Ternyata Banyak Honorer 'Disingkirkan' Secara Halus, 466 Guru Terdampak, Begini Modusnya
Sebanyak 107 guru honorer di DKI Jakarta yang dipecat oleh pihak sekolah.
REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA -- Perhimpunan Pendidikan dan Guru (P2G) mendata, ternyata ada 466 guru honorer yang tidak punya jam mengajar. Tindakan ini diduga sebagai upaya memecat mereka secara halus.
Kepala Bidang Advokasi Guru P2G Iman Zanatul Haeri menyebut laporan itu paling banyak diadukan guru honorer di Jawa Barat. Para guru honorer tak diberi jam mengajar dengan dalih dialihkan ke guru PPPK yang baru masuk.
"Pada bulan Mei sampai Juli ini kami terus berkomunikasi, kami terus mendata dan akhirnya berhasil kami kumpulkan ada sekitar 466 kasus guru honorer di sekolah yang jamnya tergeser sehingga dia non, tidak punya jam mengajar," kata Iman, Kamis (18/7/2024).
Padahal jam mengajar ibarat nyawa bagi guru honorer. Penghilangan jam mengajar secara paksa ini menimbulkan keresahan bagi guru honorer. "Bagi guru honorer jam mengajar itu adalah nyawa mereka, karena tidak ada alasan mereka di sekolah jika tidak ada jam mengajar," ucap Iman.
Iman menegaskan, profesi guru sebenarnya dilindungi oleh regulasi. Tapi kenyataannya para guru honorer saat ini nasibnya tak menentu. Bahkan mereka ada yang dipecat tanpa diberikan pesangon.
"Guru itu dilindungi sebagai profesi. Dengan kondisi guru honorer sekarang itu miris karena dipecat di hari yang sama dengan isi formulir. Banyak yang tanya apa dapat pesangon? Boro-boro," ujar Iman.
Tercatat, P2G memperoleh laporan 107 guru honorer di DKI Jakarta yang dipecat oleh pihak sekolah. Pemecatan ini dilakukan di saat dimulainya tahun ajaran baru pada awal bulan ini. Seratusan guru yang dipecat tersebut berasal dari jenjang SD, SMP, hingga SMA.
Ke-107 guru honorer itu pun sudah mengadu ke LBH Jakarta. LBH Jakarta membuka pos pengaduan bagi guru honorer yang menjadi korban pemecatan di awal tahun belajar Juli 2024. Pos ini diharapkan menghimpun para guru honorer terdampak.
Pos pengaduan ini merupakan hasil kerjasama LBH Jakarta dengan Perhimpunan Pendidikan dan Guru (P2G) serta Guru Honorer Muda (GHM). Pembukaan pos ini karena munculnya pemecatan yang berlangsung sejak awal Juli 2024 atau di Masa Pengenalan Lingkungan Sekolah (MPLS).
Cerita pilu guru honorer yang dipecat. Baca selengkapnya di halaman selanjutnya.
Para guru honorer bereaksi keras atas pemecatan yang dilakukan Dinas Pendidikan (Disdik) Jakarta pada bulan ini. Pemecatan ini memang muncul mendadak hingga mengagetkan para guru honorer.
Andi Febriansyah menjadi salah satu guru honorer yang terdampak pemecatan ini. Andi memprotes keras kelas sosial yang ada pada guru. Ia menyinggung adanya guru honorer, guru PPPK, guru PNS. Padahal tugas mereka sebagai pengajar tak berbeda jauh.
"Ada perbedaan dan kelas sosial kepada kita yaitu upah padahal tugas sama, ijazah sama. Kapan setaranya ini guru? Guru ya guru saja, enggak usah ada stratifikasi sosial tingkatan guru honor lah, PPPK, ASN lah," kata Andi, Kamis (17/7/2024).
Andi menyebut "kelas" pada guru ini malah memperparah masalah dunia pendidikan. Andi mengendus guru-guru ini sengaja dibuat kelasnya justru agar saling berantem satu sama lain.
"Guru selalu dibenturkan tiap ganti menteri. Jadi kita dibentrokan," ujar Andi.
Andi juga menyentil guru honorer digaji lebih kecil padahal tanggungjawabnya tak beda jauh. Bahkan menurutnya gaji guru honorer tak punya standar baku secara nasional.
"Guru honorer bekerja lebih besar. Tapi guru honorer digaji per tiga bulan dari dana bos. Nggak jelas gajinya sesuai kebijakan sekolah nggak ada UMP kecuali di Jakarta ada KKI (kontrak kerja)," ujar Andi.
Oleh karena itu, Andi memprotes keras pemecatan guru honorer. Andi ingin dirinya dan para guru honorer lain dikembalikan untuk bekerja di sekolah masing-masing.
"Kami menolak cleansing, kembalikan kawan-kawan kami yang dipecat yang akhirnya mereka tidak bekerja terseok nasibnya, segera kembalikan kawan-kawan kami yang dipecat," ucap Andi.