Mirip Indonesia, Warga Maroko Marah Ada Profesional dan Influencer Berkunjung ke Israel

Belasan pemuda Maroko mengunjungi Maroko dengan alasan perdamaian.

EPA-EFE/Jalal Morchidi
Warga Maroko menggelar aksi damai mendukung rakyat Palestina dan mengutuk serangan agresi Israel di Rabat, Maroko, Ahad (16/5) waktu setempat.
Red: Teguh Firmansyah

REPUBLIKA.CO.ID, RABAT -- Tidak hanya di Indonesia, keputusan sekelompok profesional muda Maroko dan influencer untuk mengunjungi Israel telah memicu kemarahan di negara Afrika Utara. Kemarahan ditujukan kepada pihak berwenang Maroko, termasuk raja, karena tidak memanggil kembali kelompok tersebut sebagai protes atas perang di Gaza.

Baca Juga


Akhir pekan lalu, belasan pemuda Maroko mengunjungi Israel dalam upaya nyata untuk menumbuhkan perdamaian. Mereka berbicara dengan diplomat Israel dan mantan diplomat, termasuk Ketua Knesset Amir Ohana.

Profesional muda itu juga mengunjungi situs bersejarah di Yerusalem dan Tepi Barat yang diduduki dan mengunjungi daerah-daerah di Israel selatan yang terkena dampak serangan 7 Oktober.

Kunjungan tersebut hanya mendapat sedikit perhatian dari warga Israel dan Palestina, namun menimbulkan kemarahan di Maroko. Di Maroko, sentimen anti-Israel terus meningkat akibat serangan berdarah Israel selama sembilan bulan di Gaza.

Beberapa warga Maroko, termasuk sumber yang memiliki kontak dekat dengan Raja Mohammed VI, mengatakan kepada Middle East Eye bahwa mereka marah dengan kunjungan delegasi yang dilakukan di tengah upaya gencatan senjata untuk mengakhiri pertempuran.  

“Kunjungan tersebut seharusnya dibatalkan, dan media Israel seharusnya tidak mengiklankannya sekeras yang mereka lakukan,” kata sumber politik tersebut kepada MEE yang tidak mau disebutkan namanya karena dia tidak berwenang untuk berbicara kepada media.

“Peristiwa tersebut [terjadi] pada saat seruan untuk melakukan gencatan senjata semakin meningkat, baik secara regional maupun internasional. Tindakan ini tidak akan membantu citra Maroko baik di dalam negeri, maupun secara regional,” tambah sumber tersebut.

Beberapa video dari perjalanan delegasi tersebut menjadi viral di media sosial, memicu kemarahan di antara semakin banyak warga Maroko yang menyerukan pembalikan proses normalisasi.

Salah satu video menunjukkan delegasi bernyanyi dan menari bersama warga Israel di sebuah hotel, sementara video lainnya menunjukkan kelompok tersebut mengunjungi pasar makanan di Yerusalem, di mana mereka terlihat mempromosikan masyarakat Israel atas kehangatan dan toleransinya.

 

Media-media Israel mengeklaim bahwa pesta tersebut berlangsung spontan dan 'tidak direncanakan'. Namun seorang akademisi yang tinggal di Maroko, yang tidak mau disebutkan namanya karena sensitifitas seputar topik tersebut, mengatakan bahwa video-video tersebut jelas merupakan upaya kelompok-kelompok yang didukung pemerintah Israel untuk membentuk narasi hubungan kedua negara di tengah solidaritas global untuk perjuangan Palestina.

“Perjalanan ini tidak akan menguntungkan kerajaan karena jumlah korban tewas terus meningkat di Gaza,” kata akademisi, yang pernah menjadi penasihat istana kerajaan, kepada MEE.

Dalam beberapa bulan terakhir, puluhan ribu pengunjuk rasa dari berbagai spektrum politik turun ke jalan di Maroko untuk mengecam Israel dan menyatakan dukungan terhadap kelompok Palestina, termasuk Hamas.

Para pengunjuk rasa mengkritik sekutu Israel, termasuk Amerika Serikat, dan meneriakkan tuntutan agar pemerintah membatalkan normalisasi dan mengusir diplomat Israel.

Maroko adalah salah satu dari empat negara Arab yang menjalin hubungan dengan Israel pada tahun 2020, sebagai bagian dari apa yang disebut Perjanjian Abraham, sebuah perjanjian yang membawa modal politik Rabat ke Washington. 

Sebelumnya, kedatangan sejumlah tokoh muda Nahdliyin ke Israel juga menuai kecaman dari banyak warga Indonesia. Kunjungan tersebut dinilai tidak sensitif di tengah serangan Israel terhadap Gaza.

 

BACA JUGA: Update Berita-Berita Politik Perspektif Republika.co.id, Klik di Sini
Berita Terpopuler