Bertahun-tahun Membenci Islam, Mualaf Tammy Menangis Mendengar Adzan Pertama Kalinya
Mualaf Tammy terkagum dengan aturan yang ada dalam Islam
REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA— Tammy Perkins, mualaf kelahiran New Hampshire tumbuh dan besar di lingkungan yang tak beragam. Kota yang terletak di timur laut Amerika Serikat itu adalah kota Kristen kulit putih yang sangat kecil.
“Saya ingat sejak usia yang sangat muda, 5 atau 6 tahun, saya mulai berjalan kaki ke gereja lokal sendirian. Orang-orang di gereja itu benar-benar mengayomi saya dan mengajari saya tentang Tuhan,” kata dia, dikutip dari About Islam, Ahad (14/7/2024).
Dia terlahir dari keluarga miskin. Ibunya mengirim Tammy dan saudara-saudaranya ke gereja untuk makan, karena gereja akan memasak makanan untuk orang miskin. “Gereja selalu menjadi bagian dari hidup saya,” kata dia.
Tinggal di sebuah kota kecil dengan pengawasan orang tua yang minim, masa puber adalah masa yang sulit baginya. Hidup terasa membosankan sebagai seorang remaja dan saya membuat pilihan yang buruk. Pada usia 15 tahun Tammy hamil. Belum menikah dan hamil. “Pada saat saya berusia 19 tahun, saya memiliki dua anak perempuan,” kata dia.
Dia merasa terberkati dengan kehadiran anak-anak perempuan yang cantik. Dia telah menempuh jalan yang buruk dan putri-putrinya membutuhkannya. “Jadi saya melangkah maju dan saya mencoba yang terbaik untuk melakukan yang terbaik bagi mereka,” kata dia.
Setelah peristiwa 9/11, Tammy mengaku menjadi sangat konservatif secara politik. Dia menghabiskan banyak waktu menonton berita FOX dan mendengarkan radio. “Saya pikir saya tahu segalanya tentang Islam!,” ujar dia.
Kenyataannya, dia belum pernah bertemu dengan seorang Muslim dalam hidupnya, tetapi entah bagaimana dengan mendengarkan berita, dia pikir tahu segalanya.
“Siapapun yang ingin membela Islam kepada saya, saya akan segera meninggikan suara saya. Saya bertindak seolah-olah saya tahu segalanya, dan saya sangat yakin dengan diri saya sendiri, saya benar-benar berpikir bahwa saya lebih tahu dari mereka,” kata dia.
Namun sekarang, bertahun-tahun kemudian, dia menyadari bahwa dirinya tidak tahu apa-apa.
"Saya tidak terlalu baik. Saya tidak tahu apa-apa. Apa yang saya asumsikan sebagai seorang Muslim adalah orang Arab. Satu-satunya gambaran dan opini yang saya miliki adalah apa yang dikatakan dan ditunjukkan Fox News kepada saya,” kata dia mengisahkan.
Setelah beberapa puluh tahun, kedua putrinya baru saja lulus dari sekolah menengah atas, dan tidak seperti negara-negara Muslim di mana anak perempuan tinggal bersama sampai mereka menikah, putri-putrinya pindah segera setelah mereka lulus.
Seperti kebanyakan...
Seperti kebanyakan anak-anak Amerika, mereka ingin sekali memiliki kebebasan di luar aturan orang tua mereka. Pada saat mereka berusia 18 atau 19 tahun, mereka telah mendapatkan pekerjaan dan pindah ke apartemen mereka sendiri.
“Dan di sanalah saya berada di rumah besar ini dan semua yang telah saya kerjakan dan semua yang saya ketahui telah hilang,” kata dia mengenang.
Baginya, sebagai orang dewasa adalah bekerja keras, pulang ke rumah, membuat makan malam, membantu pekerjaan rumah, dengan banyak kebisingan dan kemudian. Itu adalah rumah yang kosong dan sepi. “Ini adalah waktu yang sangat kelam bagi saya,” tutur dia.
Pada level ini, dia mencoba berjuang mengetahui siapa Tammy sebagai pribadi dan bukan hanya sebagai seorang ibu. Dia jatuh ke dalam depresi berat.
“Saya akhirnya kehilangan pekerjaan saya karena kondisi depresi saya dan saya memutuskan bahwa cukup sudah, saya harus membuat perubahan dalam hidup saya,” kata dia.
Tammy memutuskan menjual segala yang dimiliki, rumah hingga mobil. Semuanya dan membeli tiket kereta api untuk tinggal bersama seorang teman yang jaraknya lebih dari 1000 mil jauhnya di Florida. “Saya pikir ini adalah langkah yang baik, namun ternyata justru sebaliknya,” ujar dia.
Ada pepatah Amerika yang mengatakan "melompat dari wajan ke dalam api". Inilah yang baru saja dia lakukan. Itu adalah langkah yang sangat buruk baginya.
Masalahnya adalah Tammy telah menghabiskan semua uangnya dan mendapati dirinya terdampar di Florida tanpa keluarga atau sistem pendukung.
