Tiga Golongan Menyikapi Alquran, Termasuk Manakah Kita?

Alquran menyebut bahwa manusia terbagi dalam tiga golongan.

dok wiki
Alquran
Red: Hasanul Rizqa

REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA -- Sejatinya, seorang Muslim wajib menjadikan Alquran dan Sunnah Nabi Muhammad SAW sebagai pedoman hidup. Bagaimanapun, tiap orang berbeda-beda dalam hal kadar ketakwaan mereka.

Baca Juga


Ibnu Katsir dalam Tafsir al-Quran al-Azhim menjabarkan, dalam mengamalkan isi Alquran, umat Rasulullah SAW terbagi menjadi tiga golongan. Pertama, orang yang zalim kepada dirinya sendiri. Mereka berlebihan dalam mengamalkan sebagian kewajiban, serta sering kali melakukan hal-hal yang terlarang. Meski begitu, menimbang dari separuh amalan yang dikerjakan tadi, menurut Ibnu Abbas, golongan ini kelak akan mendapatkan syafaat dari Nabi SAW.

Kedua, orang yang tak berlebihan. Mereka ini melaksanakan kewajiban dan menjauhi larangan, tetapi sering kali meninggalkan ibadah sunah dan melakukan hal-hal yang dimakruhkan. Golongan ini pun tak luput dari ganjaran Allah, yakni kelak akan masuk surga atas anugerah yang telah diberikan Allah SWT.

Ketiga, orang yang selalu berlomba-lomba dalam kebaikan. Mereka gemar menjalankan kewajiban dan juga hal-hal yang disunahkan. Tak hanya itu, kelompok ini juga patuh dalam menjauhi apa-apa yang diharamkan Allah. Perkara-perkara yang dimakruhkan-Nya pun mereka enggan kerjakan. Kelompok ini akan diberikan keistimewaan oleh Allah dengan ganjaran surga, tanpa adanya perhitungan amal atau hisab.

Dari sini dapat dipahami bahwa banyak orang yang mengetahui isi Alquran, tetapi perilakunya belum tentu mencerminkan ajaran Allah SWT. Oleh karena itu, di tengah keterbatasan kita sebagai manusia, alangkah baiknya mengamalkan amalan yang diperintahkan Allah dan menjauhi larangan-Nya agar kita kelak mendapatkan keistimewaan surga.

Keistimewaan surga dan kenikmatan yang ada di dalamnya digambarkan Allah SWT dalam hadis qudsi yang diriwayatkan dari Abu Hurairah RA. "Aku (Allah) telah menyediakan untuk hamba-hamba-Ku yang saleh suatu balasan (surga) yang belum pernah terlihat oleh mata, belum pernah terdengar oleh telinga, dan belum pernah terlintas di dalam hati” (HR Bukhari).

Setelah Nabi Muhammad SAW menggambarkan surga, beliau kemudian membaca ayat Alquran. Artinya, “Seorang pun tidak mengetahui apa yang disembunyikan untuk mereka, yaitu (bermacam-macam nikmat) yang menyedapkan pandangan mata sebagai balasan terhadap apa yang telah mereka kerjakan” (QS as-Sajadah: 17).

BACA JUGA: Ikuti Serial Sejarah dan Peradaban Islam di Islam Digest , Klik di Sini
Berita Terpopuler