250 Orang Sedang Shalat Subuh di Masjid Al-Tabi'in Ketika Dibom Israel

Israel menjatuhkan tiga bom, masing-masing seberat 900 kilogram di Masjid al-Tabiin.

Mohammmad Balousha/X
Alquran yang terkena darah syuhada akibat pemboman Israel di masjid di kompleks sekolah At-Tabiin di Kota Gaza, Sabtu (10/8/2024).
Red: Fitriyan Zamzami

REPUBLIKA.CO.ID, GAZA – Detail kebiadaban pengeboman Israel terhadap masjid di kompleks sekolah Al-Tabi’in di Kota Gaza terungkap. Sedikitnya 250 orang sedang berada di ruang shalat untuk menunaikan shalat subuh saat tiga bom Israel menghujani bangunan tersebut.

Baca Juga


Kantor berita WAFA melansir, dalam serangan pagi hari yang brutal itu, lebih dari 100 warga sipil tewas dan puluhan lainnya terluka menyusul serangan udara Israel di Sekolah Al-Tabi'in di lingkungan Daraj di Kota Gaza. Sekolah yang menampung keluarga pengungsi itu dihantam bom dari pesawat tempur Israel. 

Sumber lokal melaporkan bahwa serangan udara terjadi pada dini hari, menargetkan sekolah ketika penghuninya sedang berkumpul untuk shalat subuh. Ada sekitar 250 orang di dalam ruang shalat yang dibombardir Israel tersebut. 

Juru bicara pertahanan sipil Gaza memberikan penjelasan lebih lanjut mengenai dampak berdarah setelah serangan Israel terhadap sekolah al-Tabi’in. “Area sekolah dipenuhi jenazah dan bagian-bagian tubuh,” kata juru bicara Mahmoud Basal kepada Aljazirah

“Sangat sulit bagi paramedis untuk mengidentifikasi seluruh jenazah. Ada lengan di sini, ada kaki di sana. Tubuh terkoyak-koyak. “Tim medis tidak berdaya menghadapi kejadian mengerikan ini,” tambahnya.

Ismail al-Thawabta, kepala Kantor Media Pemerintah Gaza, mengatakan bahwa tentara Israel menggunakan tiga bom berbobot masing-masing 907 kilogram dalam serangannya terhadap sekolah al-Tabi'in tersebut. Sementara jumlah korban diperkirakan akan meningkat karena Rumah Sakit al-Ahli masih berjuang untuk mengatasi cedera parah akibat serangan tersebut. 


Al-Thawabta menambahkan, Israel mengetahui kehadiran pengungsi di dalam sekolah. Aljazirah melansir, laporan para saksi mata menunjukkan bahwa banyak syuhada dan terluka adalah warga sipil, termasuk perempuan, anak-anak, dan orang lanjut usia.

“Kami juga meminta IDF bersama dengan pemerintah AS bertanggung jawab penuh atas pembantaian ini. Pemerintahan AS tidak hanya terus menyoroti genosida Israel dan perang pembersihan etnis terhadap rakyat Palestina, namun juga memberikan persenjataan kepada Israel,” ujar Al-Thawabta.

“Lebih dari 100.000 bom dan rudal diberikan AS kepada Israel sejak awal perang ini. Kami menyerukan kepada masyarakat dunia, yaitu Dewan Keamanan PBB untuk menekan Israel agar mengakhiri pertumpahan darah yang terus menerus terjadi di antara rakyat kami, yaitu perempuan dan anak-anak yang tidak bersalah. “Bahkan masjid, rumah sakit, jurnalis pun tidak luput. IDF terus melakukan pembantaian setiap hari sementara seluruh dunia menyaksikannya dengan diam.”

Selain orang-orang yang syahid di dalam masjid sekolah selama serangan itu, yang lainnya, termasuk perempuan dan anak-anak, juga terbunuh di dalam ruang kelas terdekat, terkena pecahan peluru yang beterbangan dari bom. 

