MUI Nonaktifkan Dua Pengurusnya Diduga Terlibat Organisasi Terafiliasi Yahudi, PBNU Kapan?
Langkah penonaktifan dua nama tersebut untuk kepentingan klarifikasi.
REPUBLIKA.CO.ID, PADANG -- Majelis Ulama Indonesia (MUI) menonaktifkan dua nama yang diduga memiliki keterkaitan dengan organisasi tersebut menyusul pertemuan lima kader Nahdlatul Ulama (NU) dengan Presiden Israel Isaac Herzog di Israel.
"Saya sudah menonaktifkan pihak yang diduga memiliki keterkaitan dengan MUI," kata Ketua MUI bidang Fatwa Prof Muhammad Asrorun Ni'am Sholeh di Padang, Rabu (17/6/2024).
Hal tersebut disampaikan Asrorun Ni'am di sela-sela kegiatan Musyawarah Nasional Ke-10 Forum Zakat yang diselenggarakan di Kota Padang, Sumatra Barat. Secara detail, Asrorun Ni'am tidak menjelaskan atau menyampaikan identitas kedua nama tersebut karena saat ini masih dalam tahap penelusuran oleh MUI Pusat.
Ketua Komisi Perlindungan Anak Indonesia (KPAI) periode 2014–2017 itu menegaskan langkah menonaktifkan dua nama yang diduga berkaitan dengan organisasi itu untuk kepentingan klarifikasi setelah pertemuan kader NU dengan Presiden Israel.
Pada kesempatan itu, ia menegaskan dua nama tersebut sama sekali tidak ikut berangkat ke Israel bertemu Presiden Isaac Herzog. Namun, keduanya tergabung dalam sebuah organisasi yang di dalamnya terafiliasi Yahudi. "Pada tahun kemarin dia melakukan kunjungan ke Dubes Israel di Singapura," ujar Asrorun.
Ia tidak menampik MUI bisa saja memberikan sanksi yang jauh lebih besar kepada dua nama itu apabila terbukti melakukan kesalahan fatal. Karena itu, langkah penonaktifan ditujukan untuk menyelidiki lebih jauh terkait pertemuan yang dinilai telah melukai masyarakat Indonesia.
"Nanti akan kita rapatkan lagi dan dia sudah dinonaktifkan. MUI tegas untuk itu," ujarnya.
Terkait pertemuan lima kader NU dengan Presiden Israel, MUI mengutuk keras langkah tersebut karena dinilai sama sekali tidak mempertimbangkan situasi yang sedang terjadi. "MUI mengutuk karena dia tidak sensitif," kata dia. Menurut dia, pihak-pihak yang ikut hadir bertemu dengan Presiden Israel Isaac Herzog sudah memberikan klarifikasi dan menerima sanksi.
Ketua Umum PBNU KH Yahya Cholil Staquf sebelumnya mengatakan, sanksi untuk lima aktivis NU yang berkunjung ke Israel diserahkan ke masing-masing lembaga otonom. Meski dilakukan atas nama pribadi, Gus Yahya meminta maaf atas polemik yang ditimbulkan usai kunjungan tersebut.
Ketua Pimpinan Pusat Fatayat Nahdlatul Ulama (PP Fatayat NU), Margaret Aliyatul Maimunah menegaskan akan memberikan sanksi kepada dua pengurus PP Fatayat NU, Izza Annafisatud Daniyah dan Nurul Bahrul Ulum yang belum lama ini bertemu Presiden Israel, Isaac Herzog. "Iya pastinya (akan diberikan sanksi)," ujar Margaret saat dihubungi Republika, Rabu (17/7/2024).
Dia mengatakan, PP Fatayat NU juga tidak pernah memberikan mandat dan izin kepada dua orang itu untuk menjadi peserta dalam kegiatan tersebut. "Karena yang bersangkutan tidak meminta izin dan memberikan konfirmasi sama sekali mengenai kegiatan tersebut. Hal ini tentu di luar kontrol organisasi Fatayat NU," kata dia.
Meskipun kunjungan dua pengurus Fatayat NU tersebut berkunjung ke Israel atas nama pribadi, tambah dia, PP Fatayat NU akan tetap memberikan sanksi kepada mereka. Karena, agenda mereka memberikan dampak negatif terhadap organisasi NU.
Sementara itu, Universitas Nahdlatul Ulama Indonesia (Unusia) juga buka suara terkait viralnya foto pertemuan lima aktivis NU bersama Presiden Israel, Isaac Herzog. Unusia akan menggelar sidang etik terhadap salah satu dosen Unusia, Zainul Ma'arif yang ikut serta dalam rombongan tersebut.
Kepala Biro Hubungan Masyarakat Unusia, Dwi Putri mengatakan, pertemuan Zainul Maarif dengan Presiden Israel adalah aktivitas individual dan tidak memiliki keterkaitan apapun dengan Unusiasebagai lembaga pendidikan di bawah naungan Perkumpulan Nahdlatul Ulama yang menjalankan Tri Dharma Perguruan Tinggi di Indonesia.
