Pembantaian Terus Berlangsung, Hamas Disebut Tarik Diri dari Perundingan Gencatan Senjata
Genosida Israel di Gaza telah menelan lebih dari 38 ribu korban jiwa.
REPUBLIKA.CO.ID,GAZA – Kelompok Hamas disebut telah menarik diri dari pembicaraan mengenai gencatan senjata dengan Israel. Hal itu dipicu karena masih berlanjutnya pembantaian yang dilakukan Israel terhadap warga Palestina di Jalur Gaza.
Menurut seorang pejabat senior Hamas, Kepala Biro Politik Hamas Ismail Haniyeh telah menyampaikan kepada Mesir dan Qatar selaku mediator bahwa pembicaraan dengan Israel tentang kerangka gencatan senjata hasil rumusan Amerika Serikat (AS) dihentikan.
“Hamas telah menunjukkan fleksibilitas yang besar untuk mencapai kesepakatan dan mengakhiri agresi serta siap melanjutkan negosiasi ketika pemerintah pendudukan (Israel) menunjukkan keseriusan dalam mencapai kesepakatan gencatan senjata dan kesepakatan pertukaran tahanan,” kata pejabat Hamas tersebut, Ahad (14/7/2024), dikutip laman Al Arabiya.
Dalam sebuah pernyataan pada Sabtu (13/7/2024) malam, Ismail Haniyeh mengatakan, dia telah menelepon para mediator dan negara-negara lain untuk meminta mereka mendesak Israel menghentikan serangan-serangannya ke Gaza. Pernyataan itu dirilis setelah Israel meluncurkan serangan udara ke area Al Mawasi di Khan Younis yang menyebabkan setidaknya 90 orang terbunuh dan 300 lainnya luka-luka.
Agresi Israel ke Gaza yang dimulai sejak 7 Oktober 2023 telah menelan lebih dari 38.400 korban jiwa. Sementara korban luka melampaui 80 ribu orang. Jurnal terkemuka dunia, Lancet, bahkan memprediksi jumlah korban di Gaza bisa melampaui angka 186 ribu jiwa.
Pada 10 Juni 2024 lalu, Dewan Keamanan PBB telah berhasil mengadopsi resolusi gencatan senjata untuk Gaza yang disusun AS. Rancangan resolusi disahkan setelah memperoleh dukungan 14 negara anggota. Sementara satu negara anggota lainnya, yakni Rusia, memilih abstain.
Tiga fase gencatan senjata..
Terdapat tiga fase dalam proposal gencatan senjata yang disusun AS. Fase pertama mencakup gencatan senjata segera, penuh, dan menyeluruh. Hal itu diikuti dengan pembebasan sandera, termasuk perempuan, lansia, dan yang terluka oleh kelompok perlawanan Palestina di Gaza.
Pasukan Israel juga diserukan untuk menarik diri dari daerah berpenduduk di Gaza. Dengan demikian warga Palestina dapat pulang ke rumah dan lingkungan mereka, termasuk di wilayah utara. Proses pengiriman bantuan kemanusiaan juga dilakukan dalam fase pertama.
Sementara itu fase kedua akan mengakhiri permusuhan secara permanen. Imbalannya, kelompok perlawanan Palestina di Gaza harus membebaskan seluruh warga Israel yang masih disandera. Pada fase ini, pasukan Israel juga harus angkat kaki sepenuhnya dari Gaza.
Kemudian fase terakhir adalah dilakukannya rekonstruksi besar-besaran di Gaza. Konflik yang dimulai sejak Oktober tahun lalu diketahui telah menyebabkan berbagai infrastruktur di Gaza porak poranda. Meski resolusi gencatan senjata sudah diadopsi, saat ini Israel masih terus menggempur Gaza.