Eks Anggota Komunitas Muslim-Yahudi AS Ungkap Dalang Kunjungan 5 Aktivis NU ke Israel

Shamsi Ali pernah diminta untuk bergabung dengan MJA-AJC

Republika/Mahmud Muhyidin
Presiden Nusantara Foundation Imam Shamsi Ali.
Red: A.Syalaby Ichsan

REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA -- Polemik seputar kunjungan lima aktivis Nahdlatul Ulama bertemu Presiden Israel Isaac Herzog ikut direspons Presiden Nusantara Foundation, Shamsi Ali. Sosok yang pernah menjadi imam Masjid di New York, Amerika Serikat, tersebut mengungkapkan, pertemuan tersebut diatur oleh American Jewish Committee. 

Baca Juga


"Menurut informasi yang kita terima pertemuan itu diatur oleh sebuah organisasi Yahudi internasional bernama AJC (American Jewish Committee),"ujar Shamsi Ali lewat keterangan tertulis kepada Republika, Rabu (17/6/2024).

Dia menjelaskan, AJC atau American Jewish Committee adalah satu dari sekian banyak organisasi Yahudi yang paling aktif mempromosikan kegiatan-kegiatan demi mendekatkan umat Islam dengan Israel.

"Saya katakan dengan Israel, bukan dengan Yahudi, karena umumnya kegiatan-kegiatan yang mereka lakukan selalu ada kaitannya dengan Israel,"ujar dia.

Sejumlah tokoh muda Nahdliyin bertemu dengan Presiden Israel, Isaac Herzog. - (dok istimewa)

Shamsi Ali mengaku pernah sangat dekat dengan AJC. Ketika Muslim-Jewish Advisory Council didirikan sebagai bagian dari AJC, dirinya mengungkapkan, pernah diminta untuk menjadi anggotanya. Menurut dia, MJA-AJC ini adalah kumpulan high profile Muslim dan Yahudi yang diharapkan duduk bersama membicarakan langkah-langkah untuk menghadapi musuh bersama; Islamophobia dan Anti Semit.

"Mengingat tujuannya yang mulia itu saya kemudian dengan senang bergabung,"kata dia.

Dia mengungkapkan, pertemuan-pertemuan yang diadakan pada umumnya hanya  membicarakan strategi menghadapi anti semitisme. Di sisi lain, pertemuan tersebut sangat minim membicarakan Islamophobia.

Shamsi ali menjelaskan, puncak ketidak setujuannya adalah pada waktu Israel menggempur Palestina (Gaza) dengan korban rakyat sipil yang tidak sedikit, dia pernah meminta agar Muslim-Jewish Advisory Council bersuara. Shamsi Ali menginginkan agar mereka menyerukan penghengtian pembunuhan massal kepada rakyat sipil. "Pernyataan saya malah dianggap tidak toleran dan cenderung anti Semitism,"kata dia.

"Saya dikontak secara pribadi oleh Direktur MJAC-AJC ketika itu agar non aktif sementara. Saya jawab tegas bahwa saya berhabung dengan MJAC bukan karena keinginan saya. Tapi anda yang meminta saya. Karenanya saya bukan hanya non aktif. Saya keluar dari MJAC karena saya anggap tidak sesuai dengan misi yang disampaikan,"tegas dia.

 

Sejak itu, Shamsi Ali mengaku sudah terputus relasi dengan organisasi ini. Belakangan, dia terkejut karena AJC begitu aktif melakukan penetrasi ke umat Islam Indonesia. Salah satunya adalah dengan berusaha mengundang tokoh-tokoh agama nasional untuk berkunjung ke Israel.

"Karenanya saya tidak terkejut sama sekali ketika beberapa tahun lalu KH Yahya Tsaquf diundang ke Israel dan sempat ketemu dengan Benjamin Natanyahu. Apalagi baru-baru ini kunjungan 5 tokoh muda NU itu tidak lepas dari peranan AJC,"kata dia.

