Giliran Tunggal Putra Torehkan Capaian Terburuk Bulu Tangkis Sepanjang Sejarah Olimpiade

Ganda campuran dan tunggal putra tak menempatkan wakil di babak utama olimpade.

PBSI/Badmintonphoto/Yohan Nonotte
Anthony Sinisuka Ginting beraksi di Olimpiade Paris 2024.
Red: Andri Saubani

REPUBLIKA.CO.ID, oleh Fitriyanto

Baca Juga


Selain ganda putra, sektor tunggal putra dikenal menjadi andalan Indonesia untuk meraih prestasi dunia cabor bulu tangkis. Di pentas Olimpiade, sejak bulu tangkis resmi dipertandingkan memperebutkan medali pada Olimpiade 1992 Barcelona sudah dua kali wakil Indonesia berdiri di podium tertinggi.

Pertama melalui Alan Budikusuma di Olimpiade 1992 Barcelona. Kemudian Taufik Hidayat ketika multi event terbesar di dunia ini berlangsung di Athena Yunani tahun 2004. Kedua tunggal putra terbaik Indonesia di masanya ini membuat Indonesia berkibar di tiang tertinggi dan Lagu Kebangsaan Indonesia Raya berkumandang.

Namun di perhelatan Olimpiade Paris 2024, sektor tunggal putra berada di titik nadir. Dari dua wakil yang diharapkan menyumbang medali termasuk emas, justru pencapaiannya tak sesuai dengan apa yang diharapkan seluruh masyarakat Indonesia khususnya pecinta bulu tangkis.

Diawali dengan Jonatan Christie yang dalam pertandingan penentuan grup L, Rabu sore (31/7/2024) di Porte De La Chapelle Arena Paris Prancis harus mengakui Lakshya Sen dengan skor 18-21, 12-21. Hasil ini membuat Jonatan harus angkat koper lebih cepat. Padahal Jojo lah yang menjadi tumpuan utama, pasalnya jelang Olimpiade Paris unggulan ketiga ini penampilannya paling konsisten.

Kekecewaan kian bertambah pada Rabu Malam, di mana wakil tunggal putra Indonesia lainnya, Anthony Sinisuka Ginting pun harus pulang lebih cepat. Berjuang selama 87 menit, peraih medali perunggu Olimpiade Tokyo 2021 ini menyerah tiga gim dari wakil tuan rumah Toma Junior Popov dengan skor 19-21, 21-17 dan 15-21.

Dengan hasil ini, maka untuk pertama kalinya, tidak ada satu pun wakil Indonesia di sektor tunggal putra pada babak utama Olimpiade sejak format grup diperkenalkan di Olimpiade London 2012. Sebelum 2012, format bulu tangkis menggunakan format sistem gugur.


Infografis AS dan Sekutu Boikot Olimpiade Beijing - (Republika)

 

Bulu tangkis sebenarnya pernah dimainkan di Olimpiade Munich 1972 dan Olimpiade Seoul 1988. Sifatnya masih eksibisi, sehingga tidak masuk hitungan perolehan medali kontingen. Namun dalam dua edisi eksibisi tersebut tunggal Indonesia mampu menorehkan prestasi, Olimpiade 1972 Indonesia dapat emas melalui Rudy Hartono, dan medali perak di Olimpiade 1988 melalui Icuk Sugiarto.

Barulah saat Olimpiade 1992 di Barcelona, cabor tepok bulu angsa ini dipertandingkan secara resmi. Sehingga perolehan medali dihitung di papan klasemen. Sektor tunggal putra langsung menggebrak dengan memborong tiga medali, ketika itu yang kalah di semifinal langsung dapat perunggu. Emas diraih Alan Budikusuma, Perak Ardy Bernardus Wiranata dan Perunggu Hermawan Susanto bersama pemain Swedia Thomas Stuer-Lauridsen.

Empat tahun berikutnya pada Olimpiade Atlanta 1996, sektor ini gagal menyumbang medali. Namun Haryanto Arbi mampu tembus semifinal, serta Joko Suprianto dan Alan Budikusuma tumbang di delapan besar atau perempat final.

Olimpiade Sydney 2000 tunggal putra Indonesia Hendrawan mampu mempertahankan medali perak. Taufik Hidayat dan Sonny Dwi Kuncoro kemudian yang menjadi aktornya saat Olimpiade 2004 Athena. Taufik Hidayat mampu mempersembahkan medali emas dan Sonny Dwi Kuncoro memperoleh medali perunggu.

Pada perhelatan Olimpiade 2008 Beijing China, dua wakil tunggal putra Indonesia tak mampu meraih medali. Taufik Hidayat kalah di babak kedua dari Wong Choong Hann (Malaysia) 19-21, 16-21 dan Sonny Dwi Kuncoro tumbang di perempat final juga oleh pemain Malaysia Lee Chong Wei 9-21, 11-21.

Format sistem gugur sejak awal, kemudian diganti oleh BWF di Olimpiade London 2012. Di mana pertama kalinya menggunakan format grup sebelum kemudian melaju ke 16 besar dengan sistem gugur. Kala itu dua wakil Indonesia Taufik Hidayat dan Simon Santoso kandas di babak 16 besar. Demikian halnya pada Olimpiade Rio de Janeiro 2016 Tomy Sugiarto terhenti di 16 besar, serta pada Olimpiade Tokyo yang digelar tahun 2021 Ginting masih dapat meraih medali Perunggu.

