Inalillahi, Korban Jiwa Genosida di Gaza Diperkirakan Capai 186 Ribu

Seorang anak kembali meninggal akibat kelaparan di Gaza.

Foto AP/Abdel Kareem Hana
Perempuan memegang jenazah putrinya, Zena Naser, yang syahid akibat pemboman Israel di kamp pengungsi Maghazi, Jalur Gaza tengah, Selasa, 25 Juni 2024.
Red: Fitriyan Zamzami

REPUBLIKA.CO.ID, GAZA – Sejumlah peneliti menyimpulkan bahwa jumlah korban jiwa, langsung maupun tak langsung, akibat serangan Israel ke Jalur Gaza sejak 7 Oktober lalu mencapai 186 ribu jiwa. Angka itu jauh melampaui catatan resmi Kementerian Kesehatan di Gaza yang kini sekitar 38.100 jiwa.

Baca Juga


Penelitian yang dilansir jurnal medis terkemuka the Lancet itu menerapkan perkiraan konservatif yaitu empat kematian tidak langsung per satu kematian langsung yang dilaporkan di Gaza. “Bukanlah tidak masuk akal” untuk memperkirakan bahwa hingga 186.000 atau bahkan lebih kematian dapat disebabkan oleh perang genosida di Gaza.

"Jumlah korban jiwa diperkirakan besar mengingat intensitas konflik ini; hancurnya infrastruktur layanan kesehatan; kekurangan makanan, air, dan tempat tinggal yang parah; ketidakmampuan penduduk untuk mengungsi ke tempat yang aman; dan hilangnya dana untuk UNRWA,” tulis mereka.

“Dalam konflik baru-baru ini, kematian tidak langsung berkisar antara tiga hingga 15 kali lipat jumlah kematian langsung. Dengan menerapkan perkiraan konservatif yaitu empat kematian tidak langsung per satu kematian langsung terhadap 37.396 kematian yang dilaporkan, bukan tidak masuk akal untuk memperkirakan bahwa hingga 186 000 kematian atau bahkan lebih dapat disebabkan oleh konflik yang saat ini terjadi di Gaza,” mereka menambahkan.

Makalah berjudul 'Menghitung Kematian di Gaza: Sulit tapi Penting', yang diterbitkan pada 5 Juli, menyatakan bahwa dengan menggunakan perkiraan populasi Jalur Gaza pada 2022 sebesar 2,375,259 jiwa, perkiraan jumlah syuhada akan mencapai 7 sampai 9 persen dari total populasi di Jalur Gaza yang terkepung.  

Pada Ahad, Kementerian Kesehatan Palestina mengatakan bahwa setidaknya 38.153 warga Palestina telah dibunuh oleh Israel di Gaza sejak 7 Oktober, sementara lebih dari 87.828 orang terluka di wilayah kantong yang terkepung tersebut. Sebanyak 15.983 di antaranya adalah anak-anak.

Kajian yang dilakukan oleh Rasha Khatib, Martin McKee dan Salim Yusuf, menggunakan data dari tanggal 19 Juni, dengan angka kematian resmi sebesar 37, 396. Catatan resmi yang dikelola oleh Kementerian Kesehatan Gaza tidak mencakup lebih dari 10.000 orang yang hilang atau terkubur di bawah tanah. puing-puing. 

“Kementerian mencatat berdasarkan orang-orang yang meninggal di rumah sakit atau dibawa ke rumah sakit, dengan informasi dari sumber media yang dapat diandalkan dan petugas pertolongan pertama. Perubahan ini mau tidak mau telah menurunkan rincian data yang tercatat sebelumnya. Akibatnya, Kementerian Kesehatan Gaza kini melaporkan secara terpisah jumlah jenazah tak dikenal di antara total korban tewas. Pada 10 Mei 2024, 30 persen dari 35.091 kematian tidak teridentifikasi,” demikian pengamatan para peneliti.

Kerabat berduka atas jenazah seorang pria yang shaid akibat serangan udara Israel di sekolah milik PBB di kamp pengungsi Nusseirat di Jalur Gaza, Sabtu, 6 Juli 2024. - ( AP Photo/Saher Alghorra)

Laporan ini juga menyatakan bahwa konflik bersenjata mempunyai “implikasi kesehatan tidak langsung selain dampak langsung dari kekerasan”. “Bahkan jika konflik segera berakhir, akan terus terjadi banyak kematian tidak langsung dalam beberapa bulan dan tahun mendatang yang disebabkan oleh penyakit reproduksi, menular, dan tidak menular,” tulis jurnal tersebut. 

