Media Israel Kompak Komentari Yahya Sinwar, Bukti Hamas Menang dan Kuat

Yahya Sinwar pimpin Hamas gantikan Ismail Haniyeh

AP/John Minchillo
Yahya Sinwar. Yahya Sinwar pimpin Hamas gantikan Ismail Haniyeh
Rep: Bambangg Naroyono Red: Nashih Nashrullah

REPUBLIKA.CO.ID,  DOHA— Segera setelah Gerakan Perlawanan Islam (Hamas) mengumumkan pemilihan Yahya Sinwar untuk menggantikan Ismail Haniyeh, kepala biro politiknya, yang dibunuh di ibukota Iran, Teheran, Rabu lalu, media-media Israel dengan cepat membahas pilihan tersebut dan implikasinya.

Israel Broadcasting Corporation (IBC) mengatakan bahwa penunjukan Sinwar merupakan sebuah kejutan dan sebuah pesan kepada Israel bahwa ia masih hidup dan bahwa kepemimpinan Hamas di Gaza masih kuat dan akan tetap ada.

Baca Juga



Sementara itu, analis Timur Tengah Times of Israel, Avi Yissakharov, mengatakan Hamas memilih "orang yang paling berbahaya untuk memimpinnya," terutama karena Israel menganggap Sinwar sebagai arsitek Operasi Badai Al-Aqsa pada 7 Oktober, yang menelan banyak korban jiwa dan militer serta mengguncang citra intelijen dan badan-badan keamanannya di mata dunia.

Sementara itu, surat kabar Maariv mengatakan bahwa pilihan Sinwar mewakili apa yang mereka gambarkan sebagai sebuah manuver dari pihak Hamas.  

Sedangkan, Kan TV, milik pemerintah Israel mengatakan bahwa pemilihan Sinwar menunjukkan bahwa Hamas di Gaza masih kuat.

Namun Menteri Luar Negeri Israel, Yisrael Katz, mengatakan bahwa penunjukan Sinwar sebagai pemimpin Hamas merupakan alasan lain untuk melenyapkannya dan menghapus ingatan tentang organisasi ini dari muka bumi. Analis Israel Yoni Ben Menachem menggambarkan pemilihan Sinwar sebagai kemenangan bagi Iran.

Di lingkungan militer Israel, juru bicara militer Israel Daniel Hagari mengatakan bahwa posisi Sinwar berada di sebelah panglima tertinggi Brigade Al Qassam, Mohammed al-Deif, mengacu pada klaim bahwa tentara Israel mengumumkan pembunuhan al-Deif di Khan Younis lebih dari dua pekan yang lalu.

Di sisi lain, keluarga-keluarga tahanan Israel yang ditahan oleh perlawanan mengatakan dalam sebuah pernyataan bahwa Israel harus mengatakan kepada dunia untuk berhenti bernegosiasi dengan Hamas hingga kelompok tersebut setuju untuk membebaskan semua tahanan sekaligus.

Pernyataan itu...

Pernyataan itu mengatakan bahwa fakta bahwa Sinwar masih hidup adalah masalah tersendiri. Pernyataan itu menyatakan dukungan keluarga untuk melanjutkan operasi IDF untuk membunuh para pemimpin Hamas.

Hamas dikabarkan menunjuk Yahya Sinwar sebagai pemimpin baru menggantikan Ismail Haniyeh yang syahid, Rabu (31/7/2024) pekan lalu. Kantor berita Reuters mengabarkan, Sinwar resmi ditunjuk pada Selasa (6/8/2024) sebagai pemimpin faksi terbesar Gerakan Perlawanan Islam untuk Palestina di Jalur Gaza itu.

“Gerakan Perlawanan Islam - Hamas, mengumumkan hasil pemilihan Yahya Sinwar sebagai Kepala Biro Politik Gerakakan Perlawanan Hamas, menggantikan Ismail Haniyeh yang telah wafat,” begitu pernyataan resmi Hamas yang dikutip dari Reuters, pada Rabu (7/8/2024) dini hari.

Reuters mengabarkan, usai mengumumkan Yahya Sinwar sebagai pemimpin Hamas, sayap militer faksi politik di Jalur Gaza tersebut merayakannya dengan melakukan roket salvo, dan menembakkan beberapa roket ke arah kantung-kantung militer Zionis Israel.

