Trump Ditembak, Ini Kisah Bung Karno Lolos Tujuh Kali Upaya Pembunuhan

Bung Karno berkali-kali lolos dari upaya pembunuhan yang menyasar dirinya.

Arsip Nasional
Presiden Sukarno menerima bendera pusaka.
Red: Hasanul Rizqa

REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA -- Sukarno merupakan seorang proklamator Republik Indonesia dan sekaligus presiden pertama negara ini. Sejarah mencatat, pasca-Indonesia merdeka, sosok yang berjulukan "Putra Sang Fajar" ini menjadi kepala negara selama kurun waktu 17 tahun. Ia melalui pelbagai sistem pemerintahan, mulai dari presidensial, parlementer, hingga Demokrasi Terpimpin.

Baca Juga


Masa kepemimpinan Bung Karno pun diwarnai pelbagai riak, termasuk upaya-upaya untuk mengakhiri nyawanya. Setidaknya, tokoh kelahiran Peneleh, Surabaya, ini lolos dari tujuh kali operasi pembunuhan yang menarget dirinya. Beberapa pihak ada di balik itu, termasuk badan intelejen Amerika Serikat (AS), yakni CIA.

Kejadian di Cikini

Pada 30 November 1957, presiden Sukarno sedang menghadiri acara peringatan hari lahir Sekolah Perguruan Cikini (Percik), Jakarta. Di sekolah itu, kedua anaknya yakni Guntur Soekarnoputra dan Megawati Soekarnoputri menempuh pendidikan.

Saat Bung Karno dan rombongan akan meninggalkan kompleks Percik Jakarta, tiba-tiba ledakan keras terdengar. Belakangan diketahui, tiga buah granat sengaja dilemparkan ke arah RI-1 itu. Untungnya, sang kepala negara lolos dari upaya pembunuhan yang dilakukan pelempar granat-granat ini. Para pengawal presiden dengan sigap melakukan tugas.

Tercatat, sembilan orang tewas dan ratusan lainnya mengalami luka-luka akibat peristiwa tersebut. Aparat berhasil menangkap tiga orang pelaku pelemparan granat. Mereka diketahui merupakan para pendukung Darul Islam/Tentara Islam Indonesia (DI/TII).

Kasus Daniel Maukar

Daniel Alexander Maukar (20 April 1932 – 16 April 2007) adalah seorang pilot Angkatan Udara Republik Indonesia (AURI). Namanya melejit sejak dirinya--masih berpangkat letnan--mengemudikan pesawat Mig-17 di atas Istana Presiden, Jakarta, pada siang hari tanggal 9 Maret 1960. Tidak hanya itu, prajurit ini bahkan nekat menembaki gedung penting tersebut dengan kanon 23 mm.

Akibatnya, kerusakan terjadi pada beberapa bagian Istana Presiden. Bahkan, pecahan puing juga menyambar hingga dekat ruang kerja presiden Sukarno. Untungnya, Bung Karno saat peristiwa itu terjadi sedang memimpin rapat di gedung sebelah Istana.

Daniel Maukar sempat pula berupaya menembaki kilang minyak di Tanjung Priok, Jakarta, walau meleset. Kemudian, ia hendak mendarat di suatu daerah di Garut, Jawa Barat, yang saat itu masih dikuasai para pemberontak DI/TII.

Namun, bahan bakar pesawat yang dikemudikannya keburu habis. Ia pun mendarat darurat di Leles. Tak butuh waktu lama, Daniel Maukar pun ditangkap.

Motifnya melakukan aksi nekat itu simpang siur. Konon karena dirinya letnan AU ini telah dipengaruhi Permesta, gerakan militer yang anti-Sukarno. Sempat dijatuhi vonis hukuman mati, Daniel Maukar mendapatkan grasi dari Bung Karno pada 1964. Pada Maret 1968, ia bebas saat era pemerintahan presiden Soeharto.

Peristiwa Jembatan Rajamandala

Pemimpin Uni Soviet Nikita Kruschev mengadakan kunjungan kenegaraan ke Indonesia pada bulan April 1960. Dalam lawatannya ke Bandung, Yogyakarta, dan Denpasar, Kruschev didampingi presiden Sukarno.