"Unusia akan menggelar sidang etik terhadap saudara Zainul Maarif untuk mempertanggung jawabkan aktivitas yang bersangkutan mengingat kunjungan tersebut berdampak langsung bagi reputasi Unusia dan bertentangan dengan dengan nilai-nilai yang dianut oleh Unusia," ujar Dwi dalam keterangan tertulisnya, Senin (15/7/2024).
Rahim yang kerap disebut..
Salah satu organisasi lintas iman yang ramai diperbincangkan diduga terkait dengan Yahudi yakni Pusat Studi Warisan Ibrahim untuk Perdamaian. Organisasi yang kerap disebut sebagai Rahim tersebut diprotes oleh Ketua Umum Pengurus Besar Nahdlatul Ulama (PBNU), KH Yahya Cholil Staquf atau Gus Yahya. Gus Yahya mendapatkan informasi bahwa ada logo Lembaga Bahtsul Masail (LBM) NU dicantumkan di situs rahim.or.id.
Dalam situs ini, dijelaskan bahwa lembaga tersebut merupakan sebuah koalisi antar-agama yang mendedikasikan waktu studi, penelitian ilmiah dan pendidikan bangsa demi terciptanya kerukunan beragama terutama antara Muslim dan Yahudi.
"Baru saja kami menerima informasi bahwa ada satu lembaga atau organisasi yang bernama Pusat Studi Warisan Ibrahim untuk Perdamaian, yang membuat website rahim.or.id di dalam websitenya ini dia mencantumkan bahwa seolah-olah bagian dari jaringan organisasi ini adalah LBM NU, bahkan mencantumkan logo LBM NU di dalam webistenya," kata Gus Yahya saat konferensi pers di Kantor PBNU, Jakarta Pusat, Selasa (16/7/2024).
Gus Yahya pun sudah melakukan klarifikasi kepada Ketua LBM NU, KH Mahbub Maafi. Setelah ditelusuri, ternyata logo NU tersebut dipasang oleh salah satu Pengurus LBM PWNU DKI Jakarta. Karena itu, Gus Yahya meminta kepada Ketua PWNU DKI Jakarta, KH Samsul Ma'arif untuk melakukan klarifikasi.
"Saya sudah minta kepada Ketua Tanfifiyah DKI saudara Samsul Maarif untuk melakukan klarifikasi ini maksudnya apa gitu, dan kami minta kepada lembaga atau organisasi yang bersangkutan untuk men-takedown ini karena kita tidak menginginkan ada klaim yang tidak diketahui oleh PBNU," jelas Gus Yahya.
Dalam laman Rahim.or.id yang dilihat Republika pada Senin (15/7/2024), Rahim pernah mengutus delegasi untuk ménemui duta besar Israel di Singapura.
Pada salah satu artikel berjudul 'Delegasi Rahim ke Singapura 2023', Rahim dibantu anggota Steering Committee RAHIM (Rumah Ibrahim) untuk Urusan Luar Negeri, Elisheva Stross, mengatur perjalanan bagi enam delegasi RAHIM ke Singapura dari tanggal 12-16 Augustus 2023. Mereka bertemu dengan pihak Kedutaan Israel serta komunitas Yahudi di Singapura.
Tim Delegasi RAHIM ke Singapura dipimpin oleh Leo Agustinus Yuwono dan terdiri dari 5 anggota RAHIM: K.H. Mukti Ali Qusyairi, K.H. Zainul Maarif, K.H. Asnawi Ridwan, K.H. Roland Gunawan, dan Yohannes Elias.
Klarifikasi Rahim..
Pihak Rumah Ibrahim (Rahim), menegaskan bahwa kunjungan lima orang Nahdliyin ke Israel itu tidak ada kaitannya sama sekali dengan Rahim. Sebelumnya, diketahui bahwa sejumlah intelektual muda Nahdliyin diam-diam berkunjung ke Israel yang sedang menjajah dan melakukan genosida terhadap Palestina.
"Anehnya netizen mengaitkan dengan Rahim, ini sama sekali tidak ada dan tidak benar," ujar Rahim dalam keterangan resminya kepada Republika, Selasa (16/7/2024)
Pihak Rahim menegaskan bahwa Rahim, The Ibrahim Heritage Study Center For Peace dengan ini menyampaikan pernyataan resmi terkait kunjungan lima orang muda Indonesia ke Israel. Termasuk pertemuan Zainul Maarif dengan Presiden Israel Isaac Herzog.
"Rahim tidak terlibat dan tidak pernah memberikan rekomendasi dalam kegiatan lima orang Indonesia yang berkunjung ke Israel bertemu dengan Isaac Herzog, Presiden Israel," ujar Rahim.