Ini Isi Surat Jusuf Hamka Mundur dari Golkar, Salah Satu Alasan Ingin Fokus Bangun Masjid

Jusuf Hamka hari ini menyerahkan surat pengunduran diri ke DPP Partai Golkar.

Istimewa
Surat pengunduran diri Jusuf Hamka dari Partai Golkar.
Red: Andri Saubani

REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA -- Pengusaha sekaligus mantan bakal calon wakil gubernur Jawa Barat Jusuf Hamka mengatakan alasan dirinya mundur dari kepengurusan Partai Golkar karena sudah sepuh dan ingin fokus bangun masjid di seluruh Indonesia. Hal tersebut tertera dalam surat pengunduran diri yang ditulis langsung oleh pria yang akrab disapa Babah Alun itu.

Baca Juga


Babah Alun pun terpantau hadir ke kantor DPP Partai Golkar pada Senin (12/8/2024) pagi sekitar pukul 10.03 WIB. Dia langsung masuk kantor untuk menyerahkan surat tersebut kepada Sekjen Partai Golkar.

Sebelumnya, Babah Alun menyatakan mundur dari kepengurusan Partai Golkar dan pencalonan kepala daerah pada Pilkada 2024.

"Betul, betul, betul," kata Babah Alun saat dihubungi dari Jakarta, Minggu.

Diungkapkan bahwa pengunduran dirinya tersebut belum diinformasikan kepada pihak partai. Walaupun demikian, pada Senin (12/8) akan memasukkan surat pengunduran diri secara resmi ke DPP Partai Golkar.

"Iya, saya akan ketemu Sekjen. Saya akan sampaikan surat-surat. Jadi, pencalonan saya, baik di Jakarta pun saya kembalikan, baik di Jawa Barat saya kembalikan. Padahal, hasil survei saya lumayan, di bawah Kang Emil (mantan Gubernur Jawa Barat Ridwan Kamil)," ujarnya.

Babah Alun mengatakan bahwa pengunduran dirinya tersebut karena politik terlalu keras dan kasar.

"Tidak pantas dengan karakter saya, tidak pantas, dan saya lihat dengan Airlangga mundur ini satu momentum karena Airlangga mundur pasti ada satu alasan besar, yang kita enggak tahu. Akan tetapi, buat saya, ya saya cukup tahu dan saya cukup mengerti, saya tidak ingin main kasar dan saya tidak ingin main keras," jelasnya.

Walaupun demikian, dia menampik bahwa momentum mundur yang diambilnya disebabkan pengunduran diri Airlangga sebagai Ketua Umum Partai Golkar.

"Momentumnya saya pas bersamaan. Akan tetapi, kalau mundurnya niatnya sudah mulai dari Juli kemarin, tetapi pas momentumnya aja," ujarnya.

Berikut isi surat pengunduran diri Jusuf Hamka.

"Bandung, 11/8 2024

Kepada Yth,

Pimpinan DPP Golkar di tempat

Ass wrwb

Bersama surat ini saya yang bertanda tangan di bawah ini

Nama: M Jusuf Hamka Alamat: JAKARTA

Ingin mengajukan pengunduran diri saya sebagai pengurus DPP Partai Golkar.

Adapun alasan saya untuk itu sbb:

1. Usia saya yang telah sepuh 2. Saran dari istri dan anak-anak saya 3. Saya akan melanjutkan program masjid Babah Alun 38 provinsi 4. Kembali ke cita-cita saya sebagai pekerja sosial untuk mengikuti Bunda Theresa.

Demikian surat ini saya buat dan atas perhatiannya kami katakan banyak terima kasih

Moh Jusuf Hamka

11/8/2024," seperti dikutip surat tersebut.

 

 

Pada pertengahan Juli lalu, DPP Partai Golkar mengeluarkan surat instruksi kepada Jusuf Hamka, untuk mempersiapkan diri maju sebagai bakal calon gubernur (bacagub) dan bakal calon wakil gubernur (bacawagub) pada Pilkada Daerah Khusus Jakarta (DKJ). Sekretaris Jenderal (Sekjen) DPP Partai Golkar Lodewijk menjelaskan ,bahwa surat instruksi merupakan tahapan satu tingkat di atas surat perintah, yang artinya penerima instruksi merupakan bakal calon terkuat untuk resmi diusung oleh Partai Golkar pada Pilkada 2024.

"Kami memberikan surat instruksi kepada Babah Alun atau Pak Jusuf Hamka. Orang katakan Bapak Jalan Tol ya. Nah, tugas yang diberikan kepada beliau adalah sebagai bakal calon gubernur dan bakal calon wakil gubernur," kata Lodewijk.

Lodewijk menyebut para penerima surat instruksi, termasuk Jusuf Hamka, pun harus menggelar survei internal untuk mengetahui tingkat keterpilihan (elektabilitas) dalam simulasi pasangan calon.

"Kami akan lihat perkembangan survei nanti seperti apa, masih ada waktu 1 bulan ini, dan 10 hari ke depan kami akan lihat survei Babah Alun seperti apa. Mudah-mudahan kami punya variabel pilihan yang bagus baik beliau untuk Gubernur atau Wakil Gubernur DKJ," kata Sekjen DPP Partai Golkar.

Selepas menerima surat instruksi itu, Jusuf Hamka mengaku terkejut mendapatkan dua penugasan itu. Dia menilai tugas yang dia emban untuk mempersiapkan diri sebagai bakal cagub atau bakal cawagub pekerjaan yang berat.

"Kalau Allah berkehendak, yang berat bisa jadi ringan. Akan tetapi, kalau Allah tidak berkehendak, yang ringan pun jadi berat," kata Jusuf Hamka saat diminta tanggapannya terkait penugasan Golkar terhadap dirinya.

Terkait dengan calon yang dia lirik untuk berpasangan dengan dirinya, Jusuf Hamka mengaku cocok dengan siapa saja meskipun Ketua Umum DPP Partai Golkar Airlangga Hartarto menghendaki Jusuf Hamka berpasangan dengan putra bungsu Presiden RI Joko Widodo, Kaesang Pangarep.

"Saya bisa jadi wakilnya Mas Kaesang, saya bisa jadi wakilnya Pak Ahok, saya bisa jadi wakilnya Pak Anies, siapa saja. Bahkan, kalau Pak Ridwan Kamil juga mau, saya bisa menyesuaikan diri. Saya enggak ada masalah,” kata dia.

sumber : Antara
Yuk koleksi buku bacaan berkualitas dari buku Republika ...
Berita Terpopuler