Kemlu RI Ungkap Penyebab Satu WNI di Bangladesh Meninggal Dunia

WNI berinisial DU itu tiba di Bangladesh pada 1 Agustus untuk kunjungan bisnis.

EPA-EFE/MONIRUL ALAM
Kendaraan yang terbakar terlihat di dalam gedung pemerintah setelah terjadinya aksi protes di Dhaka, Bangladesh, Senin (22/7/2024).Pada tanggal 22 Juli Bangladesh memberlakukan jam malam. Pemerintah Bangladesh memberlakukan jam malam nasional dan mengerahkan pasukan militer setelah kekerasan terjadi di Dhaka dan wilayah lain menyusul protes yang dipimpin mahasiswa yang menuntut reformasi sistem kuota kerja pemerintah.
Red: Andri Saubani

REPUBLIKA.CO.ID, DHAKA -- Kementerian Luar Negeri (Kemlu) RI melaporkan bahwa seorang warga negara Indonesia (WNI) meninggal dunia akibat menghirup terlalu banyak asap ketika hotel tempatnya menginap di Jashore, Bangladesh, terbakar pada Senin (5/8/2024). Dalam sebuah pernyataan tertulis pada Selasa (6/8/2024), Kemlu mengatakan bahwa korban yang berinisial DU tiba di Bangladesh pada 1 Agustus untuk kunjungan bisnis.

Baca Juga


“DU meninggal dunia akibat menghirup terlalu banyak asap karena hotel tempat almarhum menginap terbakar di tengah-tengah kerusuhan,” tulis pernyataan itu.

Kemlu telah menghubungi keluarga korban di Indonesia untuk menyampaikan belasungkawa dan memfasilitasi repatriasi jenazahnya. Warga Indonesia di Bangladesh diimbau untuk meningkatkan kewaspadaan dan mengurangi kegiatan tidak penting di luar tempat tinggal, serta menghindari kerumunan massa dan tempat-tempat demonstrasi.

Mereka juga disarankan untuk terus menjaga komunikasi dan selalu mengikuti langkah-langkah kontijensi yang ditetapkan oleh KBRI Dhaka. Para WNI yang berencana mengunjungi Bangladesh diimbau untuk menunda perjalanan mereka sampai situasi dan kondisi keamanan membaik.

Mereka yang membutuhkan bantuan bisa menghubungi KBRI Dhaka (+880-1-614-444-552) dan Direktorat Perlindungan WNI Kemlu (+62-812-9007-0027). Sedikitnya 73 orang tewas, termasuk 14 anggota polisi, dalam bentrokan-bentrokan antara aparat keamanan dan pengunjuk rasa di Dhaka dan kota-kota lain di Bangladesh.

Aksi unjuk rasa meningkat pekan lalu untuk memprotes kebijakan kuota pekerjaan publik yang diterapkan pemerintah Bangladesh, menyusul bentrokan di Universitas Dhaka. Para demonstran menuntut pencabutan kebijakan itu, yang mengalokasikan 30 persen pekerjaan publik bagi anggota keluarga veteran perang 1971.  


Dilaporkan Al Jazeera, Perdana Menteri Bangladesh Sheikh Hasina pada Senin (5/8/2024) mengundurkan diri dari jabatannya di tengah gelombang demonstrasi yang terus membesar di negaranya. Hasina juga dikabarkan langsung meninggalkan negaranya itu.

Setidaknya 300 warga telah meninggal dunia dalam demonstrasi yang telah berlangsung beberapa pekan terakhir. Pada Ahad (4/8/2024), sedikitnya 100 demonstran dilaporkan tewas dalam sehari yang membuat Angkatan Darat bersiap untuk membuat pernyataan resmi.

Namun, pada Senin siang, tensi demonstrasi menurun menyusul informasi lengsernya Hasina. Kepala Angkatan Darat Jenderal Waker-Uz-Zaman lalu membatalkan rencana mengeluarkan pernyataan resmi dan memilih membuka pembicaraan dengan partai politik mayoritas, termasuk opsisi Partai Nasionalis Bangladesh (BNP).

sumber : Antara
Yuk koleksi buku bacaan berkualitas dari buku Republika ...
Berita Terpopuler