Hingga tulisan ini dibuat bulu tangkis Indonesia hanya diwakili oleh tunggal putri Gregoria Mariska Tunjung dan ganda putra Fajar Alfian/Muhammad Rian Ardianto pada babak utama Olimpiade Paris 2024. Gregoria akan menghadapi Kim Ga Eun di 16 besar dinihari nanti, sedangkan Fajar/Rian akan bertemu tembok kokoh China Liang Wei Keng/Wang Chang.

Melihat lawan-lawan yang akan dihadapi dua wakil tersisa Indonesia cukup berat, ada rasa khawatir kejadian seperti Olimpiade 2012, dan yang terbaru Asian Games 2022 akan terulang. Di mana Cabor bulu tangkis yang biasa menjadi andalan Indonesia akan pulang tanpa medali.

 

Seusai laga melawan Toma Junior Popov, Anthony Sinisuka Ginting mengaku kesal dan kecewa karena tidak berhasil menembus babak 16 besar tunggal putra bulu tangkis Olimpiade Paris 2024. “Kecewa dan kesal dengan hasil ini. Saya sudah berusaha tapi itu tidak cukup. Lawan memang lebih baik,” kata Ginting dalam keterangan singkat PP PBSI dikutip Antara, Kamis (1/8/2024).

Peraih medali perunggu Olimpiade Tokyo 2020 itu mengaku sebenarnya sudah mengantisipasi perlawanan ketat Popov. “Kami sudah sama-sama belajar kelebihan dan kekurangan masing-masing dan hari ini sebenarnya tidak banyak perbedaan dari pertemuan sebelumnya,” ungkap Ginting.

“Namun, Toma bisa lebih all out, lebih nekat dan bisa terus menekan terutama di gim ketiga. Ketika saya mencoba lebih tenang, tekanan dia tidak bisa saya netralkan dengan maksimal,” ujarnya menambahkan.

Ginting yang adalah unggulan kesembilan di Olimpiade Paris 2024 menilai, dukungan dari publik sendiri juga menjadi semangat tambahan bagi Popov untuk tampil lebih baik pada laga penentuan ini. “Pengaruh penonton mungkin benar-benar membuat dia semangatnya lebih lagi. Sebenarnya saya juga punya semangat dan motivasi yang sama tapi ada sepersekian persen perbedaan yang bisa mempengaruhi hasil di lapangan,” jelas dia.

Pengamat Bulu tangkis Daryadi mengungkapkan perasaan sedih dan sesak di dada atas kandasnya dua wakil tunggal putra Indonesia pada fase grup Olimpiade Paris 2024. Ketika dihubungi Republika.co.id, Kamis, Daryadi mengungkapkan hasil tunggal putra Indonesia di olimpiade Paris 2024 sungguh diluar ekspektasi.

"Peluang terbesar dapat medali sebenarnya ada di sektor ini, apakah itu medali emas, perak ataupun perunggu."

Terutama melalui Jojo, sapaan akrab Jonatan, lanjut Daryadi. "Penampilan Jojo jelang Olimpiade paling meyakinkan, juara All England, juara Asia yang kemudian mengantarkan dirinya menjadi pemain nomor tiga dunia dibawah Shi Yu Qi dan Viktor Axelsen."

"Sangat disayangkan mereka kandas terlalu cepat di fase grup, yang bikin sedih dan nyesek banget tentunya. Karena baru kali ini tunggal putra Indonesia tak mampu melewati fase grup sejak format ini dibuat pada Olimpiade London 2012. Ketika itu kita gagal dapat medali bulu tangkis. Tetapi Taufik Hidayat dan Tomy Sugiarto bisa lolos ke 16 besar. Sayang undian waktu itu Tomy bertemu Lee Chong Wei, dan Taufik melawan Lin Dan," ujarnya.

Sebelumnya di sektor ganda putri, Indonesia juga mencetak sejarah tak menempatkan wakilnya di babak utama. Pasangan Rinov/Pitha yang baru pertama kali bermain di Olimpiade ini, sebenarnya mengawali laga dengan cukup baik.

Rinov/Pitha di luar dugaan mampu mengalahkan ganda Korea Selatan yang lebih diunggulkan Kim Won-ho/Jeong Na-eun. Dalam laga yang berlangsung tiga gim, Rinov /Pitha menang 22-20, 14-21, dan 21-19.

Laga kedua melawan unggulan pertama Zheng Siwei/Huang Yaqiong Rinov/Pitha tak dapat berbuat banyak menyerah dua gim dengan angka mencolok 10-21 dan 3-21. Peluang masih terbuka untuk lolos dari fase grup. Syaratnya dalam laga pamungkas melawan wakil tuan rumah Thom Gicquel/Delphine Delrue harus menang.

Namun di kala membutuhkan kemenangan pada laga pamungkas grup C, justru pasangan Rinov/Pitha tampil buruk dan menyerah dua gim langsung 13-21, 15-21. Hasil ini membuat gagal lolos ke babak perempat final Olimpiade 2024.

Ini adalah pencapaian terburuk ganda campuran Indonesia di pentas Olimpiade. Walau bulu tangkis sudah dipertandingkan pada Olimpiade 1992 di Barcelona, namun kala itu ganda campuran belum dipertandingkan.

 

BACA JUGA: Ikuti Serial Sejarah dan Peradaban Islam di Islam Digest , Klik di Sini
Berita Terpopuler