Gen Z Nilai Instagram dan TikTok Paling Merusak Kesehatan Mental
Studi ini mendorong semua orang lebih selektif memilih konten media sosial.
REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA -- Hasil survei terbaru mengungkap tiga dari empat generasi Z di Amerika Serikat menyalahkan media sosial karena merusak kesehatan mereka. Survei ini dilakukan oleh Talker Research atas permintaan LG Electronics, yang melibatkan 2.000 pengguna media sosial Gen Z.
Sebanyak 20 persen responden menyebut Instagram dan TikTok sebagai platform yang paling merusak kesehatan mental mereka, sementara 13 persen lainnya menyebut Facebook. Meskipun mereka menyadari dampak negatif tersebut, media sosial tetap menjadi bagian tak terpisahkan dari kehidupan sehari-hari Gen Z.
Pengguna rata-rata menghabiskan lima setengah jam per hari di aplikasi media sosial. Sebanyak 45 persen mengaku mereka menggunakan media sosial lebih lama dibandingkan teman-teman mereka.
Alasan utama penggunaan media sosial adalah karena rasa bosan (66 persen), mencari hiburan (59 persen), mendapatkan informasi (49 persen), dan memantau aktivitas teman (44 persen).
Namun, penggunaan media sosial yang intens ini mempengaruhi kondisi emosional mereka. Hampir setengah dari jajak pendapat (49 persen) melaporkan bahwa mereka kerap mengalami emosi negatif akibat penggunaan media sosial, dengan stres dan kecemasan mempengaruhi 30 persen responden. Bahkan, hanya butuh sekitar 38 menit scrolling bagi mereka yang mengalami perasaan negatif untuk merasakan penurunan suasana hati.
“Kita menghabiskan sebagian besar hidup kita secara online dan sering kali pengalaman ini membuat kita merasa lelah dan tidak terstimulasi secara mental,” kata Louis Giagrande, kepala pemasaran A.S. di LG Electronics, dalam sebuah pernyataan seperti dilansir Study Finds, Ahad (18/8/2024).
“Kami mendorong semua orang untuk lebih selektif dalam memilih konten media sosial agar bisa menyeimbangkan, menginspirasi, dan memberikan kebahagiaan dalam hidup mereka. Fokus pada hal-hal positif yang dapat membantu kita menghadapi tantangan hidup yang lebih baik,” tambah Giagrande.
Halaman selanjutnya ➡️
Studi ini juga mengungkapkan keinginan kuat dari generasi Z untuk mengubah pengalaman mereka di media sosial. Sebanyak 62 persen berharap dapat “mengatur ulang” feed media sosial mereka dan memulai dari awal.
Lebih dari setengahnya (53 persen) mengungkapkan rasa frustasi terhadap ketidakselarasan konten dengan minat mereka. Selain itu, 54 persen percaya bahwa mereka memiliki kendali terbatas atau tidak memiliki kendali atas konten yang mengisi feed mereka, dengan hanya 16 persen yang mengklaim memiliki kendali penuh.
Namun, tidak semua pengalaman mereka di media sosial bersifat negatif. Empat dari lima responden (80 persen) mengasosiasikan media sosial dengan dampak positif pada suasana hati mereka.
Komedi (65 persen), video hewan (48 persen), postingan yang berhubungan dengan kecantikan (40 persen), dan video lelucon (34 persen) adalah beberapa jenis konten yang mampu meningkatkan suasana hati.
Bahkan dua pertiga pengguna mengatakan media sosial telah mengubah hari yang buruk menjadi hari yang baik, dan 44 persen percaya bahwa media sosial berdampak positif pada pandangan hidup mereka. Ke depannya, 38 persen Gen Z optimistis tentang potensi media sosial dapat memberikan dampak yang lebih baik terhadap kesehatan mental mereka.
Giagrande menyatakan algoritma memainkan peran penting dalam konten yang pengguna lihat di media sosial. Namun menurut dia, ada beberapa langkah sederhana yang dapat dilakukan orang untuk 'mengatur ulang' feed agar lebih banyak konten positif yang muncul.
“Ketika Anda menemukan konten yang membuat Anda tersenyum, berikan perhatian ekstra. Berikan 'Like' dan berikan komentar. Memberikan interaksi pada postingan tersebut dapat membantu menginspirasi lebih banyak postingan positif seperti itu untuk muncul di feed Anda,” kata Giagrande.
Sumber: Study Finds