Yahya Sinwar kelahiran Oktober 1962. Ia lahir di Kamp Pengungsian di Khan Younis 63 tahun lalu. Ketika itu, kamp pelarian tersebut masih dalam penguasaan militer Mesir selama Perang Arab-Zionis Israel 1948, atau yang dikenal sebagai al-Naqba.

Keluarga, dan kedua orang tua Yahya Sinwar, diusir paksa dari tanah moyangnya di Majdal Asqalan, yang sekarang dberganti nama menjadi Ashkelon dalam peta aneksasi Zionis Israel. Media di Palestina, al-Quds News Network menyebutkan Yahya Sinwar, adalah penganut Islam Sunni.

Lahir di pengungsian, dan besar di zona peperangan di Jalur Gaza, namun Yahya Sinwar tetap berpendidikan. Yahya Sinwar tercatat memiliki gelar kesarjanaan di Universitas Islam Gaza. Pada 1980-an, Yahya Sinwar mulai aktif dalam kegiatan-kegiatan politik.

Aktivismenya ketika itu sempat berujung pada pemenjaraan. Saat di Penjara Far’a, pada awal-awal 1980-an, Yahya Sinwar mulai berkenalan dengan aktivis dan pejuang-pejuang Hamas, termasuk berkelindan dalam sayap militer Hamas-Brigade al-Qassam.

Reputasi Yahya Sinwar di Hamas, paling disorot menjelang ujung 1985-an. Ketika itu, dia digelari ‘Penjagal dari Khan Younis’ dalam gerakan al-Majd. Gelar tersebut mengacu pada reputasinya yang dianggap berhasil mengidentifikasi, bahkan menghabisi orang-orang yang mengaku sebagai Palestina, tetapi berkolaborasi dan menjadi antek-antek Zionis Israel.

Pada 1988 Yahya Sinwar pernah diberitakan melakukan pembunuhan terhadap dua tentara Zionis Israel, dan empat orang Palestina yang menjadi mata-mata Zionis Israel.

Reputasi tersebut...

Reputasi tersebut, membawa Yahya Sinwar yang juga dikenal sebagai Abu Ibrahim keluar masuk penjara di Israel selama kurang lebih 22 tahun. Pada 2011, Yahya Sinwar menjadi salah-satu pejuang Hamas yang dibebaskan melalui pertukaran tawanan saat pejuang di Jalur Gaza berhasil menyandera tentara Zionis Israel, Ghilat Salid.

Pada 2013, Yahya Sinwar menjadi anggota Biro Politik Hamas di Jalur Gaza. Dan pada 2017 dia menjadi pemimpin perjuangan Hamas di Jalur Gaza dan menjadi otak setiap aksi-aksi bersenjata, dalam perlawanan terhadap Zionis Israel.
Pemerintahan Amerika Serikat (AS) pernah menyalahkan pemerintah Zionis Israel yang menyertakan Yahya Sinwar dalam pertukaran tawanan dengan Hamas.

Departemen Luar Negeri AS, melabeli Yahya Sinwar sebagai salah-satu orang paling berbahaya dalam struktur Hamas, dan memasukkan namanya dalam daftar teroris global. Dan pemerintahan sayap kanan di Tel Aviv, juga menebalkan nama Yahya Sinwar sebagai salah-satu tokoh Hamas yang harus segera dimatikan.

Keputusan Presiden Donald Trump yang memindahkan Kantor Kedutaan Besar AS dari Tel Aviv ke Yerussalem-Palestina, juga sempat membuat Yahya Sinwar berang. Ketika itu dia menyerukan masyarakat Palestina menerobos paksa tembok pemisah wilayah Palestina dan Israel.

Pada 2021, BBC News pernah melaporkan, serangan militer udara Zionis Israel menggempur rumah tinggal Yahya Sinwar yang berada di Jalur Gaza. Dan masih menurut laporan tersebut, pada April 2022 Yahya Sinwar menyerukan kepada seluruh rakyat di Palestina untuk melakukan penyerangan dengan cara apapun terhadap Zionis Israel.

Ragam Faksi Militer di Palestina - (Republika)

BACA JUGA: Update Berita-Berita Politik Perspektif Republika.co.id, Klik di Sini
Berita Terpopuler