Muncul Isu Mossad Susupi Pasukan Garda Iran untuk Bunuh Haniyeh? Ini Bantahan Iran
IRGC menyebut pembunuhan Haniyeh dilakukan dengan penemabakan proyektil jarak dekat.
REPUBLIKA.CO.ID, TEHERAN -- Korps Garda Revolusi Islam Iran (IRGC) membantah laporan penyusupan ke dinas intelijen Iran yang diduga memicu pembunuhan kepala biro politik Hamas Ismail Haniyeh. Bantahan itu disampaikan juru bicara Komite Keamanan dan Kebijakan Luar Negeri Parlemen Iran, Ibrahim Rezaei.
Pada Sabtu (3/8), harian Inggris The Telegraph melaporkan bahwa badan intelijen Israel Mossad sebelumnya merekrut beberapa personel IRGC sebagai agennya untuk memasang bahan peledak di wisma tamu Teheran tempat Haniyeh menginap. Media AS New York Times sebelumnya juga menyebut bahwa Haniyeh dibunuh lewat bom yang ditanam di Kamar. Tapi laporan itu dibantah oleh pihak Hamas.
Pada Ahad (4/8) malam, sidang digelar di Teheran untuk memeriksa kasus pembunuhan Haniyeh. Sidang tersebut dihadiri oleh wakil kepala badan intelijen Pasukan Quds (unit militer khusus IRGC yang beroperasi di Timur Tengah), wakil menteri informasi (intelijen) untuk isu keamanan, serta sejumlah pejabat senior intelijen lainnya.
Juru bicara Pasukan Quds menekankan bahwa pembunuhan Haniyeh bukan merupakan hasil infiltrasi ke dalam dinas intelijen Iran dan tidak ada perekrutan personel Iran dalam insiden tersebut. Demikian disampaikan Rezaei kepada kantor berita IRNA.
"IRGC juga melihat bahwa pengaruh dinas intelijen Mossad Israel sudah menurun, baik di Iran maupun di negara-negara Timur Tengah lainnya," kata anggota parlemen tersebut.
Hamas pada Rabu (31/7) menyatakan pemimpin politiknya Ismail Haniyeh meninggal karena dibunuh di wisma tamu di Teheran, kota tempat ia menghadiri pelantikan presiden baru Iran.
Hamas menuding Israel dan Amerika Serikat bertanggung jawab atas kematian Haniyeh dan mengatakan bahwa serangan itu tidak akan ditimpali dengan pembalasan.
Proyektil jarak pendek
IRGC menuding pembunuhan kepala biro politik Hamas Ismail Haniyeh dirancang dan dilaksanakan oleh Israel dengan dukungan AS, menggunakan proyektil jarak pendek.
Dalam sebuah pernyataan, IRGC menyebut pembunuhan itu sebagai "kejahatan teroris" dan mereka bersumpah akan memberikan hukuman berat.
Haniyeh dibunuh pada Rabu dini hari di kediamannya di ibu kota Teheran dalam sebuah serangan misterius yang para pejabat Iran tudingkan terhadap Israel. Pengawal pribadi Haniyeh juga tewas dalam serangan itu.
Haniyeh berada di Teheran untuk menghadiri pelantikan presiden baru Iran, Masoud Pezeshkian.
Pemakaman Haniyeh dipimpin oleh Pemimpin Tertinggi Iran Ayatollah Ali Khamenei pada Kamis pagi, diikuti dengan prosesi besar-besaran. Dia dimakamkan pada Jumat di Doha, Qatar.
IRGC mengatakan penyelidikan menemukan bahwa 'operasi teroris' tersebut meliputi penembakan proyektil jarak dekat dengan hulu ledak seberat sekitar tujuh kilogram, disertai dengan ledakan dahsyat, dari luar tempat Haniyeh menginap.
Ketegangan meningkat di tengah spekulasi bahwa Iran menyiapkan respons militer terhadap pembunuhan Haniyeh yang cakupannya lebih besar daripada operasi pembalasan atas serangan di Konsulat Iran di ibu kota Suriah, Damaskus, pada April.
Dalam tanggapannya terhadap insiden pada Rabu, Khamenei mengatakan bahwa Iran menganggap sebagai kewajibannya untuk membalas kematian tamunya yang terhormat," dan menjanjikan 'hukuman berat.'
Pezeshkian juga mengutuk pembunuhan itu, dan berjanji untuk mempertahankan integritas teritorial, kehormatan dan martabat negaranya.