Aljazirah melansir, banyak korban yang dibawa ke rumah sakit mengalami pendarahan parah akibat pecahan peluru atau luka bakar parah akibat kebakaran yang terjadi akibat pemboman tersebut. Staf di rumah sakit hanya mempunyai sedikit sumber daya sehingga mereka terpaksa menggunakan bahan daur ulang untuk merawat korban luka – bahan yang dalam konteks lain akan dibuang begitu saja. Banyak jenazah yang dibawa masuk sulit dikenali, sehingga kerabat di rumah sakit yang mencari orang yang mereka cintai kesulitan menemukan cara untuk mengidentifikasi mereka, tambahnya.

Kecaman serentak… baca halaman selanjutnya

 

Jihad Islam Palestina mengutuk pembunuhan massal yang dilakukan Israel di sekolah Kota Gaza “Penargetan musuh kriminal terhadap jamaah di ruang shalat Sekolah al-Tabi'in di lingkungan al-Daraj di Gaza adalah kejahatan perang total,” tulis Jihad Islam Palestina dalam sebuah pernyataan. 

“Alasan tentara musuh untuk menghancurkan sekolah sama dengan alasan yang digunakan tentara musuh untuk menghancurkan rumah sakit sebelumnya, dan alasan tersebut terbukti salah,” lanjutnya. “Kegagalan lembaga dan pengadilan internasional untuk menyatakan para pemimpin entitas tersebut sebagai penjahat perang telah berkontribusi pada kegigihan mereka.”

Kelompok Hamas juga mengecam pembantaian itu.  “Pembantaian yang dilakukan di Jalur Gaza oleh tangan Neo-Nazi di pusat Kota Gaza merupakan kejahatan yang mengerikan dan mewakili peningkatan besar dalam serangkaian kejahatan dan pembantaian yang belum pernah terjadi sebelumnya dalam sejarah perang”, bunyi pernyataan itu. 

Menanggapi klaim Israel bahwa sekolah tersebut digunakan sebagai pusat komando Hamas, kelompok tersebut mengatakan bahwa pembenaran tersebut keliru dan “dalih untuk menargetkan warga sipil, sekolah, rumah sakit, dan tenda pengungsi, yang semuanya merupakan dalih palsu dan mengungkap kebohongan Israel.” 

“Kami menyerukan kepada negara-negara Arab dan Islam serta komunitas internasional untuk memenuhi tanggung jawab mereka dan mengambil tindakan segera untuk menghentikan pembantaian ini dan menghentikan meningkatnya agresi Zionis terhadap rakyat kami dan warga negara yang tidak berdaya,” bunyi pernyataan itu. 

Gerakan Pembebasan Nasional Palestina, Fatah juga mengutuk serangan 'keji' terhadap sekolah di Kota Gaza. Organisasi itu menyebutnya sebagai “pembantaian berdarah yang keji” dan menyatakan bahwa hal tersebut merupakan “puncak terorisme dan kriminalitas Israel”. 

“Melakukan pembantaian ini menegaskan tanpa diragukan lagi upaya mereka untuk memusnahkan rakyat kami melalui kebijakan pembunuhan kumulatif dan pembantaian massal yang membuat hati nurani mereka gemetar,” katanya dalam sebuah pernyataan. Fatah meminta komunitas internasional dan organisasi hak asasi manusia untuk “segera melakukan intervensi dan menghentikan perang pemusnahan sistematis terhadap rakyat kami”.

Sementara, militer Israel telah mengeluarkan pernyataan lain yang membela serangannya terhadap sekolah al-Tabi’in di Kota Gaza. Mereka mengklaim tanpa bukti bahwa sekolah tersebut berfungsi sebagai “kompleks aktif” Hamas dan Jihad Islam Palestina. Pasukan penjajah Israel mengatakan mereka memiliki informasi intelijen yang menunjukkan ada 20 pejuang Hamas dan Jihad Islam, termasuk komandan senior, yang beroperasi dari sekolah tersebut. 

BACA JUGA: Ikuti Serial Sejarah dan Peradaban Islam di Islam Digest , Klik di Sini
Berita Terpopuler