“Saat berada di sana, saya belajar tentang komputer dan internet. Dan di sinilah saya menemukan chat room,” kata dia.
Karena ingin mengisi kekosongan rohani dan membutuhkan arahan, Tammy menghabiskan waktu di chat room agamanya dengan harapan menemukan bimbingan. Dia kemudian menemukan sebuah ruang obrolan yang menarik, "Christian, Muslim Chat".
“Orang kedua yang saya ajak mengobrol di ruangan ini adalah seorang Muslim. Dan meskipun saya sombong dan marah, dia mendengarkan,” kenang dia.
Dia berkisah, orang ini, setelah mendengarkan kesulitan yang dihadapinya, menawarkan bantuan. Mereka tidak saling mengenal. Dia tahu Tammy tidak bisa langsung membayarnya, tetapi dia mengirimi dirinya uang untuk kembali ke keluarganya.
“Kamu harus mengerti. Saya tidak pantas menerima kebaikan ini. Saya telah melontarkan beberapa hal yang buruk tentang Islam dan di sinilah orang yang mengulurkan tangan yang sangat saya butuhkan,” kata dia. “Tindakan ini mengubah jalan hidup saya,” ujar Tammy menambahkan.
Tammy memutuskan...
Tammy memutuskan kembali ke New Hampshire dan merasa lebih ringan, hatinya berubah.
Dia mulai menonton video tentang Islam, terutama kisah-kisah mualaf. Perlahan dia semakin menyadari salah paham tentang Islam dan Muslim.
Sebulan kemudian, setelah berbicara dengan teman barunya dan menjelaskan kepadanya bahwa dia sedang belajar tentang Islam, dia mengundang Tammy untuk datang mengunjungi Mesir, tempat asalnya.
"Setelah beberapa kali ragu karena revolusi yang sedang berlangsung dan ketidakpastian saya tentang 'Timur Tengah', saya setuju. Saya mendapatkan paspor saya dan berangkatlah saya," kata dia.
Ini adalah kali pertama dia ke mesir. Dia kagum. Berada di Mesir tidak pernah dia alami sebelumnya. "Pagi hari setelah saya tiba, saya pertama kali mendengar suara adzan. Saya menangis," kata dia.
Tammy kemudian melihat orang-orang sholat di jalan-jalan, di toko-toko, dengan orang-orang lain, di mana pun mereka berada, mereka sholat. "Aku menangis," ujar dia.
Dia bergumam, mereka tidak malu-malu menunjukkan kecintaan mereka kepada Allah. "Saya menginginkan hal itu. Saya menginginkan hal itu dalam hidup saya," kata dia.
Dia semakin penasaran dengan Islam. Kehausan akan pengetahuan tentang Islam meningkat sepuluh kali lipat. "Saya membaca dan menonton semua yang saya bisa," papar dia.
Tammy menginginkan kehidupannya lebih teratur...
Tammy menginginkan kehidupannya lebih teratur. Dia merasa merasa ingin memiliki struktur dalam hidup. Sholat lima waktu dalam pandangannya, memberikan semua itu.
"Saya membutuhkan aturan. Aturan seperti tidak boleh minum alkohol dan tidak boleh berhubungan dengan laki-laki sebelum menikah," kata dia.
Dia menyadari, alkohol selalu ada dalam hidupnya dan tidak pernah memberikan sesuatu yang baik bagi dia. Dan berhubungan dengan laki-laki sebelum menikah tidak pernah membawa kebahagiaan baginya, justru membuat dirinya kesepian dan merasa tidak cukup baik.
Setelah satu pekan berada di Mesir, Tammy akhirnya memutuskan Bersyahadat. Saya harus menjadi seorang Muslim," ujar dia.
Setelah memeluk risalah Allah SWT ini, Tammy mengaku ada dua pelajaran yang paling berharga menuju Islam adalah bahwa bahkan di tempat yang paling gelap sekalipun, saat-saat paling kelam yang dia pikir tidak akan bisa keluar darinya, Allah tidak pernah meninggalkannya
"Saya yang sekarang, saya tidak akan pernah menduga lima tahun yang lalu bahwa saya akan berada di sini. Lima tahun yang lalu, saya pikir saya tahu segalanya. Aku sangat salah," kata dia.
"Berpeganglah pada harapan, berpeganglah pada Allah, karena sungguh Dia luar biasa, dan Dia akan menarik Anda keluar dari sana," ujar dia menambahkan.
Pelajaran lain yang dia petik adalah memberikan kebaikan, bahkan kepada orang yang jahat kepada Anda. Berbuat baiklah karena hal itu akan mengubah hati.
"Jika seseorang tidak mengulurkan tangan kepada saya di saat-saat tergelap, entah di mana saya berada. Tapi seseorang melakukan sesuatu yang baik untuk saya dan itu mengubah seluruh cara pandang saya," tutur dia.
"Berbuat baiklah di mana pun Anda bisa. Ketika Anda melihat seseorang mengalami hari yang berat, berikanlah kebaikan. Kebaikan yang Anda berikan dapat mengubah hidup seseorang," kata dia menambahkan.
Sumber: aboutislam