Lamine Yamal, Pemain Muslim Spanyol yang Jadi Kebanggaan Rocafonda Jelang Final Euro 2024

Rocafonda adalah lingkungan imigran di dekat Barcelona tempat Yamal dibesarkan.

AP Photo/Matthias Schrader
Gelandang Spanyol Lamine Yamal merayakan golnya ke gawang Prancis pada semifinal Euro 2024. Yamal mencetak rekor pencetak gol termuda dalam sejarah Piala Eropa.
Red: Israr Itah

REPUBLIKA.CO.ID, MATARO -- Tak banyak perhatian terhadap Rocafonda, lingkungan yang ditinggali ribuan imigran yang hijrah ke Spanyol, khususnya Katalunya. Menjadi bagian dari Kota Mataro, kota pesisir pantai berjarak 30 kilometer di timur laut Barcelona, Rocafonda dianggap sebagai kawasan kelas pekerja yang miskin.

Baca Juga


Namun Rocafona kemudian jadi perhatian sepanjang Euro 2024 berlangsung. Penyebabnya tak lain dan tak bukan adalah Lamine Yamal, penduduk asli Rocafonda yang menjadi bintang bersama timnas Spanyol. Remaja Muslim berusia 16 tahun ini akan berlaga pada partai final melawan Inggris di Berlin, Senin (15/7/2024) dini hari WIB untuk memperebutkan gelar juara.

Di tempat Yamal dibesarkan itu, ada dua lapangan sepak bola yang dipisahkan oleh pagar rantai. Di sebelah lapangan hijau klub sepak bola setempat, ada lapangan beton.

Dulu, Yamal sering bermain dengan teman-temannya di lapangan beton itu, di mana anak laki-laki dan perempuan sekarang datang setiap hari untuk bermain sepak bola. Bola terbang melewati bingkai gawang tanpa jaring dan menghantam dinding yang bertuliskan nama lingkungan itu dengan huruf-huruf besar bergaya grafiti: Rocafonda.

Namun, masa-masa Yamal bermain bola di sini sudah berlalu seiring dengan perkembangannya menjadi bintang baru sepak bola dunia. Kini, alih-alih menontonnya duduk di pinggir lapangan beton, para tetangganya akan berkumpul di sekitar televisi, ponsel pintar, atau layar besar yang dipasang di taman Rocafonda pada final dini hari nanti. Mereka tentu berharap Yamal membawa Spanyol meraih kemenangan atas Inggris di final Euro 2024.

Lapangan beton tempat Yamal dulu sering bermain saat masih kecil di Rocafonda, Mataro, Spanyol. - (AP Photo/Joan Monfort)

"Dia tidak bisa lagi berjalan-jalan di jalan," kata Juan Carlos Serrano, pemilik restoran kecil di mana ayah Yamal sering membawanya untuk sarapan sebelum menempuh perjalanan 90 menit ke selatan untuk berlatih dengan Barcelona, klub yang ia ikuti pada usia 7 tahun.

"Orang-orang mengerumuninya, dan dia baru berusia 16 tahun. Dia hanya seorang anak kecil," kata Serrano. "Orang-orang baru saja menemukannya, tetapi kami sudah tahu jauh sebelumnya bahwa ia akan menonjol."

Semangat yang ditimbulkan oleh Yamal merasuki sang ayah, Mounir Nasraoui, yang menemui Serrano sebelum pergi ke Jerman untuk merayakan ulang tahun ke-17 putranya pada Sabtu.

"Saya bangga dan bahagia," kata Nasraoui kepada Associated Press sambil duduk di sebuah meja di bawah jersey berbingkai yang menggambarkan debut Yamal bersama tim cadangan Barcelona, menjadikannya pemain termuda yang melakukan itu pada usia 15 tahun.

Yamal dengan cepat melampaui pencapaian tersebut dengan debutnya yang terlalu dini dan mencetak gol untuk tim senior Barcelona dan Spanyol.

"Saya selalu berpikir bahwa ia akan melangkah sejauh ini, tetapi saya menyimpan hal itu dalam hati," ujar Nasraoui. "Setiap ayah berpikir bahwa anaknya akan menjadi yang terbaik. Apakah itu akan terbukti benar, itu tergantung pada takdir kita masing-masing."

Mengenai laga final ini, sang ayah berkata,"Kami pasti akan menang."

Halaman selanjutnya, arti selebrasi 304 Yamal...

Tiga-nol-empat

Yamal mengangkat tiga jari dan membuat lingkaran dengan jari telunjuk dan ibu jarinya, sambil mengulurkan empat jari di tangan lainnya. Dengan menyilangkan kedua tangan di atas dada, ia mengumbar senyum untuk memberikan sentuhan akhir pada selebrasi golnya yang khas.

Meskipun tidak dapat dimengerti oleh jutaan penonton, tanda tangan unik yang dilakukan Yamal setelah mencetak gol pertamanya untuk klub dan negara mewakili tiga digit terakhir dari kode pos Rocafonda: 304.

Rocafonda adalah rumah bagi 10 ribu dari 130 ribu penduduk yang tinggal di Mataro, sebuah kota pesisir di sebelah utara Barcelona. Dari jalan-jalan di daerah perbukitan, garis biru Laut Mediterania terlihat di kejauhan.