AJC bahkan aktif melakukan pendekatan  dan penetrasi ke Institusi-institusi Islam. Dia mengaku pernah dikontak oleh beberapa guru besar UIN, UIM, dan lain-lain. Salah seorang Ketua Umum sebuah organisasi Islam nasional baru-baru ini mengontaknya untuk meminta masukan. "Konon kabarnya diminta untuk ketemu dengan Direktur MJC yang baru,"ujar dia.

"Saya tidak perlu menuliskan secara rinci misi AJC dan beberapa organisasi Yahudi lainnya. Karena saya tahu Israel bagi 99 persen Yahudi adalah misi keyakinan yang menjadi tujuan utama dalam semua perjuangan mereka. Untuk itu saya kita tidak perlu terkejut dan juga tidak perlu khawatir. Bukankah kejahatan memang akan terus hadir hingga akhir zaman?"kata dia.

Gus Yahya...

 

Ketua Umum Pengurus Besar Nahdlatul Ulama (PBNU) KH Yahya Cholil Staquf meminta maaf atas adanya pertemuan lima kader NU yang menemui Presiden Israel Isaac Herzog di tengah genosida Israel di jalur Gaza.

“Sepatutnya saya mohon maaf kepada mayarakat luas seluruhnya bahwa ada beberapa orang dari kalangan Nahdlatul Ulama yang tempo hari pergi ke israel melakukan engagement disana,”ujar kiai yang akrab disapa Gus Yahya tersebut saat konferensi pers di gedung PBNU, Jakarta, Selasa (16/7/2024).

Gus Yahya menegaskan, PBNU memahami jika ada keresahan di masyarakat karena kunjungan tersebut tidak patut mengingat konteks suasana saat ini. Dia pun menjelaskan, PBNU sudah mendapatkan konfirmasi dari lembaga-lembaga terkait NU yang menjadi tempat beberapa orang personel tersebut berorganisasi. 


"Lembaga-lembaga ini yang personelnya berangkat ke Israel sama sekali tidak tahu menahu, tidak ada mandat kelembagaan dan pembicaraan kelembagaan. Apa yang dilakukan adalah tanggung jawab mereka pribadi dan tidak terkait dengan lembaga,"ujar Gus Yahya.

Lebih jauh, Gus Yahya memperinci mereka yang berangkat berasal dari dosen UNUSIA (satu orang), Pagar Nusa (satu orang), PWNU DKI Jakarta (satu orang) dan Fatayat (satu orang).

Di tengah genosida oleh Zionis Israel terhadap warga Gaza Palestina, sejumlah intelektual muda Nahdliyin diam-diam berkunjung ke negara pendudukan Israel.

Dalam foto yang diterima Republika.co.id, para intelektual muda tersebut bertemu dengan Presiden Israel Isaac Herzog. Tidak diketahui persis kapan kunjungan para intelektual muda Nahdliyin tersebut. Informasi yang diperoleh Republika.co.id, mereka berada di Israel selama pekan lalu.

Republika.co.id, pada Ahad (14/7/2024) mencoba menghubungi salah satu peserta rombongan kunjungan tersebut Gus Syukron Makmun. Namun, dia enggan berkomentar lebih jauh tentang kunjungannya ke Israel.

Selain Gus Syukron, tampak dalam foto itu sejumlah tokoh muda lainnya yaitu Dr Zainul Maarif, Munawir Aziz, Nurul Bahrul Ulum, dan Izza Annafisah Dania. 

Diketahui, Indonesia memang tidak memiliki hubungan diplomatik dengan Israel. Kunjungan semacam ini, menurut informasi, dilakukan secara diam-diam melalui perantara yang bisa menghubungkan layatan semacam ini dengan pemerintah Israel langsung.

BACA JUGA: Ikuti News Analysis News Analysis Isu-Isu Terkini Perspektif Republika.co.id, Klik di Sini
Berita Terpopuler