Sebuah laporan pada 7 Februari 2024, ketika angka kematian langsung mencapai 28.000 orang, memperkirakan bahwa tanpa gencatan senjata akan terdapat antara 58.260 kematian (tanpa epidemi atau eskalasi) dan 85.750 kematian (jika keduanya terjadi) pada 6 Agustus 2024. 

Langkah-langkah sementara yang ditetapkan oleh Mahkamah Internasional pada Januari, mengharuskan Israel untuk “mengambil langkah-langkah efektif untuk mencegah kehancuran dan memastikan pelestarian bukti terkait dengan tuduhan tindakan dalam lingkup … Konvensi Genosida”. 

“Gencatan senjata segera dan mendesak di Jalur Gaza sangat penting, disertai dengan langkah-langkah untuk memungkinkan distribusi pasokan medis, makanan, air bersih, dan sumber daya lainnya untuk kebutuhan dasar manusia,” tulis jurnal tersebut.

Serangan terkini... baca halaman selanjutnya

 

Kantor berita WAFA melansir. Beberapa warga sipil syahid dan terluka semalam dalam penembakan Israel di wilayah yang tersebar di Jalur Gaza yang terkepung. Menurut sumber lokal, pesawat tempur pendudukan menargetkan sebuah rumah di kamp pengungsi Bureij di pusat Jalur Gaza, yang menyebabkan terbunuhnya tiga warga sipil dan melukai beberapa lainnya. 

Rumah Sakit Al-Awda di kamp pengungsi al-Nuseirat juga menerima jenazah dua warga sipil yang menjadi sasaran di Jembatan Wadi Gaza, di tengah Jalur Gaza. Dua warga sipil juga syahid dalam pemboman Israel yang menargetkan pertemuan warga sipil di distrik Zeitoun timur Kota Gaza. Pesawat-pesawat tempur Israel menargetkan Sekolah Keluarga Suci di lingkungan al-Rimal di Jalur barat, menghancurkan sebagian dari sekolah tersebut. 

Seorang warga juga ayahid akibat tembakan artileri Israel di sebelah barat kota Beit Lahia di Jalur Gaza utara. Kru medis mengangkut satu jenazah dan seorang warga sipil yang terluka menyusul pemboman pendudukan yang menargetkan wilayah timur kota Rafah di Jalur selatan. 

Jumlah warga sipil yang syahid sejak dimulainya agresi Israel di Jalur Gaza melalui darat, laut, dan udara pada 7 Oktober 2023 mencapai 38.153 jiwa, sebagian besar adalah anak-anak dan perempuan. Setidaknya 87.828 orang lainnya terluka. Ribuan korban masih terjebak di bawah reruntuhan dan berserakan di jalan, sementara kru ambulans dan pertahanan sipil menghadapi kesulitan besar untuk menjangkau mereka.

Sementara sumber medis mengumumkan kematian seorang anak berusia enam tahun karena kelaparan dan dehidrasi, sehingga jumlah korban malnutrisi di Jalur Gaza menjadi 41 orang. Sumber yang sama mengatakan bahwa seorang anak dari Deir al-Balah di Jalur Gaza tengah meninggal karena kekurangan gizi, dehidrasi, dan kurangnya pasokan medis di Rumah Sakit Martir Al-Aqsa. 

Sebelumnya, sumber medis mengumumkan bahwa 50 anak di Jalur Gaza utara menderita kekurangan gizi. Selain itu, sumber medis di Rumah Sakit Kamal Adwan melaporkan gejala kekurangan gizi pada lebih dari 200 anak di Jalur Gaza. Mereka memperingatkan bencana kemanusiaan yang dihadapi Gaza utara karena kelaparan yang akan terjadi. 

Penduduk Gaza utara, yang berjumlah sekitar 700.000 jiwa, menderita kekurangan makanan dan sayur-sayuran akibat penutupan perbatasan yang terus menerus dilakukan Israel dan penghentian pengiriman truk bantuan ke wilayah utara. Menurut pejabat lokal dan organisasi internasional, situasi ini membawa kembali momok kelaparan di Gaza utara. Pada tanggal 7 Mei, militer Israel menguasai perbatasan Rafah antara Gaza dan Mesir, yang semakin memperburuk bencana tersebut.

BACA JUGA: Update Berita-Berita Politik Perspektif Republika.co.id, Klik di Sini
Berita Terpopuler