Ketua PCIM Muhammadiyah Britania Raya Ungkap Kronologi Kerusuhan Anti Muslim di Inggris

Pelaku penusukan merupakan orang yang lahir di Wales.

Danny Lawson/PA via AP
Massa aksi menembakan alat pemadam kebakaran ke arah petugas polisi saat protes anti-imigrasi di luar Holiday Inn Express di Rotherham, Inggris, Ahad (4/8/2024).
Rep: Fuji Eka Permana Red: A.Syalaby Ichsan

REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA — Ketua Pimpinan Cabang Istimewa Muhammadiyah (PCIM) Britania Raya, dr Dyah Mustikaning Pitha Prawesti menceritakan latar belakang terjadinya protes anti imigran yang berujung kerusuhan di beberapa kota di Inggris. Menurut Dyah, ketegangan tersebut dimanfaatkan kalangan ekstremis kanan untuk meningkatkan Islamofobia di negeri Raja Charles.

Baca Juga


Dyah mengatakan, protes anti-imigrasi di Inggris sebenarnya sudah banyak letupan. Meski demikian, pemicu terbesar peristiwa tersebut adalah penusukan yang dilakukan oleh seorang remaja berusia 17 tahun di Southport pekan lalu. Akibat penusukan tersebut, tiga orang anak berusia di bawah 10 tahun meninggal dunia, sementara beberapa remaja dan gurunya terluka parah.

"Karena penyerangan itu maka membuat orang-orang marah, yang tidak menolong adalah hukum di Inggris ini, karena penyerangnya di bawah umur yakni baru berumur 17 tahun, jadi tidak disebutkan namanya dan identitasnya, memang hukumnya seperti itu," kata Dyah kepada Republika, Senin (5/8/2024)

Setelah itu, muncul banyak spekulasi di media sosial mengenai siapa pelakunya. Salah satu spekulasi yang santer itu berasal dari kalangan ekstremis kanan. Tokohnya mengatakan bahwa pembunuhan anak-anak itu dilakukan oleh imigran. Mereka juga menyebut namanya dan dispekulasikan sebagai imigran Muslim sebagai pelakunya.


Menurut Dyah, isu imigran ini sudah panas sebelum pergantian pemerintah yang baru saja terjadi. Saat ini, isunya pun menjadi liar. Imigran disebut sebagai sumber kerusuhan, terlebih mereka kalangan ekstremis kanan memang sudah sejak awal tidak suka ke imigran.  Karena itu, Dyah mengatakan, peristiwa penusukan yang sebenarnya dilakukan oleh anak yang lahir di Britania Raya menjadi pemicu dan alasan mereka melakukan aksi anti imigran.

"Aksi (anti imigran) dilakukan beberapa hari setelah kejadian dan kemudian menyebar ke kota-kota lainnya, kita sekarang juga mendapatkan berbagai informasi bahwa mereka sudah punya jadwal aksi, mereka akan melakukan protes anti-imigran," ujar Dyah.

dr Dyah Mustikaning Pitha Prawesti - (Linkedin)

Dyah mengatakan, jadwal mereka melakukan proses anti-imigran itu memang sudah tersebar di medsos sejak pekan lalu. Meski demikian, protes ini dimanfaatkan oleh pihak-pihak yang menarik keuntungan untuk membuat kerusuhan.

Laman The National News menyebut pelaku penusukan bernama Axel Rudakubana (17 tahun) yang lahir di Wales dari orang tua imigran Rwanda yang beragama Kristen. Mengenai hal itu, Dyah mengatakan terkait informasi siapa pelakunya memang terbatas. Data atau identitas yang dikeluarkan oleh kepolisian memang terbatas, tapi memang jelas tidak mengonfirmasi bahwa anak itu Muslim.

"Saya belum tahu dan belum dengar (identitas pelakunya), karena memang aturan hukumnya begitu, tapi kita tahu bahwa yang sudah dirilis secara resmi itu sebenarnya anaknya (pelakunya) juga lahirnya di UK (Inggris) bukan imigran yang dihebohkan, jelas lahirnya di Wales," jelas Dyah.

Dyah mengatakan, memang banyak misinformasi yang kemudian dijadikan alasan oleh kalangan ekstremis kanan untuk kemudian meningkatkan Islamofobia.

BACA JUGA: Ikuti Serial Sejarah dan Peradaban Islam di Islam Digest , Klik di Sini
Berita Terpopuler