Topan Gaemi Mendarat di Cina, Seratusan Ribu Orang Dievakuasi
Presiden Cina Xi Jinping memimpin pertemuan untuk membahas pengendalian banjir.
REPUBLIKA.CO.ID, FUJIAN -- Topan Gaemi telah mendarat di daratan Cina setelah menimbulkan bencana di Taiwan dan Filipina. Dikutip dari laman BBC News, Jumat (26/7/2023), lebih dari 150 ribu orang yang tinggal di Provinsi Fujian, Cina, telah direlokasi ke daerah yang lebih aman untuk mengantisipasi badai tersebut.
Badai ini terjadi setelah banjir dan tanah longsor yang meluas di Taiwan dan Filipina menewaskan sedikitnya 21 orang. Filipina mengatakan bahwa mereka berpacu dengan waktu untuk mengatasi tumpahan minyak setelah sebuah kapal tanker yang mengangkut 1,5 juta liter bahan bakar industri terbalik dan tenggelam di lepas pantai negara tersebut.
Kapal tersebut merupakan salah satu dari dua kapal yang tenggelam di wilayah tersebut pada hari Kamis, dan kapal kedua tenggelam di lepas pantai barat daya Taiwan. Cina mengaktifkan peringatan bencana tingkat tertinggi saat badai tersebut bergerak menuju pantainya pada Kamis (25/7/2024) malam waktu setempat.
Presiden Cina Xi Jinping memimpin sebuah pertemuan dengan para petinggi Partai Komunis Cina untuk membahas pengendalian banjir dan rencana bantuan bencana. Layanan kereta api telah dihentikan di Fujian, sementara pihak berwenang di Cina utara telah memperingatkan hujan lebat dapat memicu tanah longsor dan banjir.
Sementara itu, Markas Besar Pengendalian Banjir dan Bantuan Kekeringan Cina mengatakan bahwa ada risiko tinggi bencana alam. Cina mengalami musim panas dengan cuaca yang terus berubah-ubah, dengan hujan lebat di bagian timur dan selatan serta gelombang panas yang menyengat di bagian utara. Biasanya terjadi hujan lebat dari pertengahan Juli hingga pertengahan Agustus.
Rute Topan Gaemi mirip dengan Topan Doksuri tahun lalu, yang menyebabkan banjir yang meluas di Cina utara, meskipun ada kemungkinan rutenya bisa berubah. Operasi pembersihan saat ini sedang berlangsung di Taiwan setelah topan, yang merupakan topan terbesar yang melanda pulau tersebut dalam delapan tahun terakhir, namun baru merupakan topan pertama di musim badai tahun ini.
Kantor meteorologi Taiwan mengatakan bahwa beberapa daerah di pulau tersebut mengalami curah hujan lebih dari 1.000 mm antara Rabu malam dan Kamis siang, sementara Kota Kaohsiung di bagian selatan mencatat curah hujan sebesar 1.350 mm.
Hal ini menyebabkan sebagian besar wilayah kota terendam banjir setinggi lebih dari satu meter dan tiga orang tewas. Sebuah operasi pencarian dan penyelamatan sedang berlangsung untuk menemukan enam pelaut Burma yang dilaporkan hilang setelah kapal kargo berbendera Tanzania, Fu Shun, karam di lepas pantai utara Taiwan. Sejauh ini, tiga awak kapal telah berhasil diselamatkan, namun angin kencang dan laut yang berombak menghambat upaya penyelamatan.