Menurut dia,  Hamas adalah pasukan kombatan yang berperang melawan pendudukan wilayah mereka. 

Oleh karena itu, ia menolak menganggap pembantaian tanggal 7 Oktober sebagai tindakan teroris dan melihatnya sebagai kejahatan perang. Ia juga mengkritik presiden Majelis Nasional, Yaël Braun-Pivet, yang pergi ke Israel saat bom Israel menghujani Gaza. Ia juga berani menyebut Negara Israel sebagai negara genosida.

Sikap tersebut diklaim berdampak pada Insoumise La France secara keseluruhan, karena pernyataan Mélenchon diyakini merupakan bagian dari strategi yang diambil partai tersebut untuk menarik lingkungan kelas pekerja yang memiliki jumlah pemilih Muslim yang signifikan. Sebuah survei mengungkapkan bahwa 92 persen orang Yahudi di Prancis percaya bahwa Insoumise La France mendorong bangkitnya antisemitisme.

BACA JUGA: Update Berita-Berita Politik Perspektif Republika.co.id, Klik di Sini
Berita Terpopuler