Saat berada di Cianjur, rombongan VVIP ini melintas di Jembatan Rajamandala. Tiba-tiba, sekelompok anggota DI/TII mengadang. Beruntung, pasukan pengawal presiden atau Tjakrabirawa sigap bertindak. Baik Kruschev maupun Bung Karno pun selamat.

Lemparan Granat di Makassar

Pada 7 Januari 1962, presiden Sukarno dan rombongan menuju Gedung Olahraga (GOR) Mattoangin di Makassar, Sulawesi Selatan. Di sana, rencananya Bung Karno hendak menyampaikan pidato.

Saat melewati Jalan Cendrawasih, iring-iringan rombongan kepala negara dikejutkan oleh aksi seseorang yang melemparkan granat. Untungnya, lemparan itu meleset sehingga tidak mengenai mobil yang ditumpangi Sukarno.

Belakangan, aparat menangkap sejumlah pelaku yang terlibat. Ada dari unsur-unsur sipil dan militer. Di antaranya adalah Ida Bagus Suja Tenaja dan Jan Pieter Korompis, seorang Pembantu Letnan Dua (Pelda) di jawatan kesehatan Angkatan Darat KODAM XIV Hasanuddin. Nama lainnya ada Marcus Octavianus Latupeirissa, seorang Sersan Mayor (Serma) TNI.

Para pelaku, belakangan dijatuhi hukuman mati oleh Mahkamah Angkatan Darat Dalam Keadaan Perang (Mahadper) untuk Indonesia bagian Timur. Menurut Mangil Martowidjojo dalam Kesaksian Tentang Bung Karno, 1945-1967, mereka terkait dengan Resimen Pertempuran Koordinator Angkatan Darat Revolusioner (RPKADREV) yang meneruskan paham anti-komunis dari Republik Persatuan Indonesia (RPI).

Keakraban Presiden pertama RI, Sukarno dan Perdana Menteri Uni Soviet, Nikita Kruschev - (IST)

Geger di shalat Idul Adha

Pada 14 Mei 1962, presiden Sukarno mengikuti shalat Idul Adha di halaman kompleks Istana Kepresidenan, Jakarta. Tiba-tiba, seorang jamaah atas nama H Moh Bachrum menembak Bung Karno dari belakang. Saat itu, sang RI-1 sedang berada di saf terdepan.

Mungkin karena grogi, serangan yang dilakukan kiai pesantren asal Bogor, Jawa Barat, itu meleset. Namun, peluru mengenai ketua DPR KH Zainul Arifin, yang juga imam shalat Idul Adha tersebut.

Moh Bachrum dengan cepat ditangkap aparat. Ia lalu dijatuhi hukuman mati. Namun, Bung Karno lalu memberikan pengampunan jelang eksekusi atas diri si pelaku.

Penembakan mortir

Peristiwa ini terjadi ketika presiden Sukarno melakukan kunjungan kerja di Sulawesi Selatan. Rombongan RI-1 hendak meninggalkan Bandara Mandai, tetapi kekacauan terjadi. Sebab, terdengar letusan peluru mortir yang ditembakkan ke arah iring-iringan kendaraan rombongan Bung Karno.

Beruntung, tembakan itu meleset dari mobil yang ditumpangi presiden Sukarno. Bung Karno pun selamat. Belakangan terungkap, para pelaku adalah pengikuti DI/TII di bawah pimpinan Kahar Muzakkar.

Peristiwa Cimanggis

Pada Desember 1964, presiden Sukarno dan rombongan hendak menuju Jakarta dari Bogor. Saat melintasi Cimanggis, Jawa Barat, iring-iringan kendaraan melaju pelan.

Tiba-tiba, seorang pria melemparkan sebuah granat ke arah rombongan Bung Karno. Beruntung, jarak pelemparannya sudah di luar jarak kendaraan yang ditumpangi RI-1.

BACA JUGA: Ikuti Serial Sejarah dan Peradaban Islam di Islam Digest , Klik di Sini
Berita Terpopuler