Houthi Ancam Saudi, Ini Beda Pernyataan MUI, PBNU dan Muhammadiyah

Negara-negara Arab diminta bersatu melawan Israel.

EPA-EFE/YAHYA ARHAB
Pendukung kelompok Houthi
Red: A.Syalaby Ichsan

REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA -- Pejuang Houthi di Yaman mengancam akan mengebom infrastruktur penting di Arab Saudi jika membantu Israel dan negara-negara Barat terkait eskalasi konflik beberapa hari terakhir ini. Ancaman ini direspons dengan nada berbeda antara pejabat teras di Majelis Ulama Indonesia, Pengurus Besar Nahdlatul Ulama (PBNU) dan PP Muhammadiyah.

Baca Juga


MUI melihat ancaman Houthi tersebut adalah reaksi membela Palestina yang sedang dijajah dan dimusnahkan secara brutal oleh zionis Israel dan sekutunya.

BACA JUGA: Gunung Gede dan Pangrango Membeku dan Makhluk yang Lebih Kuat dari Gunung

Ketua MUI Bidang Hubungan Luar Negeri dan Kerja Sama Internasional, Prof Sudarnoto Abdul Hakim mengatakan, Houthi dan Hizbullah serta yang lain-lainnya sebenarnya memberikan dukungan secara militer untuk melakukan pembelaan terhadap Palestina. Dia menjelaskan, persoalannya adalah pembelaan terhadap Palestina, dukungan terhadap Palestina, dan menjaga Palestina agar tidak dihancurkan oleh Israel.

"Semua negara termasuk Uni Emirat Arab (UEA) atau negara-negara lain yang selama ini punya hubungan diplomatik dengan Israel, agar meninjau ulang dan mulai saatnya sekarang ini membantu dan mendukung perjuangan Palestina," kata Sudarnoto kepada Republika, Senin (22/7/2024)

Sudarnoto mengatakan, ekspektasi masyarakat internasional terhadap Arab Saudi, UEA dan negara-negara lain yang telah melakukan normalisasi hubungan diplomatik dengan Israel adalah meninjau ulang keputusan tersebut. Masyarakat internasional berharap Arab Saudi, UEA dan negara-negara lainnya bangkit membela Palestina.

Akan tetapi, menurut Sudarnoto, Israel yang didukung oleh Amerika Serikat (AS) selalu berusaha untuk meyakinkan Arab Saudi supaya memberikan dukungan kepada Israel. MUI menilai Arab Saudi tidak perlu mendukung Israel.

"Sebetulnya sudah ada pernyataan resmi dari pemerintah Arab Saudi dan sudah jelas bahwa (Arab Saudi) akan memberikan dukungan terhadap Palestina," ujar Sudarnoto.

Ketua Komisi pendidikan dan Kaderisasi MUI, Dr Sudarnoto Abdul Hakim saat ditemui di Jl. Ciniki Raya, Menteng, Jakarta Pusat, Sabtu (20/7). - (Republika/Nugroho Habibi)

Sudarnoto mengatakan, jangan sampai Arab Saudi tergoda oleh tawaran AS dan memberikan dukungan kepada Israel. Dia menilai, pernyataan berupa ancaman dari Houthi untuk Arab Saudi itu hanya rekasi. 

Menurut dia,  Houthi hanya mengimbau Arab Saudi agar jangan memberikan dukungan kepada Israel. Namun karena Houthi karakternya keras jadi pesannya memakai ancaman.

"Jadi bisa dimengerti (apa yang dilakukan Houthi) meskipun mungkin bisa dilakukan dengan cara-cara lain, tetapi intinya sebetulnya Houthi berkeinginan agar Arab Saudi tegas berada di pihak pembela Palestina, kira-kira gitu maksudnya," jelas dia.

Cegah serangan Houthi..

 

Ketua Pengurus Besar Nahdlatul Ulama (PBNU), KH Fahrur Rozi atau Gus Fahrur berharap ancaman kelompok Houthi di Yaman untuk mengebom beberapa infrastruktur penting di Arab Saudi tidak terjadi.

Arab Saudi sebagai negara Islam, kata dia, tentu akan berpikir dua kali untuk mendukung agresi militer Israel yang telah membantai rakyat Palestina.

Namun, menurut dia, para ulama dunia juga harus mencegah Saudi agar tidak mendukung Israel. "Semua ulama harus mencegah, ikatan akidah Islam saya yakin masih mampu menyatukan hati para pemimpin dunia Islam," ucap Gus Fahrur. 

"Yang harus dicegah itu Saudi agar tidak mendukung Israel, sehingga tidak terjadi serangan Houthi ke Saudi," kata dia  saat dihubungi Republika, Senin (22/7/2024).

Pejuang Houthi akan menyerang Arab Saudi jika negara itu terbukti membantu Israel menyerang Yaman."Kita berharap agar tidak terjadi, semoga Allah melindunginya dan mencegah pertumpahan darah umat Islam," ujar Gus Fahrur.

Pimpinan Arab diminta bersatu..

 

Ketua Pimpinan Pusat Muhammadiyah, Buya Anwar Abbas mendesak kepada negara-negara Arab untuk bersilaturrahim dan bersatu melawan kekejaman Israel. Menurut dia, mereka saat ini masih terpecah-belah.
 
"Saya berkeyakinan adalah sangat sulit sekali bagi rakyat Palestina dan negara-negara Arab untuk menghadapi dan membendung gerak dari Israel karena mereka berpecah-belah," ujar Buya Anwar saat dihubungi Republika, Senin (22/7/2024). 
 
Lantas dia pun mengutip perkataan Jenderal Soedirman yang mengatakan kunci kemenangan adalah masalah ketersambungan hati antara satu manusia dengan manusia lainnya. 
 
"Seperti dikatakan Jenderal Soedirman, jika kalian ingin menang maka kalian harus kuat. Untuk bisa kuat kalian harus bersatu dan untuk bisa bersatu maka silaturrahim antara kalian harus kuat. Yang terakhir inilah yang tidak ada dan tidak dimiliki oleh dunia Arab saat ini. Menyedihkan sekali," ucap Buya Anwar. 
 
Buya Anwar menganggap negara-negara Arab sekarang ini seperti kehilangan arah, sehingga tidak jelas lagi bagi mereka siapa lawan dan kawan serta apa yang harus mereka lakukan.
 
"Padahal semestinya yang mereka jadikan musuh itu adalah tindak penjajahan dan tindak yang menginjak-injak nilai-nilai perikemanusiaan dan perikeadilan," kata Waketum MUI ini. 
 
Seperti yang diketahui, lanjut dia, Israel sudah menjajah rakyat dan bangsa Palestina sejak tahun 1948. Karena itu, menurut dia, negara-negara Arab seharusnya fokus untuk menghadapi Israel tersebut. 
Wakil Ketua Umum MUI Anwar Abbas - (Republika/Putra M. Akbar)
 
"Sebab, kalau seandainya negara-negara !rab tersebut tidak berhasil mengendalikan pergerakan Israel tersebut maka nanti pada waktunya bagian dari negara Arab tersebut akan dicaplok oleh Israel yang berkeinginan untuk membentuk sebuah negara baru yang lebih luas yang disebut dengan negara Israel Raya, yang daerahnya selain dari daerah Palestina juga termasuk Yordania, sebagian dari wilayah Saudi, Suriah dan Lebanon.
 
"Tetapi negara-negara Arab tersebut tampaknya kurang menyadari hal ini. Mereka baru akan tersadar kelihatannya setelah negara Israel Raya tersebut berdiri. Di saat itulah mereka sadar mengapa mereka dahulu tidak bersatu sehingga hal pahit yang mereka alami itu tidak harus terjadi," jelas Buya Anwar. 
 

BACA JUGA: Update Berita-Berita Politik Perspektif Republika.co.id, Klik di Sini
Berita Terpopuler