Keragaman Rocafonda, dan lingkungan yang mirip dengan kota-kota lain di seluruh Spanyol, tercermin di jalanan. Para imigran mengelola beberapa toko lokal. Anak-anak dari berbagai latar belakang bermain sepak bola, sementara para pria berbusana Muslim berlalu lalang menuju masjid terdekat. Keluarga besar Yamal kemungkinan salah satu di antaranya karena mereka beragama Islam.

Anak dari seorang ayah Maroko dan ibu dari Guinea Khatulistiwa, bekas jajahan Spanyol di sub-Sahara Afrika, Yamal membantu merepresentasikan Spanyol yang baru dan multikultural. Negara ini sedang mengalami pergeseran demografis di mana orang-orang berimigrasi sementara angka kelahiran di Spanyol anjlok.

"Gestur (304) telah menjadi populer di seluruh kota, tidak hanya di lingkungan Rocafonda," kata anggota dewan Rocafonda, Jose Antonio Ricis. "Orang-orang dari berbagai kode pos sama senangnya karena dia mengingat kota, lingkungan, dan orang-orangnya dari tempat asalnya."

Lamine Yamal merayakan gol bersama Barcelona dengan gestur tangan kode pos Rocafonda. - (AP Photo/Alvaro Barrientos)

Diurapi oleh Messi

Setelah ditemukan oleh pencari bakat, Yamal masuk ke akademi pelatihan La Masia yang terkenal di Barcelona, di mana ia akan mengikuti jejak idolanya, Lionel Messi. Kedua pemain ini telah dihubungkan oleh takdir berkat pemotretan untuk sebuah kalender amal yang menampilkan Messi yang berambut gondrong sedang memandikan bayi Yamal di sebuah bak plastik kecil.

Foto tahun 2007 tersebut baru-baru ini muncul kembali setelah ayah Yamal mengunggahnya secara online. Foto ini menyebabkan kehebohan besar baik di media profesional maupun media sosial dengan banyak penggemar yang melihat pertemuan kebetulan itu sebagai semacam pengurapan Messi terhadap pewarisnya.

"Ini adalah kebetulan yang terjadi dalam hidup, dan kemudian, ternyata anak ini pandai bermain sepak bola," Nasraoui menyebutnya sebagai sebuah takdir. "Itu adalah berkah dari Tuhan."

Yamal tinggal di asrama pemain muda Barcelona pada usia 13 tahun. Ia dengan cepat naik kelas melampaui jenjang usia tim karena piawai menghadapi lawan yang terkadang berusia tiga tahun lebih tua darinya.

Gerakan-gerakan licin dan gemulai, detail-detail dribbling, umpan-umpan silang yang akurat, yang digunakan Yamal untuk memukau para rival di Jerman, sudah terlihat sejak dulu.

Halaman selanjutnya, tim masa kecil Yamal...

Air mata pelatih

Kebangkitan pesat Yamal sebenarnya telah berlangsung sejak ia cukup umur untuk menendang bola. Ia menghabiskan tahun-tahun awalnya di antara Mataro dan kota lain yang berjarak kurang dari setengah jam, tempat ibunya tinggal saat ia masih balita.

Inocente Diez membantu menjalankan program sepak bola di klub pertama Yamal, La Torreta FC, di dekat tempat tinggal ibunya. Ibunya akan membawanya berlatih, dan saat ia tidak bisa, ayahnya yang akan melakukannya. Diez mengatakan, ia juga kadang-kadang akan menjemputnya karena anak itu tidak pernah ingin melewatkan latihan.

Sekarang perkemahan musim panas yang dijalankan oleh La Torreta diberi nama "Kampus Lamine Yamal." Foto Yamal ada di poster perkemahan, dan satu keluarga berhenti untuk mengambil foto lapangan dengan kaus timnas Spanyol milik Yamal.

Diez mengatakan bahwa dalam 50 tahun berkecimpung di dunia sepak bola, ia belum pernah melihat bakat seperti Yamal. Anak muda itu bermain dengan anak-anak yang berusia dua atau tiga tahun lebih tua dan menjadi pemimpin tim yang memenangkan gelar liga mereka.

“Banyak anak yang pada suatu saat dapat mencetak gol hebat atau melakukan sesuatu yang istimewa, tetapi dia melakukannya di setiap pertandingan,” kata Diez. “Dia anak yang sangat pendiam, sangat hormat, formal, dan berkomitmen untuk bermain dengan bola."

“Pada usia itu, wajar bagi anak-anak untuk terkadang ingin meninggalkan lapangan, lalu ingin melihat ibu mereka, mereka terkadang menangis. Dia tak seperti itu. Dia hanya ingin bermain dan bermain.”

Yamal sudah menjadi salah satu pemain luar biasa di Euro 2024 sebelum mengalahkan Kylian Mbappe, yang akan segera menjadi saingannya di Real Madrid musim depan. Yamal mencetak tendangan melengkung yang indah dari luar kotak penalti untuk membantu Spanyol mengalahkan Prancis 2-1 di semifinal.

Ahh. Saya menangis,” kata Diez tentang gol Yamal itu. “Itu sangat emosional. Karena dia berasal dari sini.”


BACA JUGA: Ikuti News Analysis News Analysis Isu-Isu Terkini Perspektif Republika.co.id, Klik di Sini
Berita Terpopuler