Mengembalikan Peran Mahasiswa Sesuai Identitasnya Sebagai Seorang Muslim
Menyandang gelar sebagai mahasiswa adalah impian banyak orang.
Oleh : Annisa Luthfi
Menyandang gelar sebagai mahasiswa adalah impian banyak orang. Berbagai perjuangan dilakukan supaya bisa berkuliah di sebuah kampus impian. Perasaan senang dan bahagia terlihat di wajah para mahasiswa baru ketika memakai jas almamater kebanggaannya. Bahkan upacara penyambutan mahasiswa baru adalah momentum yang sangat ditunggu-tunggu para mahasiswa baru. Kemeriahan begitu tampak disejumlah kampus di Indonesia.
Amanah baru di tempat baru membuat sebagian orang mau tak mau dipaksa untuk beradaptasi dengan cepat. Sudah bukan siswa lagi tapi menjadi mahasiswa dituntut harus lebih bijaksana dalam berbagai hal. Idealnya, melanjutkan pendidikan ke perguruan tinggi tidak lain untuk menuntut ilmu walaupun ada tujuan lain yang ingin dicapai melalui statusnya sebagai mahasiswa.
Sebelum menyandang indentitas sebagai seorang mahasiswa, sejatinya kita juga harus ingat kembali identitas sebagai seorang muslim. Di mana seharusnya kita sebagai mahasiswa muslim yang senantiasa menuntut ilmu karena Allah dan agar ilmu yang kita peroleh dapat bermanfaat bagi ummat. Namun, berbagai tantangan, seperti hedonisme, individualis, kapitalisme, dll. yang ada di lingkungan kampus seringkali membuat mahasiswa kebingunan dan menyerah dengan keadaan.
Belum lagi dengan banyaknya tugas yang siap menanti mahasiswa, seringkali membuat mahasiswa hanya disibukkan dengan urusan akademik sampai melalaikan kewajibannya sebagai seorang muslim, bahkan banyak mahasiswa yang stress akibat tuntutan akademik. Peran mahasiswa sebagai agen perubahan sangat dinanti oleh ummat, keilmuan yang didapat saat kuliah seharusnya dapat digunakan sebagai bentuk kebermanfaatan bagi ummat. Dalam hal ini, perlu peran dari negara untuk senantiasa memberikan kualitas pendidikan yang terbaik untuk masyarakat sesuai dengan syari’at Islam.