AJC Pro-Israel Tembus Dunia Akademik, NU dan Muhammadiyah Diminta Hati-hati

Imam Shamsi Ali juga klarifikasi nama dirinya yang masih dikutip AJC.

dok AJC
Tangkapan layar laman AJC.
Red: Hasanul Rizqa

REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA -- Lima orang Nahdliyin mengunjungi Israel dan sowan kepada presiden entitas zionis tersebut, Isaac Herzog, baru-baru ini. Sontak saja, pertemuan itu menuai sorotan dari publik Indonesia, baik dalam maupun luar negeri.

Baca Juga


Pendakwah asal Indonesia yang bergiat di Amerika Serikat (AS), Imam Shamsi Ali mengingatkan organisasi-organisasi masyarakat (ormas) Islam di Tanah Air. Pasalnya, menurut dia, kini lembaga global yang pro-zionisme terus menggencarkan penetrasi.

"Saat ini, AJC menembus banyak ke jantung dunia akademik, termasuk universitas Islam negeri (UIN) dan institusi-institusi Islam. Kalau tidak paham dan kurang strategi, kita bisa dipakai sebagai stempel untuk tujuan mereka," kata Imam Shamsi Ali dalam keterangan tertulis yang telah dikonfirmasi oleh Republika, Rabu (17/7/2024).

Dilansir dari laman resminya, American Jewish Committee atau AJC merupakan sebuah lembaga global yang "mendukung hak Israel untuk eksis dalam perdamaian dan keamanan." AJC, uniknya, didirikan jauh sebelum entitas zionis itu ada, yakni pada 11 November 1906.

Mengutip New York Times, AJC adalah "puncak organisasi-organisasi Yahudi yang ada di Amerika." Basisnya bertebaran bukan hanya di Negeri Paman Sam, melainkan juga antara lain Uni Emirat Arab dan Jerman.

Menanggapi tragedi kemanusiaan di Jalur Gaza yang berlangsung sejak Oktober 2023 hingga kini, AJC secara implisit menampik peristiwa itu sebagai sebuah genosida. Organisasi ini justru menuding Hamas sebagai pelaku "pembantaian terburuk yang menimpa kaum Yahudi sejak Holocaust."

Imam Shamsi Ali menyoroti penetrasi AJC di Indonesia. Lebih lanjut, dai kelahiran Sulawesi Selatan itu meminta Nahdlatul Ulama (NU) dan Muhammadiyah--sebagai dua ormas Islam terbesar di Tanah Air--untuk waspada.

Imam Shamsi Ali - (Republika/Mahmud Muhyidin)

Klarifikasi

Dilansir dari laman resminya, AJC juga pernah mengundang Imam Shamsi Ali. Bahkan, dai asal Indonesia ini juga pernah diminta menjadi anggota Majelis Muslim-Yahudi, yang dibentuk lembaga pro-zionis tersebut.

"Tapi, setelah duduk beberapa bulan, khususnya ketika Gaza diserang besar-besaran tahun 2008 (era presiden Obama), saya tinggalkan (majelis itu). Masalahnya, saya dianggap kurang moderat karena kritis kepada Israel dalam pertemuan-pertemuan mereka (AJC)," ungkap Direktur Jamaica Muslim Center di New York City itu.

"AJC inilah yang dulu mengundang KH Yahya Staquf bertemu Benjamin Netanyahu. Bahkan, jauh sebelumnya juga Gus Dur ke Israel, diberi penghargaan. Intinya, mereka sekarang ini all-out mengambil hati orang Islam agar menerima Israel. Cover-nya, dialog antar-agama," sambung dia.

Imam Shamsi menuturkan, sekitar bulan Desember 2023, Imam Besar Masjid Istiqlal KH Nasaruddin Umar diundang AJC selama sebulanan di AS. Menurutnya, walaupun mengampanyekan program-program dari RI, termasuk beasiswa S2 dan S3 bagi program Istiqlal, Kiai Nasaruddin "dipergunakan" dalam beberapa acara AJC untuk "menetralkan" wajah penjajahan Israel atas Palestina.

"Saya bisa menulis banyak. Karena kalau bicara Yahudi ini, saya bukan 'qiila wa qaala' (katanya, katanya --Red), tetapi saya tahu dari first-hand, bergaul dengan mereka. Saya kalau dialog antar-agama, tidak akan tanggung-tanggung. Namun, kalau sudah sampai ke kejujuran dan kemanusiaan, saya punya sikap," tutup dia.

BACA JUGA: Ikuti Serial Sejarah dan Peradaban Islam di Islam Digest , Klik di Sini
Berita Terpopuler