Kuningan Diguncang Gempa, ini Doa Nabi Musa Ketika Terkena Gempa
Nabi Musa bersama Bani Israil punya pengalaman menghadapi gempa besar.
REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA— Kamis (2/7/2024) menjadi waktu penuh duka bagi warga Kuningan. Sebabnya, pada waktu itu mereka diguncang gempa 4,1 skala richter. Bencana alam tersebut mengakibatkan sembilan rumah mengalami rusak ringan dan sebuah masjid rusak. Untungnya, tak ada korban jiwa.
Pranata Humas Ahli Muda BPBD Jabar Hadi Rahmat mengatakan, empat wilayah terdampak akibat gempa bumi magnitudo 4,1 Kamis (25/7/2024) kemarin. Lokasinya yaitu Kelurahan Ciporang, Kelurahan Purwawiangun, Desa Kertawirama dan Desa Jagara. "Korban jiwa nihil, satu unit masjid rusak, 9 unit rumah rusak ringan," ujar Hadi, Jumat (26/7/2024).
Gempa merupakan peristiwa alam yang terjadi sejak jutaan tahun lalu. Bahkan dahulu ketika bumi diciptakan, gempa terjadi dimana-mana. Namun eskalasinya menjadi berkurang dan menjadi lebih tenang, karena Allah menciptakan gunung. Ciptaan Allah yang besar dan menjulang tinggi ke angkasa itu merupakan penyetabil daratan dan lautan. Dengan begitu, makhluk lainnya yang ada di bumi dapat hidup dengan tenang.
Ribuan tahun lalu, ketika Nabi Musa berdakwah bersama pengikutnya, pernah juga dihajar gempa. Saat itu, Nabi Musa membaca doa berikut ini, yang diabadikan Allah dalam al-Araf 155:
رَبِّ لَوْ شِئْتَ أَهْلَكْتَهُم مِّن قَبْلُ وَإِيَّٰىَ ۖ أَتُهْلِكُنَا بِمَا فَعَلَ ٱلسُّفَهَآءُ مِنَّآ ۖ إِنْ هِىَ إِلَّا فِتْنَتُكَ تُضِلُّ بِهَا مَن تَشَآءُ وَتَهْدِى مَن تَشَآءُ ۖ أَنتَ وَلِيُّنَا فَٱٱغْفِرْ لَنَا وَٱرْحَمْنَا ۖ وَأَنتَ خَيْرُ ٱلْغَٰفِرِينَ
Rabbi lau syi`ta ahlaktahum ming qablu wa iyyāy, a tuhlikunā bimā fa'alas-sufahā`u minnā, in hiya illā fitnatuk, tuḍillu bihā man tasyā`u wa tahdī man tasyā`, anta waliyyunā fagfir lanā war-ḥamnā wa anta khairul-gāfirīn
Ya Tuhanku, kalau Engkau kehendaki, tentulah Engkau membinasakan mereka dan aku sebelum ini. Apakah Engkau membinasakan kami karena perbuatan orang-orang yang kurang akal di antara kami? Itu hanyalah cobaan dari Engkau, Engkau sesatkan dengan cobaan itu siapa yang Engkau kehendaki dan Engkau beri petunjuk kepada siapa yang Engkau kehendaki. Engkaulah Yang memimpin kami, maka ampunilah kami dan berilah kami rahmat dan Engkaulah Pemberi ampun yang sebaik-baiknya".
Makna
Penafsir Alquran Abdurrahman as-Sa’di menjelaskan sebagai berikut:
Ketika Bani Israil bertobat serta kembali pada jalan mereka yang lurus ”Musa memilih” dari mereka “tujuh puluh orang” terbaik di antara mereka untuk memohon ampunan Allah bagi kaum mereka. Allah menjanjikan kepada mereka waktu dimana mereka bisa menghadirinya.
Saat mereka telah hadir, mereka berkata, ”wahai Musa tunjukanlah Allah kepada kami secara nyata” Mereka telah berkata sangat lancang kepada Allah, bersikap kurang ajar kepadaNYa, maka mereka pun digoncangkan gempa, sehingga mereka pingsan dan binasa, maka Musa tiada henti-hentinya bedo’a merendahkan diri kepada Allah dan berkata, ”ya Rabbku kalau Engkau kehendaki tentulah Engkau membinasakan mereka sebelum ini” yakni sebelum mereka hadir dan mereka dalam keadaan memohon maaf untuk kaum mereka, justru mereka sekarang menjadi orang-orang yang zhalim. ”Apakah Engkau membinasakan kami karena perbuatan orang-orang yang kurang akal dianatara kami?” yakni orang orang berakal bodoh dan berpikiran pandir.
Lihat halaman berikutnya >>>
Musa merendahkan diri kepada Allah dan memohon pemakluman karena orang-orang yang berbuat kelancangan tidak memiliki akal yang sempurna yang menjaga mereka sehingga mereka tidak mengucapkan dan melakukan demikian, dan bahwa telah terjadi fitnah pada diri mereka yang terlintas pada diri seseorang dan dia khawatir agamanya akan lenyap.
Maka dia berkata ”itu hanyaalah cobaan dariMu, engkau sesatkan dengan cobaan itu siapa yang engkau kehendaki dan engkau beri petunjuk kepada siapa orang yang engkau kehendaki. Engkaulah yang mempimpin kami, maka ampunilah kami dan berilah kami rahmat dan engkaulah pemberi ampun yang sebaik-baiknya." yakni engkau adalah sebaik-baik pemaaf, sebaik-baik yang menyayangi, dan semulia-mulia pemberi karunia. Seakan-akan Musa berkata 'wahai Rabb', yang dimaksud dengan tujuan pertama bagi kami semua adalah menaatiMu dan beriman kepadaMu dan bahwa orang yang berakal, mengerti dan memahaminya dengan sempurna sesuai dengan taufik yang telah engkau berikan, maka ia tetap bersikap lurus.
Adapun orang yang lemah akalnya, pandir pemikirannya, dan dibelokkan oleh fitnah, maka dialah yang melakukan pelanggaran itu, meskipun demikian Engkau adalah sebaik-baik penyayang dan sebaik-baik pengampun, maka ampunilah dan sayangilah kami, maka Allah mengabulkan permintaan Musa dan menghidupkan mereka setelah mati dan mengampuni dosa-